Back To Shine (AboutThePast)

Por Vijocom

90.4K 1.4K 61

{Buku pertama publis} Sebuah undangan asing diterima ditangan 7 pemuda yang tidak saling mengenal. Membuat r... Más

01 - Pertemuan Tidak Terelakan =
02 - Pertemuan Tidak Terelakan =
03 - Pertemuan Tidak Terelakan =
05 - Pertemuan Tidak Terelakan =

04 - Pertemuan Tidak Terelakan =

2.3K 270 0
Por Vijocom

Pertemuan Tak Terelakan

Burung yang kicau, terik matahari yang tak begitu menusuk, harum asri yang disebabkan dari banyaknya pohon yang terawat, tanah basah yang menjadi pijakan masyarakat.

Kota yang damai dan terlindungi dari aturan kerajaan itu tetap berdiri kokoh, walau di kelilingi hal yang sederhana tak dapat membuat masyarakat berkeluh. Kehidupan yang berbanding terbalik dengan harta cukup itu menjadikan hati masyarakat menjadi teduh.

Rasa saling memiliki satu sama lain tertanam di ulu hati mereka, setia membantu dan rela berkorban menjadi karakteristik melekat di benak masyarakat.

Dabesti. Negara kerajaan yang sekarang menjadi sebuah kota kecil itu tetap maju dengan anggun.

Perdagangan masyarakat dalam bidang jasa, pokok makanan, tanah liat dan pokok bangunan menjadi sumber keuangan bagi penduduk Dabesti.

Penduduk yang memiliki jiwa pemimpin itu lantas dengan baik mengatur rumah dan keluarga mereka.

Dengan pikiran positif yang melekat sejak bayi tak luput dari raja mereka terdahulu.

Penduduk yang memiliki jiwa pemimpin itu lantas menjadikan diri mereka penopang dan pengabdian pada sang raja terdahulu dengan melaksanakan wasiat yang tertulis dalam sebuah jurnal pribadi raja.

Penduduk yang memiliki jiwa pemimpin itu lantas selalu menangisi diri dengan penuh menyesalan atas meninggalnya sang raja.

Penduduk yang memiliki jiwa pemimpin itu dengan senang hati menerima jika sang raja kembali.

Sang Raja Keagungan

Lenguhan kecil keluar dari bibir ranum Taehyung. Lantas ia mendudukan diri di sisi ranjang itu.

Netra tajamnya berpendar, ruangan yang begitu aneh. Tapi ini kamarnya, nuansa yang benar benar berubah. Semua perabotan di sini berbahan dasar kayu.

Entah kayu apa itu.

Taehyung menunduk sambil mengusap ranjangnya. Bibirnya mengulas senyum tipis bersamaan pikirannya yang menerawang mengingat bagaimana ekspresi antusias Cho Halmeoni saat membeli ranjang ini. Ranjang Taehyung.

Taehyung menggeleng pelan menetralkan pikirannya. Ia beranjak dari ranjang, dan keluar kamar tanpa membiarkan pikiran curiga menguasai dirinya. Walau ia cukup bingung dengan bagaimana keadaannya sekarang.

Taehyung bukan si pelupa yang tak mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Tapi siapa peduli, toh dia masih ada di rumah.

Inilah Taehyung mempertahankan sifatnya yang mudah percaya akan semua hal. Tanpa mencari tau sebab akibat dari dampak mudah percayanya itu.

Setelah keluar dari kamar, ia kembali tertegun. Bentuk dan tempat atribut rumah memang miliknya. Tapi semua berbahan dasar kayu. Semuanya kayu. Dan tak ada benda elektronik dimana pun. Lemari es, mesin cuci, bahkan telepon rumah seakan hilang ditelan masa.

Ada yang tak beres. Menyadari jika rasa curiganya semakin membucah, Taehyung menampar kedua pipinya secara kuat berharap yang ia rasakan hanyalah mimpi semata.

"Augh!"

Sakit dan perih. Itulah yang di rasa kedua pipi mulus Taehyung. Jika Cho Halmeoni mendengar keluhnya itu sangat dipastikan wanita paruh baya itu akan menghampirinya dan mengusap pelan kedua pipi itu.

Taehyung mengulas senyum tulus, memikirkan nenek baik itu saja sudah menghilangkan rasa cemasnya yang entah kapan hinggap di dalam hati.

Taehyung kembali tertegun, kemudian melajukan kedua kakinya mencari sosok nenek. Berharap saja jika wanita 60 an itu sudah bangun, dan mungkin bisa menjelaskan apa yang terjadi pada rumah mereka ini.

Krieeett

Hening

Bungkam

Cahaya kecil keluar dari lubang di dinding kayu itu. Membuat Taehyung semakin jelas melihat siapa saja yang berada di dalam kamar neneknya.

Wajah datar yang tersirat hawa dingin dan amarah itu Taehyung berikan ke 6 pemuda yang juga menatapnya tanpa arti.

"Dimana nenekku?" hal pertama yang ia pertanyakan tak mendapat jawaban.

Jungkook mengulas senyum remeh, sekitar 20 menit semenjak ia tiba di sini.

"Dia rajanya?" ucapnya sinis sambil melirik Yoongi setelah sekian lama bungkam.

Taehyung mengernyit, "Dimana nenekku?" ujarnya menekan.

Ia melangkahkan kakinya, "Aku akan melapor ke polisi atas tindakan kriminal yang kalian lakukan di rumah kami."

Tawa pecah dari Jungkook. Sedang pemuda yang lainnya memilih diam sambil mengamati interaksi dua sejoli yang baru dipertemukan itu, tak terkecuali Yoongi.

"Dasar gila." gumam Taehyung yang masih dapat didengar rungu Jungkook.

Tanpa berpikir panjang pemuda bergigi kelinci itu melangkah, dan menerjang ulu hati Taehyung.

Seokjin membulatkan matanya kaget, menoleh kesal pada pemuda yang sebelumnya memperkenalkan diri sebagai Tuan Muda Jeon itu.

Yang benar saja, sangat tidak sopan bagi seseorang melakukan hal memalukan seperti yang dilakukan Jungkook.

Ia mengurung protesannya saat suara Namjoon mengintrupsi, "Jeon Jungkook. Perhatikan tingkahmu!"

Semua pasang netra itu menatap sumber suara.

"Namjoon hyung. Saat ini aku harus pulang. Tapi hanya karena dia. Orang yang tak tau malu ini membawa kita ke dunia asing dan menyandang status sebagai raja. Sangat tak pantas."

"Kau terlalu gegabah, Jungkook" cegah Namjoon.

Mendengar penuturan itu, Jungkook tersenyum angkuh "Lebih baik aku yang melakukannya daripada dirimu hyung. Kau bahkan lebih ingin menghancurkannya dibanding aku."

Namjoon tercenung, Jungkook sangat tau apa yang di rasanya saat ini.

Iya. Benar apa perkataan Jungkook, Namjoon menahan amarahnya sebisa mungkin kepada sosok yang bersusah payah bangkit dari terjangan barusan.

Ia marah karna sosok ini membawanya dan tak mengizinkannya kembali. Kembali pada keluarga yang harus diberi tunjangan. Ia khawatir setengah mati atas keadaan ibu dan adik adik kecilnya. Bagaimana keadaan mereka setelah kepergiannya.

Begitu pula dengan Hoseok. Ia memendam rasa murkanya. Sungguh dirinya harus pulang. Ia memiliki keluarga, keluarga hangat yang sangat ia sayangi. Apa yang terjadi jika mereka sudah menyadari kehilangan dirinya. Ibu dan ayah pasti sangat terpukul, dan hal buruk bisa terjadi jika polisi sudah menyatakan dirinya hilang ditelan bumi. Padahal Hoseok terlempar masa.

Ketujuh pemuda itu berpindah zaman. Zaman dahulu. Zaman kerajaan.

Zaman kerajaan yang tak memiliki raja, Dabesti. Suatu negara kerajaan yang menjadi kota kecil sepeninggal raja mereka.

Raja Keagungan.

Raja dari segala Raja.

Jimin yang sejak tadi diam akhinya bangkit, hanya ada Taehyung dan dirinya di ruangan kecil ini. Taehyung sudah duduk bersila jauh di hadapannya.

Sepeninggal semuanya hanya ada keheningan. Bahkan Taehyung sedari tadi tak mendaratkan pertanyaan apapun setelah terjangan yang ia terima.

"Kau Taehyung, margamu Kim?"

Taehyung mendongak, mendapati senyum kecil Jimin.

Menolak membenarkan pertanyaan itu, Taehyung menatap Jimin tanpa arti "Bukan urusanmu"

Jimin terkekeh kecil, membuat remaja yang lebih muda beberapa bulan dari dirinya itu menautkan alisnya, yang kemudian tawa kecil Jimin menjadi senyum tipis yang teduh.

Ia mendongak menatap atap ruangan yang dipenuhi lubang seakan mengizinkan cahaya mentari menembus masuk keruangan sunyi ini.

"Aku tinggal di panti asuhan. Fakta yang selama ini kuterima ialah orang tua yang meninggalkanku bunuh diri bersama. Entah karena kelahiran anak mereka atau hal lain" berucap dengan senyuman seraya mengangguk pelan.

Mendengar itu, raut acuh Taehyung meredup. Merasa bersalah dan iba, kemudian sedikit lega karena ia tak sendirian. Setidaknya mereka berada di posisi yang sama, Jimin pasti memiliki orang berharga sama seperti Cho Halmeoni baginya.

Jimin menatap manik kelam Taehyung "Aku yakin padamu. Walau pun tak kembali, aku tetap menerima undanganmu"

Jelas saja, respon yang akan Taehyung berikan mengguncang suasana sunyi ini.

"Kalian gila? Undangan?! Apa maksudmu? Aku benar benar tak mengerti" tanya Taehyung penuh penekanan. Rasa iba dan bersalahnya barusan hilang sudah, ia menatap garang Jimin yang tampak kaget.

"Iya. Karena dirimu yang mengirim kami semua kesini. Itulah alasannya kau datang terakhir" Jimin memberikan senyuman tipis, serayat akan menenangkan lawan bicaranya.

"Aku tak melakukan apapun kemarin. Aku memang pulang larut tapi tak ada yang spesial selain itu"

"Bukankah sesuatu spesial itu adalah ulang tahunmu?"

Taehyung tertegun, lalu berdehem membuang muka.

"Benar. Ta.. tapi! Bukankah banyak orang yang berulang tahun pada hari itu, dan ucapanmu sangat tak masuk akal" kali ini nada menuntut keluar dari bibir Taehyung.

Jimin mengulas senyum tulus di depan pemuda ini "Malam yang begitu dingin saat itu. Kau berkeinginan membalikkan keadaan yang terjadi pada rakyatmu. Setelah kau pergi"

"Kau itu seorang raja" sambungnya lagi. Seraya menunjuk pada dada Taehyung dengan jemarinya.

"Aku semakin tak mengerti"

Jimin menghela nafas "Aku akan mengikuti semua jalan yang dilalui dirimu. Jadi tenang, ayo kita keluar. Dan lihat keadaan rakyatmu"

Taehyung tak menyahut walau masih banyak yang harus ia tanyakan. Tapi gengsi dan rasa kesalnya tak dapat dielakkan. Apa lagi saat perut kosongnya diterjang pemuda kurang ajar yang bahkan lebih muda darinya.

Bangkit mengikuti Jimin keluar ruangan, memperhatikan keadaan rumahnya yang jauh berbeda. Apa benar ini bukan mimpi, tapi itu adalah keinginan Taehyung untuk segera bangun dari mimpi konyol ini.

Langkah Taehyung terhenti saat selembar kertas terjatuh dan mengenai ujung sepatunya.

Eh, sejak kapan ia mengenakan sepatu?

Tanpa menggubris kejanggalan kecil itu, Taehyung mengambil selembar kertas yang ia yakini adalah kalender. "Tahun 777" bergumam.

Jantungnya berpacu lebih cepat, nafasnya memburu. Apakah ada yang salah dengan penglihatannya. Apa ini kalender usang.

Netranya mengalih dan memanggil Jimin dengan nada sedikit nyaring, mengangkat kertas itu menunjukkan pada pemuda di depannya "Jimin-ssi. Ini tahun berapa?"

"Tahun?"

Jimin bungkam sejenak nampak berpikir lalu tersenyum sendu "Ah benar. Tahun 777, kau yang melempar kami ke masa lalu. Tanpa kembali"

Taehyung membulatkan matanya, ada sedikit getaran di kedua pupil itu. "Apa yang sudah kau permainkan takdir?"



tbc

2019

Seguir leyendo

También te gustarán

332K 27.6K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
164K 15.6K 38
Tidak pandai buat deskripsi. Intinya ini cerita tentang Sunoo yang punya enam abang yang jahil. Tapi care banget, apalagi kalo si adek udah kenapa-ke...
481K 5.1K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
55.6K 11.2K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...