P'Mew dan aku bukan kali pertama membintangi drama yang sama. Pada 2014, kami membintangi drama aksi berjudul "Karma". Dalam drama tersebut, kami melakukan adegan bertarung menggunakan pedang dan tameng layaknya pasukan perang.
Bagi kalian para "interfans"
(internasional fans) pasti sangat asing dengan drama tersebut. Apalagi drama tersebut tidak ada terjemahan nya. (sabar ya, interfans ^_^).
Kali ini kami membintangi drama berjudul "What The Duck". Kami memerankan sepasang kekasih gay.
Malam ini aku menginap di apartemen P'Mew. Usai makan malam, kami hendak tidur lebih awal agar besok bisa berangkat pagi sekali ke lokasi syuting.
Di atas ranjang yang sama, kami rebahan. Namun mata kami nampaknya belum bisa terpejam.
Mew : "Belum tidur, Art?"
Aku menoleh. Nampak wajah tampan P'Mew dengan matanya yang indah, masih menatap langit-langit kamar.
Art : "Phi sendiri kok masih melek? Besok kita harus berangkat pagi banget lho, Phi."
Mew : "Aku tau."
P'Mew memiringkan tubuhnya dan memeluk tubuhku erat. Aku sedikit kaget.
Mew tersenyum, manis banget seperti yang biasa ia perlihatkan di depan kamera. Bibirnya ia dekatkan ke telinga ku.
Mew : "Besok kita ada adegan sex, lho."
Art : "Iya aku tau, Phi."
Perlahan bibir P'Mew didekatkan ke pipi ku. Lalu menciumi nya dengan lembut. Jujur, pipi ku terasa nyaman diciumi oleh nya.
"Maaf, Phi," aku menyela. P'Mew pun terdiam. "Kenapa P'Mew mencium wajahku?"
Mew : "Cuma latihan aja. Aku ingin membangun chemistry denganmu sebelum syuting besok."
Art : "Tapi kan besok masih rehearseal. Kita masih bisa latihan di studio sebelum ke lokasi syuting."
P'Mew hanya diam menatap ku. Lalu tangannya bergerak mengusap usap kepalaku. Aku nggak ngerti apa yang dia pikirkan karena ucapan ku tadi.
"Mm...", gumam ku karena P'Mew hanya diam, sambil mengusap kepala ku. " Terserah Phi saja. Apa yang bisa kubantu agar Phi bisa berakting dengan baik besok?"
P'Mew berpikir sejenak. "Kalo kamu mau tidur, ya tidurlah. Tapi kalo belum ngantuk, coba kamu diam dan pasrah aja dengan apa yang akan ku lakukan padamu."
Art : "Memangnya Phi mau apa??"
"Tenang," P'Mew malah membuka bajunya. "Aku nggak akan menyakiti mu. Kamu bilang, kamu mau bantu aku kan?"
Aku hanya diam. P'Mew adalah orang yang aku hormati karena sebagai aktor, dia lebih populer dibanding aku. Juga lebih senior. Oke, aku pasrah dengan apa yang akan dia lakukan.
Aku tau dia gay beneran. Tapi kalo sampe dia berbuat tidak baik dengan ku, aku akan menghajar nya. Tak peduli sehebat apapun seorang aktor terkenal kayak dia.
Tangan P'Mew menyingkap kaos ku. Matanya memandangi perut ku yang rata dan juga dada ku. Ya, tubuh ku memang tidak se - atletis dia. Tapi tak apa...
Tiba - tiba P'Mew menciumi perutku. Dengan begitu lembut. Bibirnya menyusuri mulai dari bagian pusar hingga naik ke dada.
Tubuhku terasa nyaman. Apakah aku "tertular" sifat gay?
Dari bagian dada, bibir P'Mew perlahan naik ke leherku dan menciumi nya. Aku memejamkan mata. Entah harus bereaksi gimana? Haruskah aku menghajar nya sekarang? Tapi aku merasa menikmati.
Beberapa detik terasa hening. Kenapa P'Mew diam? Ketika aku membuka mata, P'Mew sedang memandangi wajahku. Dengan senyumnya yang manis banget.
P'Mew mencium pipi ku. "Aku ngantuk. Tidurlah, Art. Besok kita syuting."
Ia pun mulai memejamkan mata. Dengan tubuhnya yang masih memelukku.