Hiraeth

By Diyerd

1.3K 373 41

"Sudah berkali-kali saya berkata, tidak perlu menunggu yang sempurna." Kata Pria itu. "Tidak, aku sedang menu... More

Prolog| Tentang Rasa
Tentang Rasa|1
Tentang Rasa|2
Tentang Rasa|3
Tentang Rasa|5

Tentang Rasa|4

88 57 3
By Diyerd

"Mendung lalu hujan terus saja seperti itu. Lalu, Kapan hati ini cerah?!Jika sang mentari nya pun tak kunjung tiba." –Tsabeet Dewantara Pratama

***
✨✨✨

'Selamat menikmati untuk kalian yangsedang merasa sepi'🍁
Salam dari saya penulis amatir, Dinyerd.

🌻🌻🌻

"Thanks yah." Ujar gadis itu tersenyum manis.

"Saya temenin yah." Gadis itu segera menggelengkan kepala.

"Aku bisa kok sendiri, udah kamu pulang aja."

Gadis itu meyakini lawan bicaranya dengan menatap lawan bicaranya dengan lekat.

"Yaudah kalo kamu ngusir, saya pergi." Ujar lawan bicaranya dengan nada sedikit kesal.

Gadis itu menggelengkan kepala dan terkikik geli, melihat lawan bicaranya ngambek. Mendengar gadis itu tertawa, lawan bicaranya mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Faris!"

"Iya saya pergi. Keknya engga senang amat saya disini." Sinis lawan bicaranya sambil menghidupkan mesin motornya.

Kemudian, lawan bicaranya membunyikan klakson motornya, engga cuma sekali tapi berkali-kali membuat gadis itu sedikit malu dan tidak enak dengan orang lain disekitarnya. Gadis itu menghela napasnya dan menatap tajam lawan bicaranya.

"Cuma ngetest doang, yaudah saya pergi." Ujar lawan bicaranya.

"Hati-hati." Ujar gadis itu lagi-lagi Ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah lawan bicaranya yang selalu ada aja sikap anehnya.

Yah seseorang itu bernama; Liban Faris Nugraha yang artinya laki-laki cerdas dan mempesona yang di anugrahi dari tuhan. Faris adalah seorang anak yang dikenal nakal karena berteman dengan anak-anak nakal. Faris sahabat Deyna dari SMP, jadi tidak heran jika mereka kenal dekat.

Dan seperti arti Namanya, Ia selalu terlihat mempesona oleh kalangan kaum hawa apalagi Dia punya sikap spesialnya yang membuat kaum hawa makin klepek sama dia. 'ramah'. Dia selalu ramah pada siapapun, bahkan pada orang yang tidak Ia kenalpun selalu Ia sapa. Aneh? Itulah dia.

Faris lalu meninggalkan tempat tersebut dengan kecepatan rata-rata, kedua matanya sesekali melirik kaca spion yang masih memantulkan wajah gadis itu. Faris selalu berat hati jika Ia meninggalkan gadis itu sendirian, rasa khawatirnya begitu kuat. Ah, lagi-lagi Ia selalu memperhatikan dan mengkhawatirkan gadis itu.

Karena Ia berat hati meninggalkan gadis itu, segeralah Ia memarkirkan motornya di balik pohon dan di samping warung kecil. Tentunya Faris mengumpet agar tidak ketahuan oleh gadis itu. Setelah hampir sepuluh menit Ia menunggu, akhirnya Ia melihat kehadiran pria paruh baya dan disambut oleh gadis itu.

Dan, mereka berdua meninggalkan halte itu. Senyum legah Faris terlukis, lalu Ia menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan tempat pengumpatan dia. Faris mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata, Ia melirik jam disalah satu tangannya setelah itu Ia semakin menancapkan gas motornya. Karena, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh.

^^^

Berhentilah Faris disebuah apotek, Ia memasuki apotek itu dengan Langkah cepat.

"Lah kok lu kesini, bukannya libur?" Ujar seorang apoteker yang menatap heran kehadiran Faris.

Faris hanya memamerkan barisan giginya.

"Saya takut kamu kangen sama saya." Humor Faris.

"Idihh yang ada lu kali yang kangen sama gua." Sindir balik apoteker.

Faris hanya membalas tertawa geli.

"Titipannya cuma itu aja?" Ujar seseorang yang datang begitu saja.

Faris menganggukkan kepala dan tersenyum.

"Nih," Ujar seseorang itu lagi memberikan sebuah kantong plastic kepada Faris.

"Makasih yah." Jawab Faris setelah menerima pemberian seseorang itu.

"Faris." Panggil seseorang itu dengan malu.

"Iya?" Ujar Faris menatap seseorang itu dengan lekat.

"Aku juga suka..."

Handphone Faris bergetar, segeralah Faris mengambil handphone tersebut didalam saku celananya.

"Eh sebentar dulu yah," Potong Faris.

Faris menerima panggilan telepon tersebut.

'Ada apa?'

'Oke Faris kesana.'

'Bi udah makan?'

'Yaudah, Faris beliin soto yah.'

'Harus makan dong, biar makin sehat.'

'Iya Faris beli soto ditempat biasa.'

'Oke, sampai ketemu. Walaikumsalam.'

Faris mengakhiri panggilannya, dan menaruh handphone nya di saku celana nya kembali.

"Maaf, Tika tadi mau bilang apa?" Tanya Faris lagi kepada seseorang yang tadi sempat Ia potong pembicaraanya.

"Ah, engga kok cuma mau bilang Aku juga suka makan nasi padang." Ujar seseorang itu dengan memamerkan barisan giginya.

"Nanti kita makan bareng yah, biar putri yang beli." Jawab Faris lembut.

"Apaan kok gua yang beli, lu lah kan lu cowo." Balas sinis seorang apoteker itu yang ternyata bernama Putri.

"Lah kamu cewe? Saya kira cowo." Ledek Faris.

"Cewelah, kalo cowo gua Namanya Putra bukan Putri!" Kesal Putri.

Faris hanya tertawa geli melihat kekesalan Putri, lagi-lagi Ia jahil hadeeh.

"Yaudah saya pamit."

"Sono pergi." Usir Putri dengan sinis.

"Awas rindu." Ujar Faris masih tertawa geli.

"Wleek." Balas Putri jijik mendengar jawaban dari Faris.

Faris makin tertawa geli, lalu meninggalkan Putri dan Tika dengan tingkah alay yang membuat Putri semakin jijik. Faris menghidupkan mesin motornya lagi dan mengendarai motornya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Ia memasuki perkarangan rumah yang cukup luas dan nan sepi. Sebelum itu, Ia juga sempat berhenti di warung soto untuk membeli soto sejenak.

Perkarangan rumah itu seperti biasa, selalu terlihat sepi dan bahkan cukup terlihat seram karena terdapat beberapa pohon dan tanaman lainnya. Tapi tidak bagi Faris, baginya rumah itu mengajarkannya bahwa 'untuk terlihat baik-baik saja itu tidak masalah, jika sikap itu dapat membahagiakan orang terkasih.'. Maka dari itu, Ia selalu memasangkan wajah ceria nya sebelum memasuki rumah itu.

###

Tangerang, 20 Agustus 2011

Hari ini ada yang hilang, tak seperti kemarin. Aku menunggu namun, tak ada tanda kehadirannya. Dan, kali ini aku merasakan khawatir dan takut. Kenapa tak kunjung tiba?Itu yang sekarang ada dipikiran ku. Ingin rasanya ku mencari nya namun, aku pun tidak tahu keberadaannya.

Hujan semakin mengguyur kota ini, seakan Ia tahu bahwa mentari nya tak akan tiba. Sebab, tak ada mentari tak ada pula yang memancarkan cahaya. Hanya mentari yang dapat menyinari nya, sama hal nya dengan kamu.

Tak ada kamu kebahagiaan ku menghilang. Baru kali ini aku menyesal, Iya menyesal tidak berani mengenal mu lebih dalam. Maaf, aku memang lelaki bodoh yang hanya berani memandang mu diam-diam dan ketika kamu tidak ada aku baru merasakan penyesalan. Huh aku lelaki macam apa hufht.

Mungkin hari ini, semesta tak merestui ku bertemu dengan mu. Namun esok, aku akan terus menunggu mu sampai kita bertemu kembali.

***

Di sore hari, lagi-lagi aku masih berkutik dengan tumpukan buku tentunya buku pelajaran. Juga ditemani dengan secangkir susu coklat, dan satu buah roti tawar yang dilapisi dengan helaian keju cocok untuk cuaca hari ini yang seharian diguyur hujan. Hari ini aku cukup sibuk belajar, karena dua hari lagi aku akan ikut serta olimpiade ipa di Jakarta.

Ketika aku lagi serius mencatat soal, tiba-tiba pintu kamar ku terbuka lebar dan datanglah gadis anggun masuk kedalam kamar ku. Yah, dia itu adik ku satu-satunya. Sherin, namanya.

"Mas, dipanggil sama Bunda" Panggilnya.

"Mas Dewwaaaaa" Teriaknya begitu nyaring.

"Apa sih sher, berisik deh" Kesalku.

"Lagian aku panggil diam aja, itu dipanggil sama Bunda" Jelasnya.

"Iya, nanti mas kebawah"

"Sekarang mas." Tegas adikku.

"Oke." Pasrah ku.

Kemudian aku mengikuti nya dari belakang, dan ternyata menuju kesebuah garasi. Entahlah, kenapa dia mengajak ku ke garasi, aku hanya diam dan mengikuti langkahnya saja. Tibalah kami di garasi, disana sudah ada Bunda dan Bang Deka juga disamping mereka terdapat sebuah benda yang sangat aku inginkan. Yah, sebuah motor

"Bundaa, Itu kan..." Ucap ku yang sangat bahagia dan terkejut.

"Iya, Gimana? suka?" Bunda yang tersenyum kepada ku.

"Suka banget Bun, tapi kok Bunda tau kalo Dewa pengen banget motor besar kaya gini warna nya pun huahh" Balasku dengan cukup antusias.

"Iya Bunda tanya ke Justin,"

"Oh iya, nilai nya jangan sampai turun yah. Kalo turun Bunda akan sita motor ini" Ucap Bunda ku lagi. Seperti biasa Bunda selalu begitu hufht.

"Iya Bun" Jawab ku yang sedikit lesu.

Setelah itu, Bunda pergi meninggalkan ku dan adikku.

"Cieee, yang lagi di MANJA hehe" Sindir adikku dengan wajah yang tidak suka.

"Ah engga kok," Senyum ku yang berharap dapat menenangkannya.

Sherin hanya pergi.

***

Rinai

Alunan nada tak memihak.

Yang terdengar hanya senandung hujan seakan penghantar mimpi ku.

Selimut tebal ku menolak.

Sebab, angin menerpa ku setiap detik seakan ingin menemani tidur ku.

Ilusi ku kali ini sunggu aneh, Tak seperti kemarin.

Seperti burung yang tak tahu arah kemana Ia akan terbang.

Rindu, namun tak ada peran yang kurindukan.

Lantas aku rindu dengan siapa?Jika peran pendamping ku pun tak ada.

-Dey-

###

DEYNA

Aku menulis sebuah puisi lagi dan lagi. Malam ini dingin, sepi dan jenuh uhh tibanya hujan selalu mendatangkan kesunyian apalagi dimalam hari ini sangat pas sekali untuk kubuat sebuah puisi. Puisi yang tujuannya entah untuk siapa yang jelas untuk seseorang tak pernah tiba dihadapan ku.

Hampir seharian, aku hanya beres-beres rumah, mandi, makan, tidur dan ke kamar mandi. Jenuh sangat jenuh sekali uhhh. Biasanya aku selalu ada kegiatan namun hari ini tidak ada kegiatan, mungkin besok juga. Iya, sebab hari ini aku tidak hadir kesekolah karena semesta memintaku untuk beristirahat sebentar. Iya, aku sedang sakit hehe jenuh sih tapi mau gimana lagi jika semesta memintaku istirahat sejenak.

Hari ini hujan terus mengguyur kota ramai ini, seakan Ia tak ingin pergi meninggalkan kota ramai ini. Mungkin pula Ia nyaman dengan hujan ini, kota yang ribuan insan menyukai nya termasuk aku. Selain awan aku pun suka hujan, bagi ku hujan adalah ketenangan dan kerinduan. Hujan dapat membuat para insan menjadi tenang, namun hujan pun jahat Ia selalu mendatangkan kerinduan yang dapat menguak kenangannya.

"Deynaa" Panggil mama ku.

"Apa?" Jawab ku sambil menatap mata mama ku yang baru saja bangun karena melihat anak nya belum juga tidur.

"Udah malam kok belum tidur juga" Jelas mama ku yang mengingatkan bahwa sudah larut malam dan memang sudah waktunya untuk tidur,

"Iya" Jawab ku.

Kemudian menaruh handphone, lalu menutup mata ku.

***

Tangerang, 21 Agustus 2011

Udara pagi yang sangat menyejukkan, walaupun tidak seperti dipegunungan. Sepertinya hujan tadi malam membekas, terlihat sekali genangan air dan segar nya pepohonan.

Kini semesta ceria, senang sekali melihat semesta ceria tak ada awan hitam dan kilatan listrik di udara. Menyejukan dan menyenangkan, kota ramai ini menjadi lebih indah dan cerah. Namun, masih ada yang kurang mentari ku tak kunjung tiba.

Kenapa? Mentari dilangit sudah tiba, tapi kenapa kamu tidak kunjung tiba juga. Apa aku terlalu angkuh? Atau kamu kecewa, karena aku lagi-lagi tidak mampu kenal dekat denganmu. Sudah kubilang aku terlalu payah menjadi lelaki.

Masih disini, diruang tunggu iya aku menunggu mu tiba. Menunggu mu agar aku bisa melihat wajah cantik dan senyum manis mu. Di ruang tunggu ini tak nyaman, jenuh, ingin rasanya ku meninggalkan dan tak pernah kembali ke ruang ini.

Tapi, aku tidak bisa karena di ruang ini gadis yang telah membuatku terpesona selalu berada disini. Berdiri dan menunggu tiba nya kendaraan yang akan mengantarkan nya ke tempat yang Ia tuju.

Hampir 20 menit ku menunggu tiba nya gadis manis itu, namun tak ada tanda kehadirannya. Yang ku lihat hanya tanda kehadiran seseorang yang mengagetkanku.

"WOI! Bengong aja, awas kesurupan" Teriak salah satu orang itu yang sengaja mengagetkanku.

Aku menghela napasku dengan kasar, dan menatap kesal kepada seseorang itu.

wait for the next story^_^ 🌻🌻

Jangan lupa vote dan komentar yah, agar aku semakin semangat melanjutkan karya ku. (;

###

Continue Reading

You'll Also Like

884K 75.8K 47
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
422K 30.9K 26
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1.1M 51.9K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
3.6M 173K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...