Hey.... apa kabar?
Now Playing | Kahitna - Cinta Sudah Lewat
Selamat membaca cerita MeloDylan
Bagian Enam Puluh
Aku tidak paham dengan hubungan kita. Kadang kita seperti teman, lebih dari teman atau bahkan seperti tidak saling mengenal sama sekali.
***
Selesai dari pasar malam, Dylan tak langsung mengantarkan Melody pulang ke rumahnya. Mereka berdua memutuskan untuk kulineran malam, menghabiskan waktu bersama berdua padahal sebelumnya kedua orang ini selalu tarik menarik.
Entah saat Dylan tidak peduli tetapi Melody yang masih peduli.
Atau
Dylan yang menunjukkan kepeduliannya tetapi Melody sudah lelah.
Kali ini merupakan sebuah keajaiban ketika Melody yang peduli dengan keadaan Dylan dan pemuda itu menerimanya dengan senang hati. Menerima perhatian Melody dan membalasnya dengan perhatian yang lebih.
Seperti ketika Melody terasa kedinginan, Dylan memberikan jaketnya dan menautkan tangannya di jari-jari tangan Melody. Atau meniupnya berusaha memberikan sedikit kehangatan.
Senyuman Melody malam itu, entah mengapa terasa berbeda dari senyuman sebelum-sebelumnya. Rasanya hangat, namun nyaman.
Melody yang merasa dirinya di perhatikan, langsung membalas menatap ke arah Dylan.
"Kak, kenapa?" tanyanya, "ada yang salah ya sama wajah aku?"
"Gak," jawab Dylan, "udah selesai belom makannya, lelet amat."
"Yaa sabar dong, marah-marah mulu."
"Ya."
"Kuota ngomong kak Dylan tinggal dikit ya?"
"Hm..."
Setelah itu Melody kenbali memakan makanannya dia menghiraukan Dylan yang kali itu kembali memperhatikannya. Berusaha tidak peka kalau dirinya diperhatikan, abaikan, tidak perlu merespons berlebihan.
Sejujurnya Melody tau kalau Alice ada di Bali adalah dia mendapat pesan dari Deva, pemuda itu tiba-tiba mengirimnya pesan bahwa dia mengetahui Alice ada di Bali dan meminta Melody untuk menemani Dylan, karena setahu Deva keadaan Bella tengah tidak baik, mengingat dia baru saja putus dari Fathur.
Entah mengapa hari itu Melody langsung menelpon Dylan dan menanyakan keberadaannya, menemuinya dan menemaninya.
Dia tidak tahu perasaan apa yang tengah dia rasakan.
Hanya sekadar perhatin karena dia melihat seorang teman bersedih atau dia memang masih memiliki perasaan kepada Dylan dan dia berusaha menyangkalnya.
Melody tidak tahu, hanya saja dia tidak bisa menahan dirinya. Kalaupun seandainya Dylan nanti akan meninggalkannya kembali atau dia yang meninggalkan Dylan itu tidak akan berarti apa-apa, karena mereka tidak memiliki ikatan apapun.
Teman, bukan? Tidak lebih dari itu.
Beberapa hari Dylan dan Melody semakin dekat, mereka menjadi lebih sering bersama. Entah Dylan yang menawarkan untuk mengantar Melody ke kampus, atau Melody yang meminta Dylan menjemputmya.
Terkadang di hari weekend mereka menghabiskan waktu untuk menonton di bioskop, makan di luar, membeli buku atau di bermain di game center. Bamyak kegiatan yang mereka lakukan. Entah untuk apa tujuannya.
Melupakan atau hanya mengalihkan perhatian.
Sempat sebelumnya ketika Melody di jemput oleh Dylan dan saat itu Louis tengah mengajaknya pergi. Terjadi perdebatan di antara Melody dan Louis.
Sementara Dylan? Pemuda itu hanya diam saja, tidak ikut campur urusan antara Melody dan Louis.
"Kok akhir-akhir ini lo sering pergi bareng Dylan?" tanya Louis
"Hehe... iya kayanya, emang kenapa Lou?"
"Ya gapapa, gak suka aja."
"Kok gak suka? Kita kan udah gak ada hubungan apa-apa."
"Oh, jadi lo lebih milih pergi bareng dia daripada gue?"
"Aku gak enak kan kak Dylan yang duluan janji terus aku juga gak tau kalau kamu mau ngajak aku pergi. Tiba-tiba banget."
"Biasanya juga gak masalah," tukas Louis
Memang, biasanya Melody tidak masalah jika Louis mengajaknya pergi secara mendadak. Hanya saja kini semuanya telah berbeda. Hubungan mereka juga berubah.
Entah mengapa dalam keadaan seperti ini, Melody merasa tengah memberi harapan kepada kedua cowok itu.
Apa itu artinya kini Melody berubah menjadi fuckgirl?
"Atau lo emang lagi pedekate sama si Dylan? Iya Mel, gue paham kok lo sama dia satu iman, beda kaya gue. Udahlah, gue gak akan pernah menang."
"Louis bukan gitu! Kamu bisa gak sih, ngertiin posisi aku, disini yang lebih dulu janji itu kak Dylan."
"Jadi kalau mau pergi sama lo harus pake janji dulu? Sibuk banget kayanya..."
"Bukan gitu, Lou..."
"Terus?"
"Yaudah ah, kita pergi besok aja. Oke?"
"Berasa dijadwal gitu."
"Besok atau enggak sama sekali?"
"Iya."
Setelah di rasa urusan dengan Louis selesai barulah Melody menghampiri Dylan yang berdiri sambil bersandar di mobilnya. Dylan melihat dan mendengar percakapan Melody dengan Louis, namun pemuda itu tidak berniat ikut campur, dia hanya diam membiarkan Melody mengambil keputusan.
"Jadinya pilih mantan yang lama nih daripada yang baru?" sengaja, pemuda itu menggoda Melody.
Melody memutar bola matanya kesal, "Gak usah ngeselin deh kak."
"Kan emang fakta."
"Tau ah, sebel."
"Milih jalan sama gue nih? Padahal gue gapapa loh kalau lo mau kalan sama Louis."
"Yaudah aku turun jalan sama Louis," ujar Melody
"Iya sana mumpung belom jalan."
"Aturan di tahan kak, malah disuruh. Lagian kalau aku terus-terusan sama Lou pergi, aku ga bisa lupa sama dia.
"Oh... jadi masih sayang ya?"
"Yaiyalah, takutnya makin gak bisa lepas."
Dylan paham, lalu dia mengendarai mobilnya keluar dari lingkungan kampus. Mengantarkan gadis itu untuk pulang terlebih dahulu sebelum pergi, namun hal itu membuat Melody cukup heran karena biasanya kalau mereka akan pergi dia akan langsung pergi saja tanpa harus pulang ke rumah.
"Loh kak, kok pulang dulu?"
"Izin dulu sama nyokap lo."
"Kan bisa di telepon atau di chat aja."
"Gak sopan banget."
"Dih biar gak bolak balik tau, ribet."
"Mau izin culik soalnya."
"Masa mau nyulik izin dulu," cibir Melody
"Suka suka dong."
"Mau pergi kemana emang kita?"
"Puncak."
Mata Melody membola, cukup terkejut dengan jawavan yang diberikan oleh Dylan barusan. Masalahnya hari esok dia masih ada kuliah. Bundanya juga tidak mungkin mengizinkan Melody pergi ke Puncak.
Terlebih, mereka pergi berdua?
Salahkan pikiran Melody yang kini bercabang kemana-mana.
"Berdua?" tanyanya, "kita aja?"
"Kenapa emangkalau pergi berdua?" Dylan balas bertanya
"Mmm... ya... gapapa sih, cuman..."
"Cuman apa? Lo mau pergi berdua sama gue?"
"Kak, gagitu."
"Terus?"
"Berdua aja?"
"Enggak."
"Terus?"
"Lo mau berdua?"
"Ih kok kesana lagi, jawab dulu."
"Ada Jane sama Kate kok, Bella juga ada, terus Angga, Arsen sama Liam."
"Ummm... kirain berdua."
Dyln melirik ke arah Melody, pipi gadis itu terlihat memerah. Sepertinya dia tengah merasa malu karena menganggap bahwa mereka akan pergi berdua saja.
Sebensrnya itu adalah rencana Kate, dia ingin menghilangkan penat, begitu juga Bella gadis itu butuh setidaknya refreshing agar bisa berpikir dengan jernih kembali.
Mereka semua butuh jeda, setidaknya beristirahat atas apa yang sebelumnya terjadi. Bukan untuk melangkah mundur atau diam di tempat, tetapi hanya beristirahat sebelum melanjutkan kembali.
"Semalam Alice chat gue," kaya Dylan.
"Terus kak Dylan nanya alesannya dia pergi?"
"Dia bakalan jelasin saat ulang tahun gue."
"Hah? Kapan kak Dylan ulang tahun?"
"Serius? Lo lupa?"
"Hehehe..."
"Minggu depan, gapapa sih gue juga lupa ulang tahun lo."
"Oh... traktiran dong kak."
"Iya."
"Udah ketemu Fathur lo?"
"Udah kan kemarin-kemarin bilang, kasian makin kurus cuman sekarang udah mendingan sih, dia juga udah ngerasa bersalah banget sama Alice."
Dylan mengangguk, dia belum bisa menemui Fathur lagi setelah mengetahui kebenarannya. Bukan Dylan membenci Fathur, hanya saja dia takut tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak berpikir dengan jernih.
Dia rasa perlu untuk menenangkan pikirannya agar tidak salah dalam melangkah.
Omong-omong soal Alice, saat dia mendapat pesan dari Alice kemudian berubah menjadi facetime di antara keduanya. Membuat Dylan melihat ada hal ganjil dari sikapnya.
Alicia❤️
Long time no see
How are you love?
Ketika Dylan mendapatkan pesan itu, dia sempat kebingungan karena dia berpikir bahwa Alice sudah memutuskan hubungan mereka lewat bunga saat Dylan di rumah sakit. Lalu mengapa gadis itu menganggap bahwa tidak pernah terjadi apapun sebelumnya.
Disaat Dylan berpikiran seperti itu, tiba-tiba ada pesan susulan yang dikirimkan oleh mantan atau masih kekasihnya itu.
Alicia❤️
Kiriman bunga itu bukan dari aku
Serius? Kamu percaya itu?
Kemudian pemudan itu langsung mengetikkan balasan untuk Alice.
Lalu? Dari siapa?
Aku gatau sayang.
Kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa?
Kenapa kamu tau?
Deva kasih tau, dia ada di Bali.
Kenapa kamu pergi?
Aku gak pergi hanya istirahat.
Kamu pergi! Di hari pertunangan kita.
Aku gakmau pergi, tapi harus.
Persingkat.
Aku jelasin, di hari ulang tahun kamu.
Pilihannya hanya dua, choose me or lose me.
Have fun☺️
Kamu lagi apa?
Yaudah, gak usah hubungin aku sampe hari ulang tahun.
Tapi aku kangen😔
Boleh facetime?
Hmm
Gaboleh? ☹️
Boleh
Jujur saja Dylan menyetujuinya, karena dia juga merindukan Alice yang sekarang tidak tahu hubungan mereka itu apa. Hanya saja, mata Alice terlihat bengkak dan dia lebih kurus daripada sebelumnya.
Ternyata yang menderita bukan hanya dirinya saja, melainkan gadis itu juga menderita.
Satu hal yang Dylan tau, tentang Alice pergi bukan karena kemauannya tapi sebuah keharusan.
***
Spoiler : Kak hubungan kita itu apa?
***
Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan
Jangan lupa komen dan vote yawww❤️❤️❤️
***
Jangan lupa follow instagram
Asriaci13
Melodyalexaa_
Btw instagram Melody kembali wkwkwk
Dylanarkanaa_
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun