SI ANAK ✅

De CipuLaLa

14.9K 375 17

Cerita sebuah utas tentang kisah "Si anak" Selamat membaca, dan jangan lupa Vote. Cerita by Simple Man Mais

SI ANAK 1
SI ANAK 2
SI ANAK 3
SI ANAK 5
SI ANAK 4
SI ANAK 5
SI ANAK 6
SI ANAK 7 - END
NEXT STORY

SI ANAK 4

1.4K 38 2
De CipuLaLa

▪️◾◼️◾▪️

Suara-suara itu membuat Nia merasa tidak tenang, seakan puluhan pintu dibuka secara bergantian, hal yang membuat Nia penasaran, namun, ketakutan seperti mengurungnya, ia menutup telinganya dengan bantal, membiarkan suara itu, menghilang dengan sendirinya.

Keesokan paginya, Nia membuka kamar, ia melihat dengan seksama, namun, tampaknya tidak ada yg terjadi ditempat ini, Silvi sudah berganti seragam, menyapa Nia, lalu melangkah pergi, bergabung bersama anak-anak lain, mereka menuju sekolahnya masing-masing.

"Ibuk pengen kamu sekolah, ibuk sudah mengurus surat-suratnya, besok, mungkin kamu sudah bisa ikut bersama yang lain" Kata ni Ika tersenyum.

"Iya ni, terimakasih" Sahut Nia, selama dirumah, Nia penasaran, sebesar apa rumah ini, ia kemudian, menelusuri sejengkal demi sejengkal.

Nia masih mengawasi stiap pintu, selalu saja ada lonceng diatasnya, hingga Nia melihat sebuah ruang, dengan anak tangga yg terputus, tempat itu, cukup sulit diakses karena latarnya yg jauh dibelakang, anehnya, hanya ada satu pintu disana, dan tepat dipintu itu, tidak ada lonceng. Namun, Nia tahu, tidak ada cara untuk kesana, tangga kayu itu seperti sudah lama patah, Nia berbalik, berniat kembali ke kamar, sebelum, ia mendengar, seseorang, seperti menggaruk pintu darisana, suaranya terdengar hingga Nia merasa, ada orang didalam sana.

Nia langsung pergi, ia meninggalkan tempat itu, seperti apa kata hatinya, tempat ini, jauh dibelakang dan aksesnya yang benar-benar sulit, ia merasa, tempat itu adalah tempat wingit, dari suasananya, Nia bisa membaca, bahwa sebagian rumah ini, rupanya tidak diurus dengan baik.

Nia kembali ke kamar, menutup pintu, ia memutuskan menghabiskan waktu tidur diatas ranjang, namun, ketika Nia merebahkan badannya, ia melihat sesuatu di meja, sebuah foto kecil hitam putih, ia baru menyadari, bila di meja itu, ada pigura menyerupai liontin dengan foto kecil disana, ia mendapati foto wanita yg sama, ia mengenakan pakaian yg sama persis, dengan foto yang Nia lihat diruang tamu.

"Siapa wanita itu? Sepenting itu kah dia, sampai fotonya ada dimana-mana" 

Nia meletakkanya, menunggu sendirian, tanpa Silvi tempat ini lebih sunyi.

Terdengar lonceng berbunyi, Nia terbangun dan melihat Silvi melangkah masuk, melemparkan tasnya serampangan, kemudian melepaskan sepatu dan seragam sekolahnya, Nia bangun untuk membereskannya, meletakkan dimana seharusnya benda itu berada.

Ia merasa, Silvi seperti adik kecilnya. Seperti biasa, Silvi mulai bicara banyak, dan dari pembicaraan yg banyak itu, Nia hanya mengangguk, tidak ada satupun kalimat yg ia mengerti, kecuali, saat ia meragakan gerakan untuk minum, Nia baru mengerti, Nia dan Silvi, melangkah pergi, menuju dapur.

Ditengah perjalanan, Nia bertemu seorang perempuan, wajahnya tampak menyelidik, ia menatap Silvi kemudian Nia bergantian, lantas kemudian mengatakannya,

"Kalau aku jadi kamu, aku akan menghindari anak ini"

Perempuan itu melewati Nia begitu saja, sembari meilirik jijik Silvi, meski perempuan itu mengatakan hal itu didepan Silvi, ia tampak tidak perduli, lebih tidak tahu maksud kemana ucapan perempuan itu tadi, mereka pergi kedapur, setelah selesai, Silvi, berjalan menuju tempat yang Nia hindari, Nia memanggilnya, tapi Silvi justru menuju kesana. Ia berhenti tepat didepan pintu itu, melihatnya, kepalanya mengadah keatas, seakan menunggu sesuatu keluar darisana, Nia yg melihatnya, menariknya,

"ngapain disini, ayo kembali"

Silvi mengangguk, ia mengikuti Nia, namun kepalanya, masih melihat ke pintu itu.

Makan malam seperti biasanya, tidak ada pembicaraan apapun, setelah selesai, semua kembali ke kamarnya masing-masing, sekarang, Nia tahu, Silvi belum bisa menulis huruf, aneh, untuk anak seumurannya, seharusnya setidaknya ia sudah mengenal huruf-huruf, namun, kenapa ia belum bisa dibandingkan bicara, Nia lebih tahu apa yg coba Silvi sampaikan melalui gerakan tangan, seperti minum, seperti tidur, seperti makan, namun, adakalanya, ia tidak mengerti, gerakan apa yg coba Silvi sampaikan, meski begitu, Nia bersikeras mengajari anak itu, ia harus bisa menulis.

Malam semakin larut, Silvi sudah beranjak dari ranjangnya, ia memilih ranjang atas, entah kenapa, padahal, bila mendengar dari cerita ni Elva, Silvi sebenarnya, tidur diranjang bawah, seperti saat dia tinggal bersama teman kamarnya dulu.

Saat Nia bertanya kemana teman sekamar Silvi, ia berhenti sejenak, ia tampak diam, memandang Nia, lalu tersenyum dan mengatakan
"teman sekamarnya, sekarang sudah punya keluarga baru" lalu ia pergi, meninggalkan Nia sendirian, seperti terkesan buru-buru pergi.

Malam itu, Nia sudah menyibak selimut, kantuk mulai menyerangnya, Nia memejamkan matanya, sebelum, Silvi memainkan rambutnya, ia menatap Nia, kemudian menunjuk gerakan, bahwa ia ingin ke kamar mandi, Nia menatap jam di meja, pukul 1 dinihari, ragu namun Silvi memelas, Nia melangkah turun, menggandeng tangannya, ketika membuka pintu, Nia mencoba untuk tidak membuat lonceng itu berbunyi, namun, sia-sia, Nia menutup pintu, lantas mengantar Silvi menuruni anak tangga, ia menuju kamar mandi yg jaraknya tidak terlalu jauh dari dapur. Nia menunggu diluar, saat malam hari, rumah ini menjadi gelap temaram, meski masih ada pencahayaan disana-sini, namun, karena besarnya rumah ini, sehingga, ada sisi gelap yang masih membuat Nia merasa ngeri saat menatapnya.

Lama ia menunggu Silvi, gadis itu, tidak juga keluar, kemudian, terdengar lonceng berbunyi, Nia mengamati sekeliling, apa ada yg juga keluar dari kamar, namun, tidak ada satupun orang yg Nia lihat, perlahan, bulukuduk Nia berdiri, ia bisa merasakan bahwa sekarang, ia tidak seorang diri disini

"Silv, udah belum" Tidak ada jawaban, Nia melangkah masuk, ada beberapa pintu dikamar mandi, Nia mengamati satu persatu, mengetuknya, sembari memanggil gadis itu, namun, tidak ada jawaban, dan kembali, suara lonceng, terdengar lagi, Nia yakin, suara itu adalah suara lonceng kedua kalinya yang ia dengar.

Salah satu pintu terbuka, Silvi melangkah keluar, membuat Nia merasa lega, ia segera menarik tangan gadis itu, membawanya agar ia cepat kembali ke kamar, namun, tiba-tiba gadis itu menarik tanganya dari Nia, ia berhenti, tepat disebuah lorong, lantas, Silvi memandang sisi kosong, Silvi menatap Nia, lantas kemudian berbicara

"Iaaak Iaaak iaaak!!"

Nia yg tidak mengerti maksudnya, menatap ruang kosong itu, disana, dilorong itu, banyak pintu dikiri dan kanannya, yang entah bagaimana, tiba-tiba lonceng diatasnya, berdenting dengan sendirnya, lantas, Nia kembali memaksa Silvi, kali ini, ia memaksanya, mereka berlari, menaiki anak tangga, dan seketika itu, lonceng diatas semua pintu mulai berdenting satu persatu, Nia membuka pintu, menguncinya, namun, suara lonceng masih berbunyi, Silvi kemudian menatap Nia, ia memperagakan gerakan untuk menutup bibir dengan telunjuknya, saat, terdengar suara sesuatu tengah mencakar pintu tempat Nia bersandar,

"IAAAK" ucap Silvi dengan suara pelan...

Setelah beberapa lama, keheningan membuat Nia sadar dari ketakutannya, ia lantas menuntun Silvi agar kembali ketempat tidurnya, sebelum, Nia mendengar, suara lonceng itu kembali, pintu kamar yg sudah Nia kunci, tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, ni Elin muncul, ia menggandeng tangan Silvi, lantas menatap Nia yang sedang memanjat ranjang milik Silvi, mata mereka bertemu,

"Kamu, kalau ngantar Silvi ke kamar mandi, jangan ditinggalin sendirian"

Nia berbalik menatap ranjang Silvi, disana, ia tidak menemukan gadis itu.

"Kamar juga kenapa dikunci, teman sekamarmu belum masuk, untung saya punya kunci cadangan" ucap ni Elin marah, ia menggandeng Silvi, Nia hanya diam saja, ia tidak tahu harus berkata apa, karena ia yakin, ia bersama Silvi beberapa waktu yang lalu.

"Ya sudah, istirahat lagi ya"

Ni Elin pamit pergi, saat pintu kembali ditutup, suara lonceng itu mengakhiri semua peristiwa ganjil malam ini.

Silvi tidak marah kepada Nia, ia, mengatakan sesuatu kepada Nia sebelum pergi ke ranjang tidurnya, sebuah kalimat lain,

"ang amu awa iuuu iaaak" sembari tersenyum.

JANGAN LUPA VOTE YA MAN TEMAN, BIAR AKU SEMANGAT UPDATE CERITANYA, KALIAN BISA FOLLOW IG @daniatul.id

NANTI BAKAL AKU KASIH INFO PART SELANJUTNYA.

SEE YOU NEXT TIME GAES

Continue lendo

Você também vai gostar

37.4K 2.7K 16
Hal tak masuk akal di alami oleh Lenora, gadis itu menabrak cogan dan berakhir terjatuh ke danau dan tiba- tiba di terkam buaya. Ketika membuka mata...
14.8K 653 32
Kim Rena gadis indigo yang bisa melihat mereka yang tak terlihat dengan jelas, namun saat usia 12 tahun mata ketiganya sudah ditutup dengan rapat. sa...
218K 27.1K 48
Kumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan s...
281K 29.4K 47
Gilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum me...