SELAMAT MEMBACA
OVERMORROW : 54~Nurut, ya?
Tanpa sadar kita mulai memerankan peran kita dengan sangat baik.
~~~
FOLLOW :
@kdk_pingetania
@aboutpinge
@michael.diraksana
@zanna.zakeistha
~~~
"WIH tumben lo kemari bawa mobil," kata Rey yang saat itu sedang duduk di teras markas geng abstrax bersama Leo. Sepertinya dua pria itu sedang menikmati udara malam dengan ditemani secangkir kopi dan beberapa bungkus camilan.
Mike yang baru saja keluar dari mobilnya pun hanya mengangkat bahu acuh dan ikut duduk di lesehan sebelah Leo.
"Mau lo?" tanya Leo sambil menyodorkan jajannya pada Mike.
Mike menggeleng.
"Lagi ada masalah ye? Gue perhatiin lo semingguan ini hampir nggak pulang rumah," ujar Leo sambil menatap ke arah Mike, sedangkan yang ditatap malah menatap ke arah langit.
Langit sudah sangat gelap, sehingga mereka bisa dengan sangat mudah melihat bintang-bintang yang bertebaran dengan indah. Mungkin suasananya akan menjadi sangat romantis jika Mike menikmati langit malam ini dengan Zanna, tapi sayangnya langit yang seindah ini harus dihabiskan dengan dua lelaki di sampingnya itu.
Mike hanya bergumam pelan, menandakan lelaki itu tidak ingin membahas masalah itu. TIba-tiba ponsel Mike berdering. Buru-buru lelaki itu mengecek kantong celananya dan mengambil benda berbentuk persegi panjang tersebut.
"Kenapa?" tanya Mike to the point. Lelaki itu masih kesal dengan Zanna karena kejadian tadi. Pasalnya setelah Mike menuruti keinginan Zanna untuk memakai masker, Zanna malah makin menjadi-jadi. Gadis itu tanpa permisi malah memakaikan make up ke wajah Mike saat lelaki itu sedang tertidur.
"Galak amat Mas," canda Zanna.
Perkataan Zanna tersebut membuat Mike yang mendengarnya menjadi mendengus kesal. "Kalo nggak penting gue matiin," ancam Mike.
"Eh, eh, jangan!" kata Zanna. "Apaan sih Mike, ngambeknya lama banget."
"Ngaca."
"Mike ih!"
"Apa?"
"Besok bawa motor ya," pinta Zanna.
"Nggak."
"Ih, kok nggak?"
"Nggak ada."
"Kenapa nggak ada? Mike kan punya motor yang item itu," kata Zanna.
"Di rumah."
"Ya udah, kan tinggal bawa aja."
"Males."
"Kok males sih? Kan tinggal bawa motor doang. Emang sekarang Mike lagi dimana?" tanya Zanna.
"Kepo."
"Dih, ngeselin."
"Ngapain harus bawa motor? Gue sengaja bawa mobil biar lo kaga ngilang," ujar Mike.
"Emang lo pikir gue bakalan hilang gitu pas di atas motor?" tanya Zanna kesal.
"Ya kali aja, orang lo kagak bisa diem gitu."
"Kan ngeselin banget! Dikira apa gue seringan kapas yang bakalan terbang kalau ditiup angin dikit."
"Lo kan tengkorak idup."
"Bajingan ih!" umpat Zanna. "Eh?"
"Makanya makan."
"Udah."
"Kapan?"
"Tadi udah."
"Sekarang."
"Iya, iya."
"Yang banyak," tambah Mike.
"Iya bawel."
"Ya udah gih," ujar Mike.
"Hmm ..." balas Zanna. "Inget ya besok ke rumah gue bawa motor. Gue tungguin jam tujuh pagi!" kata Zanna sebelum mematikan sambungan telponnya.
Mike tersenyum tipis. Ternyata kalau diperhatikan, tingkah Zanna yang seperti anak kecil ini memang tidak dibuat-buat. Gadis itu tampak sangat natural saat merengek ataupun saat ngambek dengan masalah sepele. Awalnya Mike berpikir gadis itu sengaja melakukan hal tersebut untuk menarik perhatiannya. Namun, Mike baru menyadari saat lebih mengenal Zanna, kalau gadis itu memang sepolos itu. Tingkahnya itu membuat Mike merasa gemas sekaligus kesal disaat yang bersamaan.
Mungkin Zanna memang bukan tipe cewek pengertian seperti yang sangat Mike butuhkan. Akan tetapi gadis itu memiliki virus ceria yang bisa ia sebarkan ke orang terdekatnya, dan Mike merasakan hal itu. Bahkan karena sifat Zanna yang bisa merasa senang dengan hal sederhana, gadis itu bisa dengan mudah melupakan masalahnya dengan Zean. Dan hal itu membuat Mike jadi ikutan merasa seperti itu. Mike jadi bisa merasa senang dengan hal sepele dan akhirnya dengan sejenak ia bisa lupa dengan masalahnya.
"Makanya makan." Tiba-tiba Rey nyeletuk seolah sedang mengikuti perkataan yang Mike ucapkan tadi.
Dengan sepontan, Leo pun membalas ucapan Rey, "ih ... nggak mau." Leo membuat suaranya menjadi seimut mungkin yang membuat Mike menjadi geli sendiri.
"Makan sayang ..."
"Ntar aja Mas."
"Sekarang."
"Suapinnn ..." Leo merengek-rengek ke arah Mike membuat lelaki itu jadi terkena dorongan kencang oleh Mike.
"Najis," ucap Mike sambil bangkit dari duduknya.
"Cie ... ada yang malu nih," ledek Rey.
"Mike sekarang udah pro ye, ceweknye dimana-mana." Leo ikut-ikutan.
"Bacot."
"Sama kita nggak bisa apa perhatian dikit. Kerjaannya galak mulu," keluh Rey sambil memasang tampang cemberut.
"Jangan drama. Besok gue pinjem motor lo ya," pinta Mike pada Rey.
"Lah, kenapa?" tanya Rey.
"Males pulang."
"Ya udah kan ada mobil lo, kenapa pake minjem motor gue?" tanya Rey.
"Boleh kagak?" tanya Mike to the point.
"Anjing lah kaga sabaran banget. Iye boleh," jawab Rey kesal.
Setelah mendapat persetujuan dari Rey, Mike langsung mengambil kunci motor Rey yang ada di atas meja dan melempar kunci mobilnya ke arah Rey. "Pake aja," ujar Mike kemudian masuk ke dalam.
"Makasi dulu kek nyet!" teriak Rey. "Awas ae, gue rongsokin mobil lo mampus!"
~~~
KARENA Mike sudah tiba lebih dulu sebelum Zanna siap, lelaki itu jadi terpaksa duduk di meja makan rumah Zanna bareng Jessica karena wanita itu memintanya untuk makan bersama.
"Mau ditambah lagi? Itu rotinya masih banyak, diambil aja," ujar Jessica dengan ramah.
"Iya, Tan."
"Zanna banyak ngerepotin kamu ya?" tanya Jessica.
Mike mengangguk pelan.
Melihat jawaban Mike yang jujur seperti itu membuat Jessica menjadi tertawa. "Jujur banget sih," ujar Jessica.
Bingung mau merespon perkataan tersebut. Mike pun memutuskan untuk menggigit roti di tangannya.
"Kamu siapanya Zanna?" tanya Jessica.
"Temen," jawab Mike. Cuma sekarang lagi jadi pacar tiga hari, batin Mike.
"Oh. Satu sekolah ya?" tanya Jessica lagi.
Mike mengangguk, "iya."
"Kamu anaknya diem banget, nggak risih sama bawelnya Zanna?" tanya Jessica.
"Risih," jawab Mike. "Tapi gemes juga," tambah Mike.
"Suka sama Zanna?" tanya Jessica secara terang-terangan.
Bersamaan dengan itu, Zanna yang baru saja turun dari tangga rumahnya pun buru-buru berlari ke arah meja makan saat mendengar pertanyaan ibunya tersebut. "Eh, Mama kok nanya gitu?" ujar Zanna untuk memotong kesempatan Mike menjawab pertanyaan Jessica. Zanna bisa sangat malu jika Mike benar-benar menjawab pertanyaan itu.
"Ih, nggak papa tau. Kan Mama penasaran," ujar Jessica. "Gimana Mike?'
"Nggak, nggak. Udah ah, aku pamit dulu," ujar Zanna sambil mencium pipi Jessica. "Dadah Mama!" ujar Zanna sambil menarik Mike pergi.
"Misi Tante," kata Mike dengan terburu-buru karena Zanna yang menariknya secara tiba-tiba.
"Iya, hati-hati ya!"
~~~
"MAU ngapain?" tanya Mike setelah sampai di lapangan, tempat yang direquest oleh Zanna.
Zanna turun dari motor merah yang tampak asing dimatanya tersebut. "Ih, Mike motor baru?" tanya Zanna dengan excited.
"Bukan, minjem," jawab Mike.
"Emang motor Mike kemana?" tanya Zanna dengan kening mengerut.
"Jangan banyak nanya, lo mau ngapain di sini?" tanya Mike yang masih duduk di atas motor.
"Eee ... jadi gini," ujar Zanna. "Gue itu, pengen ... banget belajar naik motor, jadi Mike ajarin ya!"
Mendengar permintaan Zanna membuat Mike menjadi dongkol. Rasanya Mike ingin menoyor kepala Zanna agar pemikiran-pemikiran unik itu menghilang dari kepala gadis itu.
"Pake ini?" tanya Mike sambil menunjuk motor yang sedang ia duduki.
Zanna mengangguk, "iyalah."
"Bego."
"Lah kenapa? Kan bagus motornya."
"Ya mana bisa lah."
"Dih, kenapa nggak bisa?"
"Badan lo sekecil itu mau naik motor segede ini. Mau ketiban motor sampe penyet?"
Mata Zanna mendelik, "enak aja! Kecil-kecil gini badan gue pertenaga ya!"
Mike mendorong bahu Zanna yang membuat gadis itu hampir saja terjatuh, jika Mike tidak dengan sigap memegang lengan Zanna.
"Ih, jahat, kok ngedorong sih?!"
"Gue dorong dikit ae lo begitu. Gimana mau naikin ni motor," ujar Mike.
"Kan beda! Motor itu nggak bisa dorong-dorong, Mike bego," balasa Zanna.
"Iya, tapi nggak bisa nahan lo juga waktu mau jatuh."
"Ya udah sih kasi aja! Lagian kan gue minta diajarin, ya jangan sampai jatuh lah," ujar Zanna dengan gampangnya. "Turun dulu! Gantian gue yang naik," pinta Zanna.
Mike menghela napas. Bisa-bisanya dari sekian banyak hal yang menyenangkan, Zanna malah tertarik untuk menaiki motor gede.
"Nggak boleh."
Zanna cemberut. "Apa-apa nggak lo bolehin."
"Na."
"Ya."
"Liat sini," pinta MIke.
Zanna dengan terpaksa melihat ke arah Mike. "Apa?"
"Ntar kalau gue bolehin, lo bisa kenapa-napa," ujar Mike. "Kalau jatuh, terus luka, gimana?" tanya Mike. Lelaki itu menatap Zanna lekat-lekat membuat Zanna jadi merasakan ketulusan dari Mike. Tangan Mike kemudian terulur untuk mengelus bagian luka di wajah Zanna yang sudah mulai memudar. "Ini aja belum sembuh."
Bak mantra sihir, beberapa kalimat yang Mike ucapkan berhasil membuat Zanna menjadi tidak jadi ngambek. Bahkan walaupun tidak mendapatkan keinginannya, Zanna menjadi sangat senang hanya karena mendengar perkataan Mike.
"Nurut, ya?"
Demi apapun, ini oertama kalinya Zanna mendengar suara Mike selembut ini. Seperti tersihir, kepala Zanna pun terangguk-angguk untuk menyetujui permintaan Mike tersebut.
"Pinter," ujar Mike sambil mengelus rambut Zanna. "Mau kemana sekarang?" tanya Mike.
Zanna tampak berpikir sejenak. "Mmm ... mau makan, laper," ujar Zanna.
"Mau apa, hm?" tanya Mike.
"Mmm ... mau ..." Zanna masih berpikir keras. "Oh, iya, itu ... makanan yang deket sekolah waktu itu, mau itu!"
"Ya udah, ayo naik."
~~~
Next? 850 komen!
Akhirnya aku bisa next cerita ini setelah beberapa kali terhambat karena tugas-tugas sekolah. Semoga suka ya!
18-01-2020