Raina keluar kelas dengan Haechan yang ada disampingnya. Sejak menjadi partner mereka bertambah dekat, bahkan semua murid disini mengira bahwa Raina sudah melupakan Jaemin dan berkencan dengan Haechan, padahal kenyataannya jauh sekali dari ekspetasi mereka semua.
"Rain,"
"Eh?"
Raina sedikit terkejut saat Jaemin berdiri didepan kelasnya dan memanggil namanya, ini kali pertamanya Jaemin memanggilnya dengan benar, ya walaupun tatapannya masih datar, itu tidak masalah bagi Raina.
"Ada apa, Jae?"
Entah kenapa Jaemin sedikit tidak rela saat Raina memanggilnya 'Jae' bukan Nana seperti biasa gadis itu ucapkan saat memanggil dirinya.
"Gue mau ngomong," ujarnya kemudian melangkah lebih dulu.
Raina mengernyit bingung menatap punggung Jaemin yang sedikit menjauh, gadis itu menoleh pada Haechan yang sama bingungnya. Merasa ditatap Haechan menoleh pada Raina, menghela napas pelan lalu mengangguk.
"Ikut aja, siapa tau penting."
Raina mengangguk lalu mengikuti langkah Jaemin yang menurutnya begitu cepat. Gadis itu melangkahkan kakinya lebih cepat lagi, berusaha menyamakan langkahnya pada Jaemin yang ada didepannya.
"Mau kemana?"
Jaemin tidak menjawab, dirinya malah berbelok kearah rooftop sekolah yang sepertinya akan membawa dirinya dan Raina kesana.
Saat mereka sudah sampai dirooftop Jaemin hanya terdiam menikmati angin yang menerpa wajahnya, sedangkan Raina berdiri ditepi rooftop memperhatikan beberapa murid yang sedang bermain basket, salah satunya Jeno, laki-laki yang beberapa hari ini jarang sekali menemui dirinya. Tersenyum tipis saat melihat Jeno sedang mengibaskan surai coklatnya, dia baru sadar betapa tampannya seorang Lee Jeno.
Jaemin yang sejak tadi menutup mata sambil menikmati semilir angin pun membuka matanya dan memperhatikan Raina yang sedang tersenyum melihat sesuatu. Karena penasaran dirinya berjalan menghampiri gadis itu kemudian mengikuti arah pandang gadis itu yang ternyata sedang memperhatikan Jeno.
"Jeno keren," ujar Jaemin.
Raina menoleh kemudian mengangguk antusias, "iya, apalagi kalo lagi keringatan hehehe."
"Ah iya, ada apa, Na?" tanya Raina selanjutnya.
Jaemin tersenyum tipis saat mendengar namanya disebut seperti biasa oleh Raina.
"Jangan terlalu deket sama Haechan,"
"Kenapa?" tanya Raina bingung.
"Karena.... dia udah punya Somi?" jawab Jaemin yang terdengar seperti pertanyaan.
Raina terkekeh pelan, memberanikan diri untuk mencubit pipi Jaemin dengan gemas.
"Kamu lucu, aku juga tau kali. Lagipula Somi tau kok kalo aku sama Haechan dekat karena partner, malah aku berteman baik sama Somi berkat Haechan." jelas Raina.
"Jangan terlalu dekat sama Jeno juga,"
"Kenapa? Karena Siyeon dan Sohye lagi deketin Jeno? Aku tau Nana, bahkan mereka berdua minta tolong sama aku tapi aku gak bisa, takut Jeno marah-marah."
Jaemin mengangguk kemudian keduanya kembali terdiam untuk beberapa saat sebelum Raina kembali membuka suara.
"Nana,"
Jaemin menoleh, menatap Raina lekat.
cantik. batin Jaemin membeo.
"Aku boleh minta sesuatu?"
"Apa?"
"Kalau aku minta kamu jangan terlalu dekat.... sama Heejin, apa kamu.... turutin?" tanya Raina ragu.
Jaemin terdiam cukup lama membuat Raina tau jawaban dari laki-laki itu, dan pasti Jaemin akan memakinya nanti. Memang siapa sih Raina? Bahkan dia tidak---
"Iya,"
---penting untuknya.
Raina membulatkan matanya sempurna mendengar jawaban Jaemin. Oh God! Apakah dia sedang bermimpi? Jika ia tolong jangan bangunkan dirinya dari mimpi indah ini.
Ini aneh, sungguh aneh. Mulai dari Jaemin yang memanggilnya, mengajaknya ke rooftop, berbicara padanya dan yang terakhir.... menuruti permintaan konyolnya. Sungguh ini diluar nalar pikiran Raina. Apakah Jaemin semalam salah makan atau salah minum?
"Kamu--"
"Iya, gue bakal jauhin Heejin."
"Ya Tuhan!" pekik Raina kemudian memutar tubuh Jaemin, memeriksa laki-laki itu.
"Ini beneran Na Jaemin? Nana aku yang sering aku godain?!" tanya Raina masih tak percaya.
"Menurut lo?"
Raina memekik senang seraya melompat-lompat kemudian memeluk Jaemin erat, sangat erat hingga membuat lagi-lagi itu sesak.
"R-rain..."
"Maaf sayang, aku terlalu senang heheheh." ujar Raina melepas pelukannya.
-She is Rain-
Karena Raina tadi melewatkan jam istirahat pertamanya, kali ini gadis itu langsung berlari ke kantin menarik Minju agar tidak kehabisan menu makan siang mereka. Ryujin yang sudah menunggu lama didepan kelas mereka saja ditinggal oleh kedua gadis itu, bahkan Raina tidak tau dengan siapa Ryujin datang menghampirinya.
Sesampainya dikantin Minju dan Raina berbaris mengantri giliran untuk mendapatkan makan siang mereka. Sepertinya hari ini Raina harus meminta pelayan kantin untuk menambahkan porsinya, cacing diperutnya sangat berisik meronta-ronta meminta makanan.
"Bibi, aku bolehkan meminta untuk menambahkan porsi ku? Aku sangat lapar karena tidak makan saat jam istirahat pertama." pinta Raina dengan wajah memelas seperti anak anjing.
"Boleh, tapi jangan terlalu banyak takut yang lain tidak kebagian."
Raina mengangguk senang, menyodorkan nampannya untuk diisi menu makan siang hari ini yang sepertinya sangat menggugah selera.
"Terimakasih, Bibi!" kata Raina senang saat menerima beberapa menu.
Tak mau menunggu Ryujin dan Minju yang masih mengantri, dirinya melangkah ke bangku kosong yang hanya diisi oleh Jeno seorang diri. Tersenyum manis pada laki-laki Lee kemudian duduk dihadapannya.
"Selamat makan, Jeno!" kata Raina kemudian melahap makanannya.
Jeno terkekeh, mengacak surai Raina dengan gemas kemudian ikut menikmati makan siang mereka.
Tak lama dari itu Ryujin dan Minju datang bersama dengan Jaemin dan Renjun yang ada dibelakangnya, sedangkan Haechan masih mengantri untuk mendapatkan makan siang. Dengan pandangan tak suka Jeno lemparkan untuk Jaemin yang duduk disamping Renjun kemudian kembali menatap Raina yang masih asik melahap makanannya.
"Laper banget hm?" tanya Jeno lembut.
Raina mengangguk, "banget, Jen. Gue soalnya tadi pagi gak sarapan."
"Kenapa gak sarapan?"
"Kesiangan, Jen. Kak Doy juga ninggalin tadi!" rengut Raina sebal.
"Kenapa gak bilang? Kan bisa dijemput."
"Buru-buru, sampe gak kepikiran buat nelepon lo."
Jeno mengangguk kemudian kembali diam sambil melahap makanannya.
"Eh, kalian? Daritadi?"
"Iya, sebelum negara api menyerang." jawab Haechan konyol.
"Makanan kamu kenapa gak dimakan, Na?" tanya Raina saat melihat makanan Jaemin yang belum tersentuh sama sekali.
"Kenyang makan cemburu jadi gini," celetuk Renjun.
Raina beranjak kemudian melangkah mendekat pada Jaemin dan duduk disebelah laki-laki itu.
"Boleh gak aku makan? Aku masih laper, beb" kata Raina dengan polosnya.
Jaemin terkekeh pelan, "makan aja."
Raina langsung tersenyum kemudian melahap makanan Jaemin. Sedangkan laki-laki disampingnya hanya menatap Raina, tangannya terangkat untuk mengusap lembut surai gadis Kim yang masih sibuk dengan makanannya.
uhuk uhuk
Ryujin, Minju dan juga Raina sendiri tersedak makanan mereka saat melihat perlakuan manis Jaemin pada Raina. Mereka hanya terkejut dan heran dengan Jaemin yang terlihat aneh hari ini, biasanya laki-laki itu tidak mau skinship dengan Raina, jangankan skinship, disapa saja dia tidak mau.
"Makannya pelan-pelan aja, bel masih lama." ujar Jaemin setelah menyodorkan minum pada Raina.
"Bukan itu, tapi sikap aneh kamu yang bikin aku begini. Kaget tau!" oceh Raina kesal.
Jaemin tersenyum tipis kemudian mengacak gemas surai Raina.
"Nanti bakal terbiasa."
::::