[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sud...

By zyrurui

763K 99.1K 35.4K

Bagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit More

开始 ♥
一 | Begitulah Felix
二 | Bukan Prioritas
三 | Sakit Hati Pertama Kalinya
四 | Gama
五 | Sekedar Menolong
六 | Drama yang Berujung Pengakuan
七 | Tengah Malam
八 | Hujan
九 | Berdamai dengan Kamu
十 | Not Good News Anymore
十一 | Honeymoon Avenue #1
十二 | Honeymoon Avenue #2
十三 | Ubud and A Young Boy #1
十四 | Ubud and A Young Boy #2
十五 | That Guy Who's Sitting On The Chair
十六 | Buat Saya Jatuh Cinta
十七 | Alasan Untuk Tidak Menceraikanmu
十八 | Another Cinderella Story
十九 | Testpack
二十 | Fall Asleep on Your Body
二十一 | Palpitation
二十二 | Nightmarish
二十三 | A Game Has Started
二十四 | Begin Again
二十五 | Kesempatan Kedua
二十六 | Bermain Aman
二十七 | Di Bawah Hujan
二十八 | Tidak Terduga
二十九 | Noceur
三十 | Psithurism
三十一 | Gezellig
三十二 | A Thread
三十三 | Petrified
三十四 | Hygge
三十五 | Adomania
三十六 | Berjumpa Kembali
三十七 | Sebuah Persimpangan
三十八 | Pulang Kuliah
三十九 | Pernyataan
四十一 | Senja di Danau Kenangan
四十二 | A Fight
四十三 | Sebuah Paket
四十四 | A Thread #2
四十五 | Drapetomania
四十六 | 39°C
四十七 | Nemesism
四十八 | Eumoirous
四十九 | Súton
五十 | Whelve
五十一 | Akrasia
五十二 | 切ない
五十三 | 缘分
五十四 | Moajaza
五十五 | Tristful
五十六 | Loveship
五十七 | Dysphoria
五十八 | Cordolium
五十九 | Cimmerian
六十 | Nebulous
六十一 | Hysterical
结束 ❤️
Nebula Ready Stok

四十 | Rencana

9K 1.1K 316
By zyrurui

Bacanya pelan-pelan aja gengs
Be ready for conflict :)



"Ma, sempaknya papa udah disetrika belum?"

"Ma, celana hitamnya juga jangan lupa disetrika!"

"Ma, baju batik papa mana? Papa harus pakai baju batik sekarang,"

"Ma, air kamar mandi udah penuh belum?"

"Ma, filenya kalo udah ke-download pindahin ke flashdisk ya"

"Ma,"

"Ma,"

"Ma,"

Pusing. Gue beneran pusing sekaligus rusuh dari tadi mondar-mandir menyiapkan keperluan Felix sebelum dia berangkat. Dia hari ini berangkat ke Bandung jam 10 pagi dari bandara, dan sekarang sudah jam 7 pagi lewat dua puluh menit.

Tadi pagi baik gue maupun Felix bangunnya telat. Salahkan saja Felix semalam yang minta jatah lagi di saat gue sedang menyiapkan keperluannya  ketika di Bandung. Untungnya gue masih dapat menyiapkan setengahnya, seperti kemeja, celana, snelli dan dalamannya. Sisanya baru gue siapkan sekarang. Makanya kita rusuh banget di pagi ini.

Gue terkejut tatkala mendengar pintu kamar mandi terbanting. Tampaknya Felix baru masuk ke dalam sana untuk mandi. Gue tadi udah mengisi bak mandi sebelum dia mandi sekaligus menyuruhnya mandi. Tapi dia masih mengurus beberapa file, alhasil mandinya tertunda.

"Ma, handuk papa ketinggalan!" Felix berteriak dari dalam kamar mandi. Gue berdecak pelan sebelum turun dari kasur untuk mengambil handuknya yang lupa ia bawa di atas meja.

Gue mengetuk pintu kamar mandinya. Gak mau lancang buka pintunya, nanti diterkam lagi. Kan gue takut.

"Mama gak mau ikut mandi juga? Papa mandiin," sempatnya ia berceletuk saat mengambil handuknya di tangan gue.

"Bawel, Lix." cibir gue seraya menutup pintu kamar mandinya tergesa-gesa. Gue malu kelihatan genitalianya Felix barusan—tak sengaja, sih.

Beres-beres barangnya Felix pun sudah. Gue mengambil cardigan di gantungan baju dan memakainya sebelum gue turun ke bawah untuk mengambilkan sarapannya. Gue cuma pakai daster pendek dan terbuka, terus gak pakai dalaman atas saat ini. Saking sibuknya mengurus suami, sampai gue gak berbenah diri duluan.

"Mana Felix?" tanya mama Krystal saat gue telah berada di ruang makan.

"Masih mandi, ma." jawab gue. Gue lantas bergegas mengambil kotak makan. Niatnya mau membawakan Felix bekal biar dia makan selagi di perjalanan menuju bandara.

"Felix berapa hari nanti di Bandung?" tanya mama lagi ketika gue mengambil nasi di rice cooker.

"5 hari,"

"Kamu gak mau ikut aja ke Bandung?"

Nah, ya itu. Masalahnya gue UAS sampai tiga hari ke depan. Gue pengen ikut gitu. Tapi gue gak mau UAS susulan. Udah sendirian, gak enak pokoknya.

"Enggak. Ai masih UAS." jawab gue. Mama mengangguk singkat kemudian berlalu dari hadapan gue. Gue pun mempercepat diri menyiapkan sarapan Felix. Begitu usai, gue membawanya kembali ke kamar.

Di saat gue tiba di kamar, Felix sudah selesai mandi. Ia sedang mengenakan pakaiannya yang gue letakkan di atas kasur sedari tadi. Gue meletakkan makanannya di meja, sebelum menghampirinya.

"Sini aku keringkan rambutnya," ucap gue seraya mengulurkan tangan. Hendaknya meminta handuk ke Felix.

"Semua udah siap kan, Ma?" tanya Felix di sela-sela gue mengusap rambutnya dengan handuk.

"Sudah, kok,"

"Maaf ya, bikin repot."

"Gak apa. Tugasku." jawab gue singkat. Felix hanya mengangguk kemudian melingkarkan tangannya di perut gue. Tak hanya itu, ia juga mengusap pinggang gue.

Mengeringkan rambut Felix akhirnya usai. Gue lantas mengambil sisir, pelembab, bedak dan lipbalm di meja rias. Felix suka touch up juga. Katanya dia meski dianya laki-laki, dia gak mau sampai wajahnya kering, kusam dan lain sebagainya. Dia mau tetap ganteng meski pekerjaannya padat. Makanya sering pakai pelembab dan bedak. Bedak yang dia pakai bedak tabur. Katanya sih lebih ringan teksturnya ketimbang bedak padat. Ya sudah, terserah dia. Kan dia yang pakai.

"Aku udah siapkan bekal untuk kamu makan pagi. Kalau makan di sini, takutnya gak cukup waktunya," kata gue setelah Felix selesai. Dia sudah tampan dengan kemeja batik, celana hitam dan wajah yang dipoles make up ringan.

"Makasih, Ai."

Gue mengangguk singkat. Gue lantas beralih ke ponsel gue yang baru saja berbunyi. Ada pesan masuk dari Jisung di grup chat kelas. Katanya UAS diundur lima belas menit. Jadi UAS hari ini dimulai jam 10 pagi. Gue lega seketika.

"Ma, papa mau berangkat." suara berat milik Felix terdengar lagi di ruangan ini. Gue mengembalikan ponsel di atas meja dan bergegas menghampirinya.

"Jangan lupa makan ya, sesibuk apapun kamu," kata gue. Felix mengangguk.

"Kamu gak apa kan saya tinggal?"

"Ya..." gue menggamang sejenak. Rasanya seperti berat ditinggal Felix. "Gak apa. Kan kamu kerja. Jadi aku gak masalah." sambung gue. Gak tau aja kalau perasaan gue mulai gak menentu lagi.

"Sini majuan," Felix mendorong gue lebih maju ke depannya hingga perut gue dapat menyentuh dirinya. Tak hanya itu, Felix juga memeluk gue.

Dia gak jijik apa ya sama gue yang belum mandi? Gue kan berkeringat parah semalem, ketambah tadi pagi karena sibuk prepare barangnya.

"Lix, aku bau," celetuk gue. Mengingatkan dia bahwa gue beneran bau.

"Harum kok."

Harum darimana anjir?

"Gak usah bohong mending." cibir gue.

Seketika Felix tertawa. Suaranya langsung tanpa permisi menusuk gendang telinga gue. Suaranya bak gendang yang ditabuh tepat di telinga gue. Bikin pengang, iya. Bikin perut geli, iya.

"Iya, kamu bau. Tapi saya gak masalah. Saya pengen meluk kamu sebelum saya berangkat."

Pelukan itu tiba-tiba rasanya seperti dingin. Entah gue yang hanya merasa demikian, tapi gue merasa pelukan di antara kita itu terasa dingin. Gue jadi takut Felix kenapa-napa baik saat perjalanan maupun saat di Bandung nanti.

Selang beberapa menit, lelaki berstatus suami gue itu mengusaikan pelukannya. Ia menatap gue lekat. Sial, tampan sekali.

"Di rumah baik-baik. Abis ngerjakan tugas langsung tidur. Gak usah begadang nonton drama. Anak kita pasti ganteng kok. Mirip saya." perkataannya terdengar begitu penuh akan kepercayaan diri. Padahal hasil USG kemarin cuma nunjukin gambar 2 dimensi. Wajahnya adek gak keliatan banget mirip bapaknya.

"Iya. Ada lagi?"

"Ada. Kalo kuliah bareng Junkyu, ya. Junkyu loh. Bukan Jisung."

Tumben banget mas Alen mengizinkan gue bareng saudara sepanti gue? Biasanya ngelarang banget meskipun cuma Junkyu.

"Tumben?"

Felix mengedikkan bahunya dan memalingkan wajahnya. "Saya percaya Junkyu bisa jaga kamu."

Gue memasang wajah tengil, "kenapa gak Jisung?"

Ekspresi Felix menjadi masam dalam hitungan satu per sekian detik. Sensitif banget dengar nama Jisung. Sensitifnya melebihi gue pas PMS dulu.

"Jisung suka kamu. Saya gak suka. Saya kira kamu sudah tau alasan ini dari dulu ya, Ai."

Iya udah tau. Semenjak dia menghentikan gencatan senjata antara gue dan dia dulu. Pas pertama kalinya dia kena bogem mama. Ya, semenjak itu pokoknya.

"Iya udah tau, sayang. Gak usah khawatir gitu dong," canda gue. Sejujurnya gue geli memanggil dia sayang. Memanggilnya papa pun gue geli. Namun sudah menjadi kebiasaan gue memanggilnya demikian.

"Ya sudah saya berangkat dulu. Hati-hati dimana pun kamu berada." cuit Felix sekali lagi. Ia lantas menangkup pipi gue dan memiringkannya. Bibirnya menempel sempurna di atas milik gue. Dia hanya  sebentar mencium bibir gue. Mungkin karena gue belum sikat gigi ya, jadi dia gak mau cium gue sedalam biasanya.

Tapi Felix menyempatkan diri mengecup seluruh wajah gue.

"Mama, uangnya masih ada kan di rekening?" tanya Felix sesudahnya aktifitas cium-menciumnya.

Bilang enggak dapat dosa gak sih? Uang gue masih ada. Dikit. Hehe.

"Tinggal dikit, pa. Mungkin sekitar dua ratus ribuan." gue gak berbohong. Seingat gue sisa uang gue ya segitu.

"Nanti saya transfer lewat m-banking. Jangan boros. Gak usah beli make up atau skincare dulu. Masih hamil soalnya. "

Gue menyebikkan bibir seiring perkataan yang keluar dari mulutnya. Akan tetapi gue tetap menurutinya. Bagaimanapun perintahnya mutlak bagi gue.

Gue dikejutkan dengan perlakuan Felix kemudian. Ia berjongkok di depan gue. Tangannya membelai perut gue. Ia juga menempelkan telinganya di perut gue.

"Papa pergi dulu, sayang. Baik-baik di dalam sana. Jangan berantem ya,"

Gue tersenyum geli. Pertama kalinya mendengarnya berkata demikian.

"Oke, aku berangkat dulu. Kalo ada apa-apa, kabari mama."

Sekali lagi gue mengangguk. Felix lantas mengambil tas ranselnya di kasur, totte bag berisi makanannya dan mulai menggeret kopernya keluar kamar. Gue mengikutinya sampai ia tiba di bawah. Felix pamit kepada mamanya dan Chaewon lebih dulu, kemudian pergi menghilang bersama mobilnya mama.

Alih-alih masuk ke dalam kamar kembali, gue terdiam memandangi mobil yang ditumpanginya, yang semakin jauh itu. Ada suatu perasaan dimana gue gak rela Felix pergi. Apakah ini suatu firasat atau tidak, gue gak paham. Gue berdoa semoga dia baik-baik saja, baik saat perjalanan maupun saat ia tiba nanti.

Gue akhirnya masuk kembali ke dalam rumah seiring dengan awan yang mulai menutupi sinar matahari.


— Nebula —




Dahyun berdiri di depan sebuah meja yang mana terdapat Chan pula di sana. Mereka tengah membahas sesuatu di sebuah ruangan kerja milik Dahyun. Wanita cantik berusia kepala tiga itu merupakan seorang founder dari brand pakaian terkenal. Produknya tak kalah saing dengan milik Krystal sendiri.

Yang mereka lakukan adalah membahas tentang rencana bagaimana menghancurkan keluarga Krystal, salah satu keluarga yang Dahyun benci sejak lama. Ia memiliki dendam kesumat yang teramat kepada keluarga tersebut, terutama Krystal sendiri. Wanita berstatus ibu dari Felix dan istri dari Adrian itu target utamanya. Namun obsesi dan dendam Dahyun tak hanya Krystal, bahkan keluarga kecil Krystal juga. Termasuk Felix dan kamu.

Asal muasal kebencian Dahyun dimulai saat dirinya duduk di dunia perkuliahan semester akhir, di salah satu universitas swasta dengan jurusan ekonomi dan bisnis. Ia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ayah dan ibunya merupakan salah satu staff di perusahaan milik Krystal. Krystal dulu mewarisi perusahaan milik kedua orang tuanya lebih cepat karena sang ayah sakit parah lalu dipanggil sang pencipta. Tak hanya itu, Dahyun memiliki seorang pacar pertama yang bernama Chalen Adriano atau ayahnya Felix.

Awal mulanya semua berjalan dengan lancar. Namun saat itu terjadi krisis ekonomi di dalam keluarga Dahyun secara signifikan. Kedua orang tuanya melakukan banyak hutang untuk membiayai kuliah Dahyun, pengobatan ibunya Dahyun, dan makan sehari-hari. Gaji yang mereka dapatkan dari bekerja sebagai staff, tak cukup untuk menghidupi mereka. Maklum saja dulu perusahaan Krystal tak sebesar sekarang. Jadi gaji pegawai hanya berkisar satu juta sampai dua juta per bulan. Hingga suatu ketika kedua orang tuanya melakukan tindak pidana terhadap Krystal, yaitu melakukan pencurian uang. Mereka melakukannya karena keadaan semakin terpaksa. Mama Dahyun harus segera dioperasi, sementara Dahyun harus membayar UKTnya.

Tindakan mereka tentu diketahui oleh Krystal sendiri. Wanita itu menindak tegas dengan melaporkan keduanya ke pihak kepolisian. Dahyun mencoba memohon kepada Krystal untuk membebaskan kedua orang tuanya dengan berbagai alasan. Namun Krystal merupakan salah satu orang yang tidak pandang bulu. Ia tidak mencabut hukuman itu hingga akhirnya kedua orang tuanya dipenjara selama 5 tahun. Naasnya sebelum 5 tahun itu, kedua orang tuanya meninggal. Lantaran ibunya sakit dan ayahnya menyusul ibunya setahun kemudian

Dari situ bibit-bibit kebencian Dahyun dimulai. Ia menyalahkan Krystal atas kematian kedua orang tuanya. Namun Krystal tak ambil pusing. Karena prinsipnya hukum harus ditegakkan.

Lambat laun semuanya berubah. Dahyun mengalami kesulitan yang luar biasa. Depresi dan OCD menyerangnya kala ia sedang berjuang di dalam hidupnya. Ia bahkan sampai putus kuliah di saat ia hampir mencapai ketuntasan dalam kuliah. Hubungannya dengan sang pacar, Adriano, si dokter muda itu pun juga kandas karena perubahan diri Dahyun sendiri. Dulu hidup Dahyun seakan-akan berantakan.

Puncaknya hingga di tahun kedua kedua orang tuanya meninggal, Dahyun mendengar kabar bahwa mantan pacarnya menikah dengan Krystal. Sungguh ia merasa kaget karena sosok yang begitu ia cintai harus menikahi wanita yang ia benci. Ia merasa terkhianati oleh Adrian yang notabenenya sandarannya dan salah satu orang yang mengetahui aib keluarganya. Dari situ Dahyun berpikiran bahwa Krystal benar-benar menghancurkan dirinya. Sebuah dendam pun akhirnya muncul di dalam diri Dahyun untuk membalas perbuatan Krystal suatu hari nanti. Ia bahkan nekat menggunakan Hanbin untuk menjalankan rencananya.

Saat ini di ruangan milik Dahyun. Wanita itu tengah menyesap kopinya sambil menunggu balasan dari salah satu anak buahnya. Sementara manusia lain, Chan, sedang mengamati foto-fotomu yang ia dapatkan dari stalker suruhan iparnya.

"Kenapa kamu gak bilang sih kalau Ai sudah menikah?" tanya Chan. Matanya masih fokus dengan fotomu yang tertampil di laptopnya.

Sejujurnya Chan masih tak terima kamu sudah menikah, dan tengah mengandung anak Felix. Baginya hanya dia yang pantas untuk kamu. Untuk menjadi pendamping hidup kamu.

"Aku saja baru tau," jawab Dahyun cuek. "Lagian kamu juga sibuk di USA sampai susah dihubungi,"

Chan terdiam. Tak ada niat membalas.

"Aku heran. Kenapa kamu sampai sekarang mencintai gadis yatim itu? Cewek banyak padahal," Dahyun berkomentar ketika Chan tersenyum melihat fotomu yang sedang tersenyum sembari memegangi perutmu. Pikir Chan, kamu cantik sekali.

"Udah cinta," jawab Chan singkat.

"Kronis ya,"

"Heum."

Dahyun kembali fokus terhadap ponselnya. Anak buahnya baru saja mengirimi kabar bahwa mereka sudah berada di lokasi. Wanita itu dengan singkat mengetikkan balasan untuk mereka.

"Aku akan membantumu, asal jangan bunuh Ai." ucap Chan tiba-tiba.

"Yah, padahal aku ingin mempertemukannya dengan kedua orang tuanya," balas Dahyun dengan nada sok sedih.

Chan menggeram, "jangan coba-coba menghianati perjanjian ya."

Dahyun merotasikan matanya malas. "Tentu saja Chan adik iparku yang terhormat." balasnya sarkastik.

For your information, Chan itu merupakan adik sepupunya Jackson alias suaminya Dahyun. Umur mereka  terpaut satu tahun dengan Chan yang lebih tua darinya. Mereka juga memutuskan untuk bekerja sama dalam hal ini. Chan yang memutuskan sendiri untuk bergabung setelah tak sengaja mendengar Dahyun memarahi Yiren yang lagi-lagi tak mau membantunya untuk melaksanakan rencana itu.

"Sampai dimana rencanamu?" tanya Chan.

Dahyun meletakkan cangkir berisi kopinya barang sejenak, "membuat usaha Krystal bangkrut. Hari ini aku akan membakar dua cabang butiknya."

Chan hanya ber'oh'ria sebab ia tak terlalu mengerti dan tak mau tau tentang rencana Dahyun. Ia hanya mau menyelematkanmu itu saja. Ditambah dengan ingin merebut kamu dari Felix. Sejujurnya. Ia tak peduli walau kamu hamil anak juniornya itu, ia tetap ingin mendapatkanmu. Chan itu tipikal ambisius, jadi begitulah dirinya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"

Lawan bicaranya menepukkan tangannya sambil tersenyum. "Dekati saja Ai. Dia kan sedang ditinggal suaminya. Buat mereka salah paham."

"Terus?"

"Ai harus bisa kamu dapatkan. Dengan begitu Felix akan menceraikannya. Lalu Yiren akan kusuruh mendekati Felix lagi dan mereka harus menikah. Agar rencanaku membunuh Krystal dapat terlaksana."


"Sayangnya putrimu tak mau yah,"

Dahyun menghela nafasnya berat, "yah, anak itu terlalu berperan sebagai dokter. Jiwa jahatnya tak nampak," katanya. "Tapi aku akan tetap membuatnya mendekati Felix,"

"Oke, aku akan mendekati Ai. Tapi jangan sampai kamu membunuhnya. Begitu pula dengan bayinya,"

Dahyun mengangguk. "tak akan kubunuh. Jika rencanamu berhasil."

Mereka berhenti berbincang barang sejenak. Dahyun kembali fokus dengan ponselnya dimana anak buahnya sedang melakukan tugasnya. Sementara Chan sedang membalas chat pasien di aplikasi dokter.

"Ada lagi rencana yang harus kulakukan?" Chan bertanya kembali.

Dahyun menggeleng, "untuk saat ini hanya itu saja."

"Kalo begitu aku akan ke rumah sakit. Ada pasien."

Yang lebih muda mengangguk. Chan segera bangkit dari duduknya untuk mengemasi baranf-barangnya ke dalam tasnya. Lelaki bersurai pirang itu lantas pergi keluar dari ruangan Dahyun. Menyisakan sang wanita sendirian.









Ting!






Ponsel Dahyun berbunyi sesaat setelah Chan pergi. Wanita itu segera membukanya. Sebuah senyum kemenangan terpatri di bibirnya kala mendengar sebuah berita dari anak buahnya.








Jinhwan
Dua butik milik target sudah hangus
















Punten ges titip yak

Continue Reading

You'll Also Like

203K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
11.9K 389 24
Drama ini menceritakan tentang sebuah tim pemandu sorak di SMA, yang bercerita tentang persahabatan dan cinta... Ketika siswa berhadapan dengan ling...
1.3K 345 10
[END] Jika laut adalah lukisan, ombak adalah melodi, burung camar sebagai saksi, maka cinta kita ialah seindah-indahnya seni. Dari Morgan De Vries un...
391 58 7
WARNING ‼️ Ini hanya cerita fiksi semata❗ Beberapa karakter mungkin akan OOC, Cerita ini adalah karya pertamaku jadi dimohon untuk para readers agar...