Who's your name?

Da Dayshi6

401 112 9

"Biarkan hanya aku yang mengetahui namamu dan biarkan hanya aku yang akan selalu bersamamu selamanya". Ketika... Altro

Part 1: Pertemuan tak terduga
Part 2: Aneh
Part 3: Sial
Part 4: Kapan berakhir
Part 5: Kalut
Part 7: Ruang Rahasia
Part 8: Pilihan
Part 9: Amnesia
Part 10: Mencari tahu
Part 11: Kesepakatan
Part 12: Tangan Sialan

Part 6: Misi pertama

25 9 2
Da Dayshi6

Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam, akhirnya Kinara dan Regan sampai dirumah. Tanpa berbicara Kinara berjalan memasuki rumah mendahului Regan. Ketika ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan keberadaan ibunya diruang tamu.

"Mah kapan pulang?" tanya Kinara sambil menghampiri ibunya yang sedang duduk disofa ruang tamu.

"Baru saja, habis dari mana?" Tanya Zahra ibunda Kinara.

"Habis dari Taman Balai Kota Bandung mah."

"Sama bang Regan?"

"Iya sama bang Regan, mana mau Nara kesana sendirian. Udah jomblo sendiri lagi, ihh kan gak mau. Oh iya, tumben mamah pulang cepet?" Tanya Kinara merasa heran karena setahu dia ibunya sering pulang malam bahkan sampai tengah malam.

"Oh itu, hari ini pekerjaan mamah gak terlalu banyak jadi mamah bisa pulang cepet." Jelas ibunya.

"Emmm bagus deh, kalau begitu lebih baik mamah istirahat kayanya mamah capek." Ujar Kinara tak melepaskan tatapan nya dari wajah ibunya, terlihat guratan keletihan diwajah ibunya serta kantong mata yang menandakan kalau ibunya kurang tidur. Melihat itu semua membuat hatinya terenyuh dan sangat menyayangkan keadaan ibunya saat ini.

"Iya nanti mamah istirahat, Nara gak usah khawatir. Mamah bekerja untuk Nara dan bang Regan juga selama ini mamah gak pernah merasa lelah mamah justru bahagia melihat kalian tercukupi." Kata Zahra ibunda Kinara sambil tersenyum lembut.

Mendengar ucapan ibundanya membuat Kinara tidak bisa menyembunyikan rasa haru nya. Ia bersyukur mempunyai ibu yang sangat menyayangi serta memperdulikannya. Tanpa bicara Kinara memeluk ibunya dengan erat seakan tidak ingin kehilangannya.

Merasakan Kinara memeluknya otomatis Zahra membalas pelukan anak bungsunya itu dengan penuh kasih sayang. Ia berjanji akan selalu membahagiakan anak-anaknya. karena kejadian tiga tahun yang lalu membuat mereka harus kehilangan sosok seorang ayah, hingga membuat Zahra harus menjadi seorang tulang punggung keluarga dan sekaligus ibu rumah tangga.

"Gak ngajak abang pelukan nih."

Tiba-tiba terdengar suara Regan dari arah pintu, membuat Kinara menatap Regan namun tidak melepaskan pelukannya.

"Enggak, abang gak usah ikut-ikutan, abang bau keringat." Ujar Kinara sambil menutup hidungnya.

"Palingan kamu dek yang bau keringat. Siapa coba yang tadi lari-larian di Taman Balai Kota Bandung sampai abang susah nyusulnya." Kata Regan sambil menghampiri Kinara lalu duduk disampingnya.

"Yee...keringat Kinara itu wangi kali gak kaya abang. Apaan sih bang deket-deket hush hush."  Kinara pun mendorong badan kakaknya agar menjauhinya.

"Abang peluk nih, biar keringat abang nempel di baju kamu."

"Iissshh apaan sih bang."

Sedangkan Regan hanya tertawa melihat wajah kesal Kinara yang terus berusaha menjauhkan badannya agar tidak memeluknya.

Melihat tingkah kedua anaknya membuat Zahra tersenyum bahagia. Segala beban yang ia pikul seakan hilang melihat kedekatan mereka berdua. Ia merasa kebahagiaan mereka adalah kebahagiaanya juga.

¿¿¿¿

Terlihat Seorang pria yang Sedari tadi tidak beranjak dari tempat tersebut, tatapannya tidak pernah lepas dari pemandangan yang tersaji didepannya. Sesekali ia menghela nafas ketika ingatan tentang kejadian dimasa lalu terus mengacaukan pikirannya. Pria tersebut adalah Adelard Giovani Alaska, setelah pertemuannya dengan Kinara dan juga Regan kakaknya, entah mengapa bayangan kejadian masa lalu itu terus saja menghantuinya hingga menimbulkan rasa bersalah dan juga penyesalan, apalagi ketika melihat tatapan dari Regan membuat perasaan bersalah yang semula ia coba lupakan kini kembali lagi, bahkan lebih parah.

"Andai aku tidak seceroboh itu dulu, andai aku tidak meninggalkanmu mungkin semua tidak akan serumit ini." Ucap Adelard terdengar pilu.

¿¿¿¿

Sedangkan dalam sebuah kamar dengan ornamen serba kuning, terlihat Kinara merebahkan tubuhnya pada kasur. Sejenak ia memikirkan sesuatu tentang kejadian beberapa hari ini. Semua yang terjadi hari ini membuatnya penasaran. Berawal dari pertemuannya dengan seorang lelaki misterius lalu insiden tak terduga antara dirinya dengan Adelard, serta perubahan raut muka kakaknya ketika melihat Adelard membuatnya berpikir keras. Manakah yang harus ia cari tahu duluan, lelaki misterius itu atau Adelard. Setelah berpikir lama akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu tentang lelaki misterius itu, menurutnya lelaki itu lebih membuatnya penasaran.

"Tapi tunggu dulu, gimana caranya gue cari informasi tentang cowok itu. Sedangkan semua murid disekolah tidak mengenalinya." Gumam Kinara pada dirinya sendiri.

"Oh iya gue lupa! Kayanya bu Tria tahu sesuatu deh tentang cowok itu." ucap Kinara dengan tersenyum senang atas pemikirannya.

Kinara pun mengambil buku diary nya diatas nakas, lalu menuliskan sesuatu disana.

"Lo emang hebat Kinara." ucapnya tersenyum puas melihat hasil tulisannya.

Misi menguak identitas cowok misterius

1. Cari informasi cowok itu dari Bu Tria.
2. Mengunjungi perpustakaan     tempat pertemuan pertama kali.
3. Pulang agak lama sambil menunggu cowok itu keluar sekolah
4. Tetap semangat jangan pantang menyerah.

Tertanda Kinara cantik (:

Ia terkekeh sendiri menyadari tulisan terakhir yang ia buat. Ia pun menyimpan kembali buku diarynya diatas nakas. Karena merasa sudah mengantuk akhirnya Kinara memejamkan matanya dan mencoba untuk menyelami alam mimpinya hingga ia tertidur pulas.

Tidak terasa malam sudah berganti pagi, matahari pun muncul menggantikan tugas bulan. Sinarnya menyilaukan mata seorang gadis yang sedang memagut dirinya pada sebuah cermin yang berada dekat jendela hingga membuat ia menghadap langsung pada jendela yang memancarkan sinar matahari. Kinara tersenyum melihat penampilannya pada cermin ia memang orang yang tidak suka muluk-muluk dalam berdandan seperti sekarang ia hanya menaburkan bedak bayi dan memakai sedikit liptint serta menggerai rambut sebahunya, selama ia nyaman berpenampilan seperti ini kesekolah, tidak mencolok serta terlihat sederhana saja sudah cukup untuknya.

Merasa sudah puas akan penampilannya, Kinara pun mengambil tas yang tergeletak dikasurnya lalu melangkahkan kakinya keluar kamar. Setelah sampai diruang makan ia mengernyitkan dahinya melihat Zahra ibunya ada diruang makan. Harusnya Zahra sudah berangkat kerja tapi kali ini ia malah berada diruang makan dengan senyuman khasnya menyambut Kinara untuk makan bersamanya, membuat Kinara heran lalu tanpa ragu ia pun menghampiri Zahra.

"Mamah gak kerja hari ini?" Tanya Kinara ketika ia sudah menduduki kursi diruang makan tanpa mengalihkan tatapannya dari Zahra.

"Oh itu, sebenarnya perusahaan tempat ibu kerja sedang mengadakan liburan keluar negeri, hingga sementara karyawan yang tidak ikut diliburkan." Kata Zahra menjelaskan kepada Kinara mengapa ia tidak kerja hari ini.

"Oh, lalu kenapa mamah gak ikut liburan keluar negeri kan lumayan jalan-jalan gratis." Ujar Kinara sambil menyendokkan nasi kepiringnya.

"Kalau mamah ikut, terus kalian dirumah sama siapa, mamah gak mungkin ninggalin kalian berdua dirumah." Sambil berbicara Zahra mengambil goreng ikan kepiring Kinara.

"Wiihh mamah masak goreng ikan sama sambal terasi juga."Ujar Kinara dengan tatapan berbinar.

Memang goreng ikan adalah makanan kesukaan Kinara apalagi ditambah sambal terasi membuat makannya terasa nikmat. Ditengah kunyahannya tiba-tiba Kinara teringat Regan.

"Mah, bang Regan belum bangun?" Tanyanya pada Zahra, karena sedari tadi ia tidak melihat batang hidung Regan.

"Abang kamu lagi manasin motor tuh." Tunjuk ibunya menggunakan dagu kearah garasi tempat Regan menyimpan motor kesayangannya.

"Oh tumben pagi-pagi bang Regan udah bangun." Kata Kinara heran melihat abangnya sudah berada digarasi sebelum Kinara datang keruang makan.

"Katanya ada keperluan di kampus jadi abang kamu harus pagi-pagi kekampus."

"Ohh pantesan abang gercep bangun pagi-pagi." Kata Kinara manggut-manggut.

"Bang Regan udah makan mah?" Tanya Kinara lagi.

"Udah tadi sebelum Nara kesini."

Kinara pun hanya mengangguk paham mendengar jawaban dari Zahra. Setelah selesai makan Kinara pun berdiri dari duduknya dan berpamitan untuk berangkat sekolah kepada Zahra.

"Mah Zahra berangkat sekolah dulu." Kata Kinara sambil mencium punggung tangan Zahra

"Iya hati-hati." Ucap Zahra sambil tersenyum simpul.

Setelah berpamitan Kinara pun menghampiri Regan dan menyuruhnya untuk berangkat sekarang. Regan pun menyalakan motornya dan berpamitan kepada Zahra. Motor mereka pun melaju meninggalkan rumah menuju kesekolah Kinara.

Sesampainya disekolah Kinara pun turun dari motor Regan lalu berpamitan terlebih dahulu. Setelah Regan pergi dengan motornya Kinara pun berjalan menuju gerbang sekolah yang untungnya belum ditutup.

Selama perjalanan menuju kelasnya Kinara tak henti-henti nya berpikir bagaimana caranya menyelesaikan misi yang pertama yaitu bertemu dengan Bu Tria.

"Apakah aku harus mendatanginya." Pikir Kinara dalam hati

Akhirnya ia pun memutuskan untuk mendatanginya nanti pas waktu istirahat.

¿¿¿¿

Diluar gerbang terdapat sebuah mobil hitam yang didalamnya dihuni oleh seorang pria yang tak henti-hentinya mengamati para murid disekolahnya berlarian menuju kelas karena terdengar suara bel berbunyi tanda masuk pelajaran pertama. Setelah melihat bahwa tidak ada satupun murid yang berkeliaran, akhirnya ia pun menoleh kepada seorang pria yang sedang duduk disampingnya memegang kemudi.

"Masuk sekarang." Katanya tanpa intonasi.

Seorang pria dibalik kemudi tersebut akhirnya menjalankan mobilnya lalu memarkirkan mobil tersebut ditempat yang hanya diketahui oleh mereka. Tanpa berkata Pria yang memakai seragam khas sma mangku bumi keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju ruangan yang selama ini ia diami.

Sedangkan pria yang masih berada didalam mobil tersebut hanya menghela nafas pasrah, lalu melajukan kembali mobilnya keluar dari area sekolah.

¿¿¿¿

Sedangkan diwaktu pelajaran Kinara sama sekali tidak fokus mendengarkan guru yang sedang mengajar didepan. Pikirannya terus saja gelisah ia tidak sabar menunggu waktu istirahat.

Teng... Teng... Teng, istirahat pertama dimulai.

Akhirnya setelah sekian lama menunggu, bel istirahat pertama pun berbunyi.

Belum beranjak dari duduknya Kinara sungguh tidak sabar menunggu Pak Retno guru yang sedang mengajar didepan keluar kelas.

"Ok anak-anak karena bel istirahat sudah berbunyi kita akhiri pelajarannya sampai disini. Kalau ada yang belum mengerti boleh bertanya langsung ke bapak. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Mendengar Pak Retno mengucapkan salam Kinara buru-buru keluar kelas tanpa menjawab salam Pak Retno. Melihat tingkah muridnya Pak Retno hanya menggelengkan kepala memaklumi.

Sedangkan Zeline, Nadhira dan Al mengernyitkan dahi heran melihat teman mereka Kinara buru-buru keluar kelas tanpa mengajak mereka.

"Hey, Kinara kenapa buru-buru, gak kaya biasanya nungguin kita kalau istirahat." tanya Al kepada Zeline dan Nadhira.

Namun mereka hanya menggelengkan kepala tidak mengerti akan kelakuan Kinara hari ini.

¿¿¿¿

Dilain sisi Kinara tampak ragu antara harus masuk atau tidak. Sekarang ia berada dipintu kantor tanpa sedikitpun berniat untuk masuk. Ketika ia berperang dengan pikirannya tiba-tiba pintu kantor dibuka oleh seseorang.

"Loh Kinara ngapain kesini? Tanya seseorang tersebut yang ternyata Bu Fatma.

"Eh Bu Fatma, a-anu bu s-saya pengen ketemu sama Bu Tria." Akhirnya keluar juga kata-kata itu dari mulut Kinara walaupun agak sedikit ragu.

"Oh Bu Tria ada di ruangannya, masuk saja Kinara." Ucap Bu Fatma mempersilahkan masuk.

"Iya bu."

Akhirnya Kinara pun melangkahkan kakinya masuk dan menuju ruangan Bu Tria

Setelah sampai kedepan pintu ruangan Bu Tria. Kinara sempat menghembuskan nafas untuk mengurangi rasa gugupnya. Dengan sisa keberaniannya Kinara mengetuk pintu itu.

"Masuk." Terdengar suara Bu Tria yang mengalun merdu ditelinga Kinara.

Kinara pun membuka pintu secara perlahan dan berjalan masuk dengan langkah yang hampir tidak terdengar oleh Bu Tria yang saat ini sedang berkutat dengan laptopnya hingga membuat ia tidak dapat melihat siapa yang masuk kedalam ruangannya.

Merasa tidak ada pergerakan Bu Tria pun mendongakkan pandangannya menuju seorang didepannya yang terlihat menundukkan kepalanya. Merasa kenal dengan murid yang masuk keruangannya namun belum berani mengangkat kepalanya dan berbicara, Bu Tria pun berinisiatif memulai pembicaraan.

"Loh Kinara kenapa berdiri, ayo duduk." Ucap Bu Tria disertai senyuman lembut.

Mendengar Bu Tria mengatakan itu membuat Kinara mendongakkan kepalanya dan melihat Bu Tria yang tersenyum lembut kepadanya membuat ia tersenyum lega dan segera mendudukkan dirinya disebuah kursi yang ada didepan meja kerja Bu Tria.

"Ada apa Kinara datang keruangan Ibu?"

"A-anu bu..." Mata Kinara bergerak gelisah sedangkan mulutnya susah sekali mengatakan sesuatu yang sedari tadi ingin ia tanyakan kepada Bu Tria.

Sedangkan Bu Tria mengernyitkan dahinya menunggu kelanjutan dari ucapan Kinara.

"Kinara ingin menanyakan tentang seseorang Bu Tria." Akhirnya ucapan itulah yang keluar dari mulut Kinara setelah bergelut dengan pikirannya.

"Siapa?" Tanya Bu Tria dengan nada bicara yang sama, tenang.

"Sebelumnya saya mau minta maaf Bu, karena sudah mendengarkan percakapan Bu Tria dengan seseorang diruangan ini kemarin dan yang ingin saya tanyakan adalah seseorang yang menjadi topik pembicaraan Bu Tria kemarin." Ujar Kinara tanpa ada sedikit pun keraguan dalam ucapannya.

Bu Tria menganggukkan kepalanya mengerti. Sebenarnya ia tahu bahwa Kinara mendengar percakapannya kemarin. Ia pikir Kinara tidak akan tertarik dengan topik pembicaraannya.

"Dan saya yakin seseorang yang ibu bicarakan kemarin adalah seseorang yang tidak sengaja bertemu dengan saya diperpustakaan kemarin."

"Kamu pernah bertemu dengannya?" Tanya Bu Tria dengan nada yang sarat akan keterkejutan.

"Pernah Bu, dan karena pertemuan itu saya jadi penasaran dengan cowok yang sangat asing dimata saya itu, bahkan ketika saya menanyakan dia kepada teman-teman saya mereka tidak mengenalinya. Karena itu saya penasaran dan nekad bertanya kepada Bu Tria, saya yakin Bu Tria tahu tentang cowok itu." Ucap Kinara dengan tatapan penuh harap.

Bu Tria pun menghela nafas ketika mendengar penjelasan dari mulut seorang murid didepannya itu. Ia pun tidak mungkin harus terus menutup rahasia ini dari Kinara. Ia yakin Kinara bukan orang yang punya niatan jahat.

"Dia adalah Radipta anak dari pemilik sekolah ini. Setelah kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya ia menjadi sosok yang pendiam, dingin sulit untuk disentuh. Bahkan karena kejadian itu Radipta mengidap penyakit Agoraphobia yaitu fobia terhadap keramaian. Setiap kali ia bertemu dengan orang banyak ia selalu teringat kejadian yang memilukan itu hingga membuat ia kesakitan, karena itu kami mencoba untuk menjauh kan Radipta dari orang-orang. Sampai saat ini tidak ada yang mengenali dia, kinara." Ucap Bu Tria dengan tatapan yang mengarah pada dua bola mata Kinara.

Mendengar cerita dari Bu Tria muncul rasa kasihan dihati Kinara. Ia tidak tahu bahwa cowok seganteng Radipta harus mempunyai trauma akan masa lalu yang menyedihkan. Walaupun sebenarnya ia tidak tahu bagaimana kronologi kejadian yang menewaskan kedua orang tua Radipta tersebut. Ia pun tidak ingin bertanya lebih lanjut, sudah untung Bu Tria mau menceritakannya.

"Lalu, apakah ibu mencoba untuk menyembuhkan penyakit Radipta?" Tanya Kinara setelah sekian lama terdiam.

"Sudah, tapi hasilnya nihil. Radipta tetap seperti itu." Jawab Bu Tria terdengar frustasi dan sedih secara bersamaan.

"Trauma itu bisa hilang jika kita yang melawan trauma itu bukan bu?" Tanya Kinara pada Bu Tria.

"Benar." Katanya lirih.

"Kalau begitu saya akan membuat Radipta melawan traumanya." Ucap Kinara yakin.

Sontak kedua mata Bu Tria membola terkejut mendengar ucapan dari Kinara.

Namun Kinara hanya menganggukan kepalanya meyakinkan Bu Tria bahwa ia bisa membuat Radipta melawan traumanya.

Tidak ada lagi yang bisa Bu Tria lakukan selain mempercayai perkataan dari Kinara.

"Baiklah, asalkan kamu janji untuk terus membantu Radipta menghilangkan traumanya dan tidak akan meninggalkannya!"

"Baik saya janji Bu." Jawab Kinara dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari bibirnya itu.

"Akhirnya misi pertama berhasil!" Seru Kinara dalam hati.

¿¿¿¿

Thank's for read my story
Don't forget vote and comment ok!

See you😊

Yuni Wulandari bucinnya rowoon😅

Continua a leggere

Ti piacerà anche

693K 71.2K 42
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
ALZELVIN Da Diazepam

Teen Fiction

4M 237K 30
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
598K 48.6K 29
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
6.3M 152K 44
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...