Imamku Pilihan Abi [TERBIT]✓

By aayyaaayyy

563K 21.4K 478

Abi hanyalah sebagai perantara dalam kisah cintaku. Karna yang menyatukan aku dengannya bukan Abi melainkan A... More

PROLOG📝
Pertemuan Pertama 💙
Gagal ikut UNBK😥
Khitbah mendadak 😊
Masalalu😍
Pelukan seorang abang😘
Butik🌹
Wisuda🎓
Ijab Qobul 💦
Resepsi pernikahan 💞
Surat dari Reyhan💌
Hangatnya pelukan keluarga😊
Ujian Hidup💔
Sahabat🌻
Selembar Puisi📄
kamar macan😄
Cemburu💘
kebongkar🍃
Makasih Abi🌾
Di diemin🌸
Makin Parah😪
Gombalan Api💥
Lemah🍂
Bulir Cinta🌺
Keputusan🍀
Prustasi🥀
Oprasi🍁
Ditarik Nikah🌿
Timbul masalah💣
Kecewa🐯
Teriakan📣
Menghilang🤫
Pohon Mangga 🎄
Berdamai💫
Selalu Gagal🤣
Untaian kata 📑
Nabi Khidir as 🍀
Istri Manja🤩
Kelahiran Abizar 🎉
Ahlan Wasahlan💫
Epilog 😊
Info🤗
Pre-order
Hayo atuh🤗

Pulangnya Mas Ahkam💕

23K 889 10
By aayyaaayyy

"Ingat bahwa yang pergi meninggalkan dia akan kembali dengan membawa sebuah kebahagian"

NurFatimatu Zahra




Dua minggu sudah berlalu, dan diamana hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh penghuni Pesantren dan keluarga Ndalem.

Zahra POV

Hari ini, hari dimana yang kami tunggu-tunggu, pangeran pesantren akan segera pulang dari luar negri. Aku tak sabar menunggu kehadirannya, ntah sudah berapa kali aku bertanya kepada Ummi tentang keberadaannya saat ini.

"Ummi, apa Mas Ahkam akan segera sampai?” Tuhkan, lagi-lagi aku bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Belum tau, Nduk. Abimu belum ngasih kabar apa-apa," jawab umi yang masih sibuk dengan mengaduk-aduk sup yang di buatnya.

"Yang sabar Ning nanti juga sampeyan pasti ketemu kok sama Gus Ahkam," imbuh mbak Mira yang selaku santri ndalem.

"Iyah, Mbak."

***

Kini waktu sudah menunjukan pukul 21:00, kulihat dari jendela rumah, mobil Abi belum terparkir di depan. Ku urungkan untuk menunggunya di sofa, rasa ngantuk kini telah menghampiriku, kini mata ku sudah terpejam untuk menjemput mimpi indahku malam ini.

Kurasa tidurku sudah cukup lama, ku niatkan untuk membuka mata.

"Astaghfirullah."

Orang itu menaikan satu alisnya dengan senyuman. "Kenapa?"

"Ma.. Mas Ahkam," ucapku terbata-bata, mataku langsung berkaca-kaca saat dia mulai memelukku.

"Iyah ini Mas, Mas pulang untukmu," jawabnya.

"Mas, Zahra kangen sama Mas," ucapku masih dalam pelukannya.

"Apalagi Mas, Mas lebih kangen di bandingkan kamu." Ia melepaskan pelukanku. "Sudah jangan menangis de, kan sekarang Mas ada di depan kamu."

"Nggeh, Mas," jawabku sambil tersenyum kearahnya. Tiba-tiba saja dia mencubit kedua pipiku. "Aww.. sakitt tau Mas."

"Hehe... Abisnya kamu gemesin de. Yaudah sekarang kan sudah subuh ayo kita berjamaah shalatnya, ayo cepetan sana ambil wudhu nanti mas," printahnya.

***

Setelah melaksanakan sholat berjamaah bersama Mas Ahkam, aku bersiap-siap untuk berangkat sekolah, oiya hari ini adalah hari Sabtu yang mana hari Senin yang akan datang aku akan menghadapi UNBK.

"Bismillah," ucapku sambil mengambil tas di atas nakas.

Aku keluar dari kamar dan berniat untuk sarapan dulu, kakiku mulai berlari kecil menuruni anak tangga, sesampainya di meja makan kulihat Abi, Ummi dan Mas Ahkam sudah duduk di sana.

"Assalamualaikum Abi, Umi dan Masku yang ganteng," kataku. Aku menarik kursi kosong disamping Mas Ahkam dan mendudukinya.

"Waalaikum salam," jawab mereka serampak.

"Nduk, Masmu akan nikah," ucap Ummi tiba-tiba yang membuat mataku melotot kearah Mas Ahkam.

"Bener Mas?" Tanyaku meyakinkan.

"Iya Ra, Mas akan menikah satu minggu lagi," imbuhnya, lalu ia meminum air.

"Sama siapa Mas? Kok mendadak sih? Kenapa Mas baru ngasih tau Zahra sekarang? Apa wanita yang akan menjadi istri mas akan menyayangi Zahra?"

Mas Ahkam menepuk pundakku. "Kamu mau punya ponakan?"

"Mau."

"Kamu mau punya kakak perempuan?"

"Mau."

"Kamu mau liat mas bahagia?"

"Mau."

Lelaki itu tersenyum. "Makanya izinin Mas menikah."

"Zahra tanya, mas sayang sama Zahra?"

"Sayang."

"Mas cinta sama Zahra?"

"Cinta."

"Kalo Mas sayang dan cinta sama Zahra, Mas jangan nikah. Zahra gak mau membagi Mas sama wanita lain, pokonya Mas tetep punya Zahra seorang." Aku beranjak pergi, namun pria itu memegang pergelangan tanganku, dan membawanya kedalam dekapannya.

Aku menangis dalam dekapannya. "Zahra gak mau Mas nikah."

Mas Ahkam menangkup kedua pipiku, ibu jarinya menghapus air mataku. "Dek, seorang lelaki yang sudah tumbuh dewasa dan mampu itu diwajibkan untuk menikah. Apa kamu mau melihat mas jadi bujang lapuk?"

Aku menggeleng. "Makanya izinin mas menikah."

"Tapi Mas gak akan ninggalin Zahra lagikan?"

"Gak akan."

"Serius?"

"Dua rius."

Kupeluk kembali tubuhnya. Semoga saja ia tidak membohongiku, aku tak mau kehilangan masku yang kedua kalinya.

***

Setelah jam pelajaran usai, aku mengajak Aisyah keperpustakaan untuk sekedar baca-baca.

"Ning? Apa bener Gus Ahkam akan menikah Minggu depan?" Tanya Aisyah disela-sela perjalanan.

"Iyah Sya, mas ahkam akan menikah minggu depan," jawabku tanpa meliriknya. Mataku hanya fokus ke depan.

"Berarti sesi belajar minggu depan libur dong?" Tanya nya lagi.

"Kata Abi sesi ngajar mengajar tetap berjalan, soalnyakan bulan depan adek-adek kelas kita akan menghadapi ulangan, takutnya ada Ustadzah atau Ustadz yang belum sampai materinya," balasku.

"Ouh gitu ya Ning, yowes."

Setelah sampai di perpustakaan aku dan Aisyah berpencar. Aku memilih kesebelah kiri sedangkan aisyah kesebelah kanan. Aku berniat mencari buku Bahasa Inggris. Namun tiba-tiba saja telingaku mendengar seseorang yang tengah memohon maaf. Perlahan aku mengikuti arah suara itu.

"Assalamualaikum," salamku ketika mendapati ustadzah Ara dan seorang santri.

"Waalaikum salam, Ning."

Oiya aku udah bilang sama Ustadz dan Ustadzah disini untuk tidak memanggilku dengan sebutan Ning tapi mereka tetap saja memanggilku dengan sebutan itu, cukup risih bagiku, pasalnya aku disini hanya seorang murid tapi mereka menghormatiku layaknya mereka menghormati Abi dan Ummi ku. Yasudahlah aku juga gak bisa memaksa mereka.

"Kenapa adek ini di marahin Ustadzah?"

"Dia ngilangin kamus bahasa Arab, Ning."

Aku tersenyum. "Benar begitu dek?" Santri itu mengangguk. "Nama adek siapa?"

"Nama saya Lia, Mbak Ning," ucap anak itu, kelihatannya dia sangat ketakutan.

"Yowes, bukunya biar Mbak Ning yang ganti. Tapi Lia jangan ngulangin lagi ya, nanti dimarahi pak Kyai mau?"

Lia menggeleng. "Gak mau Mbak Ning."

"Yaudah sekarang Lia kembali ke-kelas ya."

"Nggeh, Mbak Ning, Lia pamit. Assalamualaikum," ucapnya yang langsung menyalami aku dan ustadzah Ara.

"Waalaikum salam."

"Oiya Ning, kamus tadi gak usah diganti."

"Gak papa kok Ustadzah, sekalian Zahra mau keGramedia mau beli novel yang baru rilis."

***

Setelah selesai pelajaran semuanya aku langsung pulang, tanpa mengikuti kajian Ustadz Yusuf di pondok putri. Karna aku berniat ingin pergi ke toko buku hari ini.

Kini waktu telah pukul 16:39, setelah di pikir dua kali, ini udah sore apakah aku berani keluar sore-sore begini sendirian, ya karna aku jarang keluar rumah palingan aku hanya main di sekitaran pondok saja.

"Apa aku ajak Mas Ahkam aja yah?" Ucapku sambil mengambil tas kecilku.

"Baiklah aku akan mengajaknya."

Aku langsung menuju ke kamar mas ahkam, kamarnya juga di samping kamarku.

"Assalamualaikum, Mas."

"Waalaikum salam." Tak lama pinti kamar terbuka. Menampilkan sosoknya. "Ada apa Ra? Tumben jam segini udah rapih mau kemana Hmmm?" Tanya nya dengan mengangkat dagunya.

"Mas, anterin Zahra. Zahra mau beli buku."

"Huhh." Terlihat Mas Ahkam mengeluarkan nafas gusar. "Baiklah tunggu Mass di bawah, Mas mau ganti baju dulu."

"Siap Mas."

Setelah hampir setengah jam menunggu mas ahkam akhirnya dia turun juga, kulihat dia menuruni anak tangga sambil memasangkan jam di tangannya.

"Isshh. Mas lama banget sih, sampe ubanan Zahra nunggu disini."

"Kan Mas mandi dulu Ra, lagian kamu ngapain coba ngajak Mas keluar jam segini. Ini tuh jadwal mas bocan tau."

"Gak baik tidur sore Mas," ucapku padanya. Aku langsung pergi keluar meninggalkannya.

"Ra udah minta izin belum sama Ummi," teriaknya dari dalam.

"Udah, Mas," teriakku dari luar.







A Story By SitiHaryatiOfficial

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
836K 11K 32
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
692K 135K 45
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
5.5M 453K 63
"Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PU...