The Devil Obsession [ COMPLET...

By Belalangtempurrr

23.6K 1.8K 271

[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itul... More

- Trailer -
- Synopsis -
00. The Start
01. Contract
02. Dorian & Dante
03. The Reason
04. Christina
05. The Devil Obsession
06. Question
07. The Party (Pt. 1)
08. The Party (Pt. 2)
09. Lust or Love [19+]
10. Drunk [16+]
11. Her Ex
12. Hypnotic [19+]
13. Give Him The Show
14. Manfred Alaric
15. Araqiel
16. Tension
17. Find You
18. Chocolate
19. His Kiss
20. Story of Tobi (part I)
21. Story of Tobi (part II)
22. Story of Tobi (part III)
23. Tobias der Teufel
24. Heat [16+]
25. She's Gone (or Not?)
26. Now I know
27. She's Missing
28. Jimin
29. Twin Flame
30. Dilema
31. The Red Moon
32. The Claimed (Part I)
34. Gabriella Alaric
35. Letzter Brief
36. Jealousy [16+]
37. Lucifer
38. Beginning of the End
39. The Unborn
40. The New Chapter of Life [END]
[Extra-Part] Two Years after
[Extra-Part] Asmodeus' Story
[Extra-Part] Forbidden Love
[Extra-Part] Story of Vellma
[Extra-Part] Alarice Love Story
Devil Obsession 2
Info PENTING !

33. The Claimed (Part II) [19+]

468 34 1
By Belalangtempurrr




Beberapa hari telah Gia lalui, Nick memegang janjinya untuk melindunginya, bahkan ia menyewa seorang perempuan untuk membantu Gia membersihkan diri. Tidak sekalipun Nick berusaha menyentuhnya atau melakukan hal mesum padanya. Gia yakin dan dia tahu karena meskipun ia tidak bisa bangun tapi ia tidak merasakan sentuhan mencurigakan.

Memang benar Nick membelai pipinya, mencium keningnya untuk mengucapkan selamat malam, atau duduk memperhatikanya semalaman.

Bagaimana Gia mengetahuinya? Gia juga tidak mengerti, ia hanya tahu saja.

Suatu malam ketika Nick hanya duduk mengamati Gia yang belum juga membuka matanya, sosok lain dirasanya berada disana. Sangat jelas Gia mendengar percakapan diantara mereka.

"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu."

Itu adalah suara Araqiel. Gia memasang telinganya tajam-tajam dan mulai mendengarkan.

"Tidak ada kesepakatan." Balas Nick dingin.

"Aku akan pulang dan kau terbebas dari tugasmu."

Hening, hanya helaan nafas berat yang Gia dengar.

"Aku tau kau membuat kekacauan ini untuk memancing amarah Michael, dengan begitu dia tidak hanya akan mengusirmu, bahkan aku kembali ke Hades. Dan hal itulah yang ayahku inginkan." Jelas Araqiel, Nick diam.

"Jangan kira aku tidak memperhatikanmu. Ayah memang keterlaluan dengan terus memintamu menghancurkan Sarah. Dia tau kau menaruh hati padanya. Lalu gadis ini, kejadian yang sama bisa saja—"

"Manipulasi tidak akan bekerja padaku keponakanku sayang, jadi berhentilah."

"Kau tau kita sama saja, paman. Pikirkan baik-baik, jika kau terbebas dari tugasmu maka kau bebas memberikan claimed mu pada siapapun, pada gadis ini ataupun Sarah yang sudah kau bangkitkan. Aku mengerti yang kau rasakan karena aku juga mengalaminya."

Lagi-lagi hening. Entah apa yang Nick pikirkan setelah mendengar pengakuan Araqiel. Gia yang mendengarkan tak hentinya dibuat terkejut oleh fakta yang baru saja ia dengar.

"Kau akan membuat Gia salah paham." Suara dingin Nick masih tetap sama. Lalu ia kembali berbicara, "Lalu bagaimana dengan Tamara? Jangan membuat usahaku sia-sia."

"Sudah aku duga. Kau tidak memanfaatkanya, melainkan sengaja membuatnya selalu menempel padamu karena tanda dari Samael ada padanya."

"Lalu?"

"Malaikat dan iblis memang akan selalu berlawanan, terlebih untuk The Protector seperti Laylah."

"Kau menyerah?" Tanya Nick.

"Sebut saja memberi kesempatan padamu."

"Apa kesepakatanya?"

"Akan kubawa Gia, setelahnya aku akan kembali ke Hades menemui ayah." Jelas Araqiel singkat.

"Dengan satu syarat.." Nick menyela tiba-tiba, "Apapun kesepakatanya, aku tetap akan datang untuk menjemputnya ketika Gia sendiri yang memanggilku."

Lelaki ini kembali menjeda ucapanya, sepertinya sedang menelisik kedalam pikiran sang keponakan.

"Jika kau setuju maka silahkan bawa dia." Lanjut Nick.

"Setuju."

Gia yang mendengar sudah tidak bisa membedakan mana yang harus dia percaya. Setelah sebelumnya Nick meyakinkan bahwa Gia akan aman bersamanya, sekarang keadaan telah berbalik begitu saja. Araqiel sedang membawanya menuju sebuah tempat yang tidak dapat ia kenali.

Terdengar suara Rafael, Jimin dan bahkan Tamara disana. Gia sudah tidak yakin lagi, apakah kembali berada dibawah perlindungan Alaric adalah hal yang baik atau tidak.

"Berikan dia padaku."

Kali ini suara Jey. Tubuhnya sudah seperti tongkat estafet yang secara bergilir digendong kesana-kemari dan berpindah-pindah.

Perlakuan Jey padanya tidak ubahnya dengan Nick. Diperlakukan selayaknya benda mudah hancur.

Gia lelah dengan permainan ini.

Suatu petang ketika Gia sedang mencoba menajamkan seluruh inderanya yang tersisa, pintu kamarnya dibuka. Mungkin Jey yang saat ini sedang duduk disampingnya. Akan tetapi Gia salah karena suara itu bukan milik seorang pria.

"Mengenaskan."

Bukan suara Tamara, tidak mungkin juga suara pelayan.

"Kenapa kau tidak menyerah saja, biarkan aku dan Tobi bahagia. Setidaknya Asmodeus jauh lebih lunak kepadamu. Dan kenapa mereka memperlakukanmu terlalu baik, membuatku muak!"

Jelas sudah. Wanita ini adalah Sarah.

Dia dengan bangganya terus berbicara tentang seberapa besar cinta Tobias kepadanya, dan bagaimana mereka menghabiskan waktu melepas rindu akhir-akhir ini.

Gia mengetahui bahwa Sarah bukanlah satu-satunya wanita yang dibawa prianya keatas ranjang. Tetapi rasanya sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan ketimbang memergoki Jey sedang 'bermesraan' dengan Christina.

Sarah terus mengoceh tanpa henti. Hingga sebuah fakta mengejutkan terucap dari mulut Sarah,

"Kau harus tau, claimed yang Tobias lakukan padamu akan membebaskanya dari kutukan. Bebas dari kutukan berarti bebas dari keabadian. Dengan kata lain Tobias bisa mati kapan saja jika dia berhasil melakukan ritual itu denganmu."

Air mata Gia sudah mengalir dari sudut matanya yang terpejam. Disaat yang sama suara Jey terdengar. Mungkin mantra Twin Flame telah menunjukan efeknya, Gia seakan tahu bahwa Sarah sedang dipeluk oleh prianya. Tidak hanya itu, tidak tahu dari mana, kalimat 'kembalilah pada Nick, paggil dia' tiba-tiba muncul dibenaknya. Rasa sesak dan sakit yang mulai mengganggu Gia membuatnya tanpa sadar memanggil sosok pertama yang ada dibenaknya.

'Nick.. tolong aku.. jemput aku.. aku tidak mau disini lagi.. aku mohon, jemput aku..'

Nick benar-benar datang, dan dari sinilah kekacauan terjadi.

Gia mendengar perdebatan dan ledakan disana-sini. Kulitnya terasa panas seakan sedang bersentuhan dengan api. Tubuhnya sedang digendong dan dibawa entah kemana.

Lagi-lagi Gia merasa diperlakukan seperti sebuah stick estafet.

*Deng! Deng! Deng!*

Denting suara jam terdengar nyaring, langkah Jey terhenti beberapa saat seperti sedang memperhatikan sesuatu. Setelahnya ia kembali melangkahkan kakinya.

Tubuhnya kembali dibaringkan dengan hati-hati. Gia merasakan dirinya sedang dipandang lekat-lekat.

"Bangun Gia.. Apa kau tidak lelah terus tertidur seperti ini?"

'Aku tidak mau!'
Raung Gia dalam diam.

"Aku akan menciumu hingga bibirmu bengkak jika kau tetap keras kepala."

'Hentikan!'

Jey sudah kehilangan akal. Pria ini benar-benar mendaratkan bibirnya pada Gia, memangut dan melumatnya seperti sebuah santapan lezat. Pangutan lembutnya perlahan berubah liar meskipun tidak mendapat respon apapun dari gadisnya yang tidak sadarkan diri.

Bukan hanya bibir, tapi leher, dada, dan setiap inci tubuh Gia tidak luput dari cumbuanya. Namun Gia tetap tidak bergeming, tidak bisa bergerak lebih tepatnya. Ia hanya bisa diam ketika tubuhnya dilucuti dan disentuh sana-sini.

"Aku benar-benar akan memakanmu jika kau tidak mau bangun!"

'Hentikan! Aku mohon..'

Kecupan menggoda dipundaknya kini terasa menyakitkan, seakan gigi-gigi prianya menancap dalam menembus kulit pundaknya. Gia tetap merasakan sakit dan perih dari kulit yang mengelupas dipundaknya, tapi tidak bisa berbuat apapun.

"Bangunlah, kau menyiksaku.. aku tidak akan sanggup jika harus hidup dengan melihatmu seperti ini."

Isakan itu terdengar sayu. Gia pikir siksaan ini telah berakhir, tetapi rasa sakit yang lain muncul dibagian dadanya. Gigi-gigi itu kembali menancap dalam disana. Mungkin dadanya sudah terkoyak sekarang. Gia pasrah, terserah Jey mau mengoyak daging yang mana lagi, gadis ini sudah tidak perduli, bahkan ketika dirasanya sengatan-sengatan panas mulai menjalari seluruh pahanya.

Namun hening tiba-tiba. Meskipun demikian perih dari luka akibat dagingnya yang mengelupas masih terasa menyiksa.

"I'm not a rapist, but I can be one for you. Kau sadar ataupun tidak, ritual ini tetap terjadi. I claim you as mine."

Pernyataan bertubi-tubi dari Jey tersebut membuat Gia panik namun tidak bisa melakukan apapun, tubuhnya masih jauh diluar kendali otaknya.

'No–No–No..! Please...!'

Sekali lagi, Gia memang lugu tapi dia tidak buta dengan segala kegiatan seksual, apalagi sebelumnya ia sempat merasakan bagian gagah prianya. Gia merasa dirinya harus bangun, paling tidak untuk berteriak. Benar jika Gia menantikan malam ini, Gia tidak mengelak, tetapi tidak dengan cara seperti ini.

'Wake up Gia! Wake up! Oh God, please!'

Gia terus berteriak dalam diam seiring dengan ereksi prianya yang semakin didorong paksa. Gadis ini terus berusaha membuka mata, berusaha membuka mulut untuk berteriak. Ia tidak memperdulikan sesak yang dirasa semakin menjadi setiap kali Gia berusaha keras.

Tidak lama setelah berjuang menahan sesak akhirnya matanya berhasil ia buka, mulutnya menganga tanpa suara, meskipun gerak tanganya terbatas namun cukup untuk menyentuh pinggang Jey yang masih berusaha menembus keperawanan Gia.

Jey mengangkat kepalanya, menatap mata gadisnya yang tidak lagi terpejam. Nafas keduanya memburu dengan alasan berbeda. Pria ini menarik senyum lega, Gia mengernyit kesakitan. Akan tetapi Gia merasa dunianya runtuh ketika mengamati wajah prianya. Air mata Jey menetes dari sudut matanya yang bengkak, bibirnya berlumuran darah yang Gia yakini adalah miliknya. Wajah tampan itu nampak berantakan.

Disekanya air mata prianya, kemudian dengan ibu jarinya Gia mengusap bekas darah dibibir prianya. Gadis ini tidak sanggup menahan tangisnya dan membawa wajah prianya mendekatinya untuk dicium olehnya. Pangutan bibir keduanya diwarnai dengan rasa basah air mata dan darah yang masih menempel dibibir Jey. Ciuman manis sebelumnya telah berubah semakin memanas ketika pria ini kembali mendorong ereksinya semakin masuk kedalam diri Gia.

"Sa-sakit.." Lenguh Gia ditengah ciumanya.

Suara lemah gadisnya cukup merubah raut wajah Jey menjadi khawatir. Bukanya bertanya, Pria ini justru membenarkan posisinya, membuka kaki gadisnya semakin lebar tanpa melepas tautan nya yang belum sempurna tersebut. Gia semakin menangis menahan sakit pada tubuhnya.

"Maafkan aku Gia.. aku sudah tidak bisa mundur."

Jey kembali melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda, membuat Gia merintih semakin keras.

"Aaagh..! No— Aaaagh..! It hurt.."

Gia menunjuk pundaknya dengan luka menganga disana. Seketika Jey terdiam, ia menatap tajam luka dipundak Gia. Kemudian tanpa aba-aba ia mendekatkan mulutnya mulai menyapukan lidahnya disana.

Sensasi perih dan panas itu kembali menjalar luar biasa. Gia mengernyit menahan sakit yang ditimbulkan. Gadis ini tidak tahu apa yang dilakukan prianya. Entah dia sedang menikmati daging yang sudah menganga, atau entahlah, tubuh Gia yang lemah membuatnya pasrah.

Lidah itu menyapu semakin turun dan berhenti didadanya yang juga sudah terkoyak. Gia tidak sanggup melihatnya. Perih dan nyerinya sangat menyakitkan. Ia sampai harus menggigit bibirnya sendiri untuk menahan teriakanya. Rasa sakit itu mengalihkan fokus Gia. Gadis ini tidak menyadari apapun selain sensasi panas menyengat layaknya luka didadanya sedang dilumuri air garam oleh prianya. Sakit sekali. Kedua tanganya dicekal sehingga Gia hanya bisa menggeliat menahan perih.

Lama berselang, dan selama itu Gia tidak berani membuka matanya. Hingga rasa sakit itu hilang berganti dengan sesuatu yang ia kenal. Gia membuka matanya lebar-lebar mengamati prianya, lebih tepatnya apa yang sedang dimainkan mulut terkutuknya itu. Gia terpaku, tangan kirinya yang tercekal berhasil terbebas dan langsung meraba pundaknya.

Tidak ada luka menganga, meski bekas itu tetap ada, tapi tidak terasa nyeri sedikitpun disana. Gadis ini menurunkan matanya mengamati dadanya. Tatapanya bertemu dengan prianya. Dia terus mencumbu tanpa henti. Ketika Jey sedikit menjauhkan wajahnya dari dada Gia, gadis ini merabanya. Tidak ada hal lain yang ia lihat kecuali dadanya yang sudah basah. Gia mengernyit memandang Jey yang terdiam.

"I'm also a healer."

Ucap Jey sebelum kembali menyerang bagian favorit dari tubuh gadisnya. Sengatan itu terasa nyeri namun membuat Gia candu karenanya. Mereka melenguh, mendesah penuh gairah. Rintihan Gia tak lagi bisa ia tahan ketika tanpa permisi Jey memperdalam tautan mereka, bergerak pelan penuh kehati-hatian. Ada kalanya Jey lupa dan tidak bisa menahan luapan gairahnya. Akan tetapi Gia menjadi pawang yang kuat untuk Jey dan dapat menenangkan sisi buasnya.

Ritual malam mereka bukanya tanpa gangguan. Rafael dan yang lainya berhasil mendobrak pintu kamar Jey. Namun Araqiel yang dengan beraninya mengintip kegiatan panas keduanya dibalik tirai penutup ranjang, akhirnya berhasil membawa Rafael dan Jimin keluar, memberikan Jey dan Gia ruang untuk melanjutkan apapun yang tengah mereka lakukan.

.
.
.

♥ —————— To Be Continue ————— ♥

.
.
.




Continue Reading

You'll Also Like

154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
7.4K 485 35
WARNING!! ANAK-ANAK HARAP MENJAUH!! KONTEN 18+ !! DILARANG MEMPLAGIAT APALAGI MENGHUJAT. SUKA BACA TIDAK SUKA TIDAK USAH MEMBACA. { STORY ON GOING }...
183K 17.3K 54
[MATURE] SQUEL MBIOH #MILER2 TW // depression, sexual assault, blood, BDSM, anxienty, kindnapping Bangun dengan keadaan yang mengenaskan dan menemuka...
1.8K 131 6
One shot ya, tempat berhalu para bucinnya trafalgar law.