The Devil Obsession [ COMPLET...

By Belalangtempurrr

23.6K 1.8K 271

[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itul... More

- Trailer -
- Synopsis -
00. The Start
01. Contract
02. Dorian & Dante
03. The Reason
04. Christina
05. The Devil Obsession
06. Question
07. The Party (Pt. 1)
08. The Party (Pt. 2)
09. Lust or Love [19+]
10. Drunk [16+]
11. Her Ex
12. Hypnotic [19+]
13. Give Him The Show
14. Manfred Alaric
15. Araqiel
16. Tension
17. Find You
18. Chocolate
19. His Kiss
20. Story of Tobi (part I)
21. Story of Tobi (part II)
22. Story of Tobi (part III)
23. Tobias der Teufel
24. Heat [16+]
25. She's Gone (or Not?)
26. Now I know
27. She's Missing
28. Jimin
29. Twin Flame
30. Dilema
32. The Claimed (Part I)
33. The Claimed (Part II) [19+]
34. Gabriella Alaric
35. Letzter Brief
36. Jealousy [16+]
37. Lucifer
38. Beginning of the End
39. The Unborn
40. The New Chapter of Life [END]
[Extra-Part] Two Years after
[Extra-Part] Asmodeus' Story
[Extra-Part] Forbidden Love
[Extra-Part] Story of Vellma
[Extra-Part] Alarice Love Story
Devil Obsession 2
Info PENTING !

31. The Red Moon

236 32 12
By Belalangtempurrr




Ditengah peliknya dilema dalam isi kepala Jey, derap langkah berat kaki seseorang menginterupsinya. Seseorang ini datang memasuki kamar Gia dan tanpa permisi mulai mengangkat tubuh gadis tersebut.

Nick tanpa permisi merengkuh tubuh Gia yang masih tidak sadarkan diri.

Tentu saja Jey tidak membiarkanya. Pria ini mendorong tubuh Nick agar menjauh dari gadisnya.

"Minggir kau!"

Bentak Nick sembari kembali meraih tubuh Gia. Seakan tuli, Jey merebut Gia dan merengkuhnya.

"Tobias! Jangan main-main!" Ancam Nick.

"Kau yang jangan main-main!!" Raung Jey tak kalah keras.

Araqiel dan Rafael datang detik kemudian, disusul Jimin yang tiba-tiba muncul disudut kamar.

"Gia memanggilku untuk menjemputnya!" Nada suara Nick mulai meninggi.

"Omong kosong! Gia bahkan belum membuka mata!" Jey melirik pada gadis dalam rengkuhanya.

Nick mengalihkan pandanganya pada Araqiel. Pemuda ini memejam lalu membuka kembali matanya sebelum berucap,

"Dia benar, Nick yang memantrai Sarah dan Gia, dia juga dapat mendengar panggilanya."

Kini Nick beralih menatap Jimin yang tengah memperhatikan dengan tatapan siaga.

"Aku benar bukan, Michael?" Tanya Nick pada Jimin.

"Apa maumu? Tidak bisakah kau membiarkan Tobias kali ini?" Jimin justru bertanya kembali.

"Aku sudah membangkitkan Sarah tanpa berusaha merebutnya seperti dahulu. Aku bahkan rela ketika hanya tubuh tanpa jiwa milik Gia yang aku dapatkan. Lalu kau memintaku membiarkanya seperti apa lagi, kau ingin aku menyerahkan Gia juga setelah berbaik hati membangkitkan Sarah?"

Nick menjeda perkataanya dengan tatapan tajam pada Jimin.

"Kalian para malaikat mengaku bijaksana dan menjunjung keadilan tapi disini kalian melupakan hal itu." Nick masih menatap tajam pada Jimin. "Kau tau aku tidak akan mencelakainya, Jim." Lanjut Nick.

Jey sudah gemas. Ia tidak tahan lagi mendengar ocehan dari mulut Nick. Jey merasa hal buruk sebentar lagi akan terjadi.

"Tobi.. serahkan Gia padanya." Suara mendominasi Rafael membuat semua yang ada disana menoleh padanya.

Pikiran Jey benar, hal buruk baru saja terjadi padanya. Dia tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa menyerahkan Gia pada Nick.

"Tobias.. Gia menginginkan ini." Perintah Rafael dengan tegas menekankan bahwa itu adalah mutlak.

"Jangan buat aku yang harus turun tangan." Ancam Rafael.

Rafael meregangkan tangan kananya kesamping dan memunculkan rantai digenggamanya. Jey sedikit melirik pada suara gemerincing yang familiar ditelinganya tersebut. Rantai putih itu masih sama seperti saat terakhir kali membelenggu tubuhnya. Rasa sakit yang ditimbulkanya tidak akan pernah Jey lupakan.

"Serahkan dia, Tobias." Bujuk Rafael melunak.

Jey berdiri tegak menyambut sang kakak yang mulai mendekatinya.

"Didalam mimpimu.."

Saat itu juga api biru berkobar menyelimuti tubuh Jey. Rantai ditangan Rafael meleleh dengan mudah.

Disudut lain, Jimin telah mengeluarkan pedangnya lalu menancapkanya dilantai. Efek ledakanya tidak membuat Jey bergeser dari tempatnya, pria ini masih diselimuti kobaran api biru yang entah sejak kapan bisa sedahsyat ini. Panasnya bahkan mampu membakar kulit Araqiel yang berusaha menghentikan Jey. Kulit lengan Araqiel melepuh dan butuh waktu lama untuk kembali normal.

Normalnya, api apapun tidak akan bisa menembus kulit seorang Araqiel.

Nick berdiri didepan Sarah menghalangi efek ledak dan api berbahaya tersebut dengan membuat tameng tak kasat mata. Pedang yang Jimin tancapkan diatas lantai telah memiliki goresan pada mata pedangnya, sebuah goresan yang bahkan tidak bisa dibuat oleh Lucifer.

Semua yang ada disana dibuat kualahan, sementara Jey menghilang bersama dengan kobaran api biru yang mulai menyusut.

"Kau membesarkan makhluk macam apa, Rafael!" Keluh Jimin yang sedang berlutut dengan satu kaki, mencoba berpegangan pada pedangnya.

Rafael syok, bagaimana bisa Tobias memiliki kekuatan sebesar itu. Dia yang dulunya sama sekali tidak bisa menyentuh rantai milik Rafael, kini berhasil melelehkanya dengan mudah. Efek bulan malam ini dan keberadaan Gia mampu membangkitkan monster didalam diri Tobias.


Ditempat lain, Jey sedang membawa tubuh Gia melewati jalan setapak. Setiap langkahnya akan memunculkan api biru disekeliling luar area kastil tempat tujuanya. Langkah kakinya akhirnya sampai didepan pintu kastil. Pintu besar tersebut terbuka dengan sendirinya seakan mengetahui bahwa tuanya telah kembali setelah berabad-abad pergi.

*Deng! Deng! Deng!*

Jey berhenti sejenak mendengarkan. Jam berbunyi sebanyak dua belas kali. Ia menoleh kearah jendela dimana sinar rembulan masuk dengan leluasa. Bukan berwarna terang namun merah kekuningan. Saat yang tepat pikirnya. Pria ini kembali melangkahkan kaki menuju bilik yang dahulu pernah ia pergunakan bersama Sarah.

Meskipun telah lama ditinggalkan, namun Jey tetap merawat dan merenovasi kastil ini dengan maksimal. Ia bahkan membayar beberapa orang untuk merawat dan membersihkanya. Tidak ada dinding batu kuno yang kusam. Tidak ada interior masa lalu. Semuanya berubah menjadi modern tapi tetap mempertahankan struktur bangunan.

Chateu Artisan.

Itulah nama yang diberikan Rafael pada kastil yang telah berubah akibat renovasi.

Jey membaringkan tubuh Gia diatas ranjang dengan hati-hati. Ia menatap gadisnya lekat-lekat, membelai setiap inci wajah manisnya.

"Bangun Gia.. Apa kau tidak lelah terus tertidur seperti ini?"

Tentu saja tidak ada respon apapun dari Gia.

"Aku akan menciumu hingga bibirmu bengkak jika kau tetap keras kepala."

Jey sudah kehilangan akal. Apapun yang ia katakan tentu saja tidak akan mendapat respon dari Gia. Pria ini benar-benar mendaratkan bibirnya pada Gia, memangut dan melumatnya seperti sebuah santapan lezat. Pangutan lembutnya perlahan berubah liar meskipun tidak mendapat respon apapun dari gadisnya yang tidak sadarkan diri.

Bukan hanya bibir, tapi leher, dada, dan setiap inci tubuh Gia tidak luput dari cumbuanya. Namun Gia tetap tidak bergeming.

"I'm not a rapist, but I can be one for you..."


Diluar kastil, Rafael diikuti Araqiel dan Sarah mencoba menembus api biru buatan Jey. Api tersebut akan membesar ketika didekati. Jimin mencoba menerobos dari atas pun mendapatkan perlawanan yang sama oleh api biru tersebut. Kepakan sayap surgawinya tidak dapat memadamkan api tersebut. Api ini seperti memiliki otak yang bisa mengetahui siapa tuanya.

Jimin mendarat. Ketika kedua kakinya menyentuh tanah, secara otomatis kedua sayap terangnya menghilang memasuki punggungnya.

"Kau punya jalan lain? Ini dulu rumahmu kan?" Tanya Jimin kepada Sarah.

Wanita tersebut nampak berpikir kemudian mengingat sesuatu. Ia mengangguk lalu menuntun mereka untuk mengikutinya.

Belum juga sepuluh langkah, Sarah sudah jatuh bersimpuh sembari memegangi dadanya.

Rasa sesak mulai dirasanya. Semua yang ada disana dibuat panik. Tubuh Sarah melemah, tidak memiliki kekuatan untuk sekedar menopang berat tubuhnya.

"Gia..." Ucap Sarah lemah.

Baik Araqiel, Rafael maupun Jimin mengetahui bahwa apapun yang dilakukan Jey pada Gia telah membuat gadis itu menarik kembali jiwanya dari tubuh Sarah. Tidak ada yang bisa mereka lakukan karena Jey telah menentukan pilihanya. Dan pada akhirnya Sarah lah yang tidak akan bertahan.

Araqiel menyadari satu hal yang luput dari mereka semua. Cahaya bulan purnama malam ini tidak berwarna cerah, tapi semakin memerah setiap detiknya. Pemuda ini memincingkan matanya mendapati sesuatu sedang terbang diatas kastil.

"Abraxass..."

Jimin dan Rafael mendongak mendapati seekor phoenix besar berselimut api terbang diatas kastil tersebut. Kepakan sayapnya mampu menjinakan api biru merepotkan milik Jey. Setelah api tersebut lenyap, mereka bergegas memasuki kastil dengan Sarah digendongan Rafael. Kastil tersebut cukup luas untuk ditelusuri dan akan memakan waktu.

"Kamarku..." Ucap Sarah lemah.

Ketiganya tidak menyangka bahwa Sarah masih dapat berbicara meskipun Twin Flame telah digagalkan.

Sarah menunjuk sebuah pintu yang tertutup.

Alih-alih mengetuk, Jimin justru menghentakan kakinya dan langsung membuat pintu tersebut meledak lalu terbuka, menampakan sebuah kamar mewah. Ruangan bergaya Eropa klasik tersebut memiliki ranjang besar, kain-kain putih transparan menjuntai memerangkap ranjang kayu tersebut. Tidak cukup transparan untuk dapat melihat secara jelas siapa yang sedang duduk didalamnya. Siluetnya cukup menampakan bahwa mereka sedang dalam posisi panas.

"Tidak sopan menerobos seperti itu." Suara Jey terdengar tenang.

"Keluar kau sebelum aku menyeretmu paksa!!" Raung Jimin.

"Dan membiarkan tubuh telanjang Gia menjadi tontonan kalian?" Jey mendebat namun tidak lama kemudian pria ini memekik kesakitan.

"Cubitanmu menyakitkan. Lebih baik katakan pada mereka, kau baik-baik saja." Jey kembali berucap.

"Aku tidak bisa berteriak."

Suaranya lemah dan hampir tidak terdengar, akan tetapi pendengaran setiap orang yang ada disana cukup tajam untuk mengenali suara Gia tersebut.

"Gia?? Kau baik-baik saja? Apa perlu aku menerobos kedalam sana?"

Jimin mulai memberikan berbagai pertanyaan dalam satu kali tarikan nafas. Sontak Gia memekik,

"TIDAK!!!"

"Pelankan suaramu, telingaku sakit sayang." Protes Jey.

"Siapa suruh memangku–ku. Kau cukup membiarkanku menemui mereka." Tiba-tiba energi Gia terkumpul akibat pertanyaan beruntun dari Jimin.

"Aku tidak yakin setelah ini kau masih bisa berjalan." Goda Jey.

Mereka yang mendengarkan percakapan Jey dengan Gia pada akhirnya mengerti bahwa Gia baik-baik saja. Diantara mereka hanya Araqiel yang berani melihat menggunakan kemampuanya menembus benda solid. Pemuda ini melihat Gia berada dipangkuan Jey, bersandar dengan nyaman dipundak telanjang prianya, matanya telah terbuka dan bibirnya mengerucut kesal. Jey sendiri merengkuh tubuh telanjang Gia tanpa melepaskanya sedikitpun. Jey tahu bahwa Araqiel sedang melihatnya.

"He claimed her. Nothing we can do."

Kata Araqiel sembari mendorong tubuh Jimin dan Rafael keluar.

.
.
.

♥ —————— To Be Continue ————— ♥

.
.
.
.

Chateu Artisan

.
.
.
.




Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 104 8
☁Follow Dulu sebelum baca ☁Tinggalkan Vote disetiap Chapternya ☁Only For 18++ Terdapat beberapa adegan Kekerasan dan perkataan Kasar yang tidak patu...
1.8K 131 6
One shot ya, tempat berhalu para bucinnya trafalgar law.
109K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
7.4K 485 35
WARNING!! ANAK-ANAK HARAP MENJAUH!! KONTEN 18+ !! DILARANG MEMPLAGIAT APALAGI MENGHUJAT. SUKA BACA TIDAK SUKA TIDAK USAH MEMBACA. { STORY ON GOING }...