The Devil Obsession [ COMPLET...

By Belalangtempurrr

23.6K 1.8K 271

[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itul... More

- Trailer -
- Synopsis -
00. The Start
01. Contract
02. Dorian & Dante
03. The Reason
04. Christina
05. The Devil Obsession
06. Question
07. The Party (Pt. 1)
08. The Party (Pt. 2)
09. Lust or Love [19+]
10. Drunk [16+]
11. Her Ex
12. Hypnotic [19+]
13. Give Him The Show
14. Manfred Alaric
15. Araqiel
17. Find You
18. Chocolate
19. His Kiss
20. Story of Tobi (part I)
21. Story of Tobi (part II)
22. Story of Tobi (part III)
23. Tobias der Teufel
24. Heat [16+]
25. She's Gone (or Not?)
26. Now I know
27. She's Missing
28. Jimin
29. Twin Flame
30. Dilema
31. The Red Moon
32. The Claimed (Part I)
33. The Claimed (Part II) [19+]
34. Gabriella Alaric
35. Letzter Brief
36. Jealousy [16+]
37. Lucifer
38. Beginning of the End
39. The Unborn
40. The New Chapter of Life [END]
[Extra-Part] Two Years after
[Extra-Part] Asmodeus' Story
[Extra-Part] Forbidden Love
[Extra-Part] Story of Vellma
[Extra-Part] Alarice Love Story
Devil Obsession 2
Info PENTING !

16. Tension

326 38 4
By Belalangtempurrr




"Semoga kau betah sekelas dengan Gia."

"Aku harap kau betah melihatku berkeliaran."

Dua kalimat yang keluar dari mulut dua lelaki berbeda tersebut masih terngiang-ngiang ditelinga Gia. Gadis ini mengerti arti perkataan yang Manfred katakan, karena pemuda ini sungguh sangat menyebalkan. Pantas jika dia berharap agar Nick betah melihatnya berkeliaran, terutama disekitar Gia. Manfred tidak main-main ketika mengatakan 'berkeliaran', lelaki ini mengekor pada Gia yang secara otomatis membuatnya selalu bertemu dengan Nick.

Dan lagi, Nick nampak biasa saja seakan tidak terusik dengan tingkah laku Manfred, dia juga tidak banyak merespon Manfred. Bisa Gia bayangkan apa yang akan terjadi apabila keduanya ditinggal sendirian.

"Sampai kapan kau akan mengekor pada Gia?" Tanya Nick dingin.

"Sampai kami lulus, kami satu kelas. Kau cemburu?" Manfred menjawab dengan santai.

"Kelas hari ini sudah berakhir, bukan? Kau bisa menemaniku berkeliling kota kalau begitu." Manfred merangkul Gia tanpa perduli tatapan iri dari setiap gadis yang ada di cafetaria kampus.

Gia menghela nafas lalu kemudian menurunkan tangan Manfred dari bahunya. Dia menatap bungsu dari keluarga Alaric ini sebelum mengeluarkan suara,

"Masih terdapat satu kelas lagi sebelum perkuliahan hari ini selesai."

"Tapi Nick sudah tidak ada kelas lagi."

"Kalau begitu pindah saja ke kelasku." Sambar Nick dengan acuh.

"Ouch! Too bad. Nanti aku tidak bisa mengawasi Gia. Oops!"

Manfred berpura-pura kaget akan perkataanya sendiri sembari menutup mulutnya dengan dramatis. Disisi lain Gia benar-benar terkejut oleh pengakuan Manfred. Ia memincingkan mata menatap Manfred penuh pertanyaan. Pemuda itu membalas tatapanya dengan senyum dua gigi kelincinya.

"Jangan melotot seperti itu padaku, kau membuatku takut." Ejek Manfred pada Gia.

"Seriously? Kau disuruh mengawasiku?"

"Memangnya ada masalah?"

"Banyak! Kau..!"

Mendadak Gia lupa bagaimana cara berbicara ketika melihat Manfred dengan wajah polosnya. Gia tahu benar bahwa wajah ini hanya kamuflase seorang Manfred Alaric, tapi disisi lain wajah polos ini tidak terelakkan oleh Gia, membuat frustasi. Tiba-tiba Manfred memberikan sebuah kecupan dikening Gia. Delikan dari Gia dibalas senyuman manis yang lagi-lagi memperlihatkan dua gigi kelinci lucunya. Manfred terkekeh sebelum kembali mendaratkan kecupan ditempat yang sama.

"Kau ini apa-apaan!?" Raung Gia mendorong tubuh Manfred menjauh.

"Kenapa, yang kucium keningmu bukan bibirmu, atau kau mau kucium dibibirmu.."

"Berhenti bermain-main Manfred!" Bentak Gia.

*Ttarr!*

Suara pecahan kaca mengagetkan Gia. Dia dan Manfred menoleh mencari sumber suara. Dilihatnya fokus orang-orang sedang tertuju pada gantungan lampu yang sudah pecah. 'Mungkin kongslet lalu meledak' pikir Gia, namun rupanya kegaduhan tersebut tidak mempengaruhi Nick. Lelaki itu masih sibuk menyeruputi ice americano miliknya tanpa terganggu sedikitpun.

"Itu pertanda agar kau berhenti menganggu Gia."

Nada kelewat santai dari ucapan Nick memang sama seperti biasanya, akan tetapi terasa lebih seperti sebuah ancaman ketimbang candaan. Manfred yang merasa tersindir rupanya sudah menatap sambil menyunggingkan senyum congkak.

"Pertanda atau sebuah peringatan? Keduanya tidak memiliki perbedaan, Mr. Lee.."

Manfred sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, memberikan gestur menantang kepada Nick. Dan Nick sendiri hanya melirik tanpa meladeni 'tantangan' yang diberikan. Menyadari ketegangan yang muncul secara tiba-tiba, Gia berinisiatif menarik lengan Manfred agar segera menjauh.

"Tiga puluh menit lagi kelas kami dimulai, kami pergi dulu. Bye Nick!"

Gia menyeret Manfred menjauh tanpa mendapat perlawanan sedikitpun. Keduanya menerobos kerumunan mahasiswa lalu menuju kelas.


Kelas terasa hening, mata kuliah pengganti hari ini dipegang oleh seorang dosen killer dan dingin, pantas jika peserta yang menghadiri kuliah nampak kelewat fokus. Manfred sendiri sama tidak perdulinya seperti biasa, dia memang tipikal lelaki seperti itu.

*Drrt. Drrt. Drrt.*

Ponsel Gia bergetar, satu pesan muncul dilayarnya. Itu adalah pesan dari Tamara, gadis yang mengejar-ngejar Nick.

.
•  ———————— Pesan ———————  •

• Bisa kau menemuiku, aku ingin meminta bantuanmu tentang Nick.

Nanti setelah selesai kelas. •

•Ini genting Gia. Aku mohon.. aku tunggu di rooftop.

•  ————————————————————  •
.

Gia berpikir sejenak sebelum keluar kelas dengan alasan kandung kemihnya telah penuh.

Dengan tenang Gia melangkah menuju rooftop kampusnya. Sosok Tamara tidak dilihatnya ketika Gia membuka pintu menuju atap. Ia melirik kekanan dan kekiri mencari Tamara.

"Aaarrrrgh..!"

Gia memekik saat merasakan tarikan kuat pada rambutnya. Dirinya sedang dijambak dan dipaksa berlutut. Kedua tanganya dicekal, dagunya diraih dengan paksa hingga kepalanya mendongak. Dan sosok Tamara lah yang pertama kali Gia lihat. Disamping kiri-kananya terdapat dua gadis lain sedang mencekal kuat tanganya. Tamara menyunggingkan senyum jahat, dia mengejek Gia yang sedang berusaha mencerna situasi tempatnya saat ini berada.

"Stupid!!" Bentak Tamara.

Dia menelakup pipi Gia dengan keras, meninggalkan rasa nyeri juga bekas dipipinya. Tamara mengamati wajah Gia dengan tatapan bencinya.

"Pantas saja Jimin membodohimu sekian lama. Kau memang benar-benar BODOH!!"

Tamara kembali meraung tepat didepan wajah Gia. Setelahnya gadis ini melayangkan tamparan bertubi-tubi pada korbanya. Kepala Gia tertunduk lemah merasakan sensasi panas dipipinya, tapi masih sanggup untuk sekedar melirik kearah Tamara.

"Apa masalahmu?"

Meskipun lemah namun suara Gia masih dapat didengar oleh Tamara dan kedua 'anteknya'.

"Apa masalahmu?!" Bentak Tamara kembali menanyakan pertanyaan yang sama. Tamara sudah kembali mengangkat tanganya siap untuk melayangkan tamparan berikutnya, Gia pun sudah memejam, tapi tamparan tersebut tidak kunjung mendatangi Gia karena sebuah suara lelaki tiba-tiba muncul,

"Apa masalah kalian?"

"Bagaimana kau bisa sampai disini??" Telisik Tamara.

"You left the door open."

Pemuda tersebut menunjuk pintu yang masih terbuka. Sontak Tamara mendelik pada kedua gadis lainnya. Tamara menyalahkan mereka karena lupa menutup pintu, namun nampaknya kedua gadis lainnya juga sama bingungnya.

"Sumpah, Ra, pintunya sudah kami kunci tadi." Aku salah seorang gadis pada Tamara.

"Aargh! Sudahlah! Dan kau pria asing! Jika tidak ada yang ingin kau lakukan lebih baik kau pergi dari sini!!"

"Why? Aku ingin tau apa masalah kalian denganya." Jawab lelaki tersebut dengan santai sambil bersendekap.

"Bukan urusanmu!!" Bentak Tamara.

"Menjadi urusanku karena yang kalian hajar adalah Gia."

Gia menunduk mengetahui suara siapa itu sebenarnya. Lelaki itu berjalan santai mendekati Tamara. Sosoknya menatap Gia kemudian tersenyum manis ketika mata keduanya bertemu.

"Well, hello sweety.. you got a little trouble, don't you?"

"Shut up Manfred!"

"Oops! My bad."

Manfred mengangkat kedua tanganya sambil tersenyum mendengar nada suara kesal dari Gia. Lelaki ini mengalihkan pandanganya pada Tamara dan menatapnya tajam. Matanya menyusuri setiap inci tubuh gadis dihadapanya, kemudian berjalan semakin maju menghampiri Tamara. Secara reflek gadis ini pun mundur hingga punggungnya menabrak dinding.

"S-stop!"

Tamara mulai panik, saat ini ia sedang terpojok diujung gedung tinggi kampusnya. Manfred tidak mengindahkan perintah Tamara dan berakhir memerangkap tubuh ramping gadis itu. Tamara membuang wajahnya yang sudah bersemu merah kesamping, menghindari tatapan tajam dari lelaki yang sedang memerangkap tubuhnya diujung gedung tinggi tersebut.

"Kau cantik. Mau berkencan denganku malam ini?"

Sontak Tamara menatap horor pada lelaki dihadapanya, dan yang ditatap tidak bergeming sedikitpun. Sesaat kemudian, Manfred melirik pada kedua antek Tamara, menatapnya tajam namun menggoda. Cekalan tangan Gia terlepas seketika saat tawaran serupa muncul dari mulut manis Manfred,

"You can join us if you want. Both of you."

Gia dibuat menganga oleh perubahan sikap ketiga gadis ganas sebelumnya. Manfred kembali fokus pada Tamara, dan kali ini tanpa melirik kearah Gia, Manfred memintanya segera meninggalkan atap.

"Tasmu ada pada Jimin, dia akan mengantarmu pulang. Dan katakan pada Rafael bahwa aku tidak akan pulang malam ini."

Dengan itu, Gia bergegas pergi dari rooftop tersebut. Ia berjalan secepat yang ia bisa dan menemukan Jimin sedang menunggunya di lobby gedung. Ditanganya sudah tergantung tas kuliah milik Gia. Dia meraih tasnya dari tangan Jimin tanpa banyak berbasa-basi lebih jauh.

"Aku bisa pulang sendiri."

"Menurut saja." Jimin berkeras.

"Aku bukan anak kecil lagi, Jim.. aku bisa pulang sendiri."

"Buang keras kepalamu untuk sekali saja."

"Tapi Jim—"

"Gianna... Please.."

Suara Gia tersekat, Jimin memang tidak membentaknya namun sangat cukup membuatnya kehilangan kata-kata. Gadis ini pasrah saja ketika tanganya ditarik sedikit dipaksa memasuki mobil milik Jimin.

.
.
.

♥ —————— To Be Continue ————— ♥

.
.
.




Continue Reading

You'll Also Like

110K 18.2K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
349K 18.7K 42
[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Viola adalah opium yang membuat Gera...
4.7K 338 12
Layla Hikari tahu bahwa ada yang membuntutinya. Ketika seseorang menerobos masuk ke apartemennya, Layla meminta bantuan kepada satu-satunya orang ya...
358K 3.2K 6
[Maverick Series #1] Allferd Xander Maverick, seorang direktur perusahaan IT sekaligus chef ternama, siapa sangka jika sebenarnya Allferd adalah soso...