Trap

By svenziven

402K 9.1K 620

Khayalan paling tabu yang terlintas dalam pikiranku. Jangan baca kalo gak suka bila nanti ujungnya nyinyir da... More

1
2
4
5
6
Intip isinya yuk

3

56.4K 1.5K 128
By svenziven

Aku lanjutin story ini dulu ya ...nanti setelah ini selesai baru aku buat storynya Mama Elang...

Terima kasih buat yang sudah kasih vote dan komen pada setiap part storyku ini..
Benar benar jadi penyemangatku buat lanjut terus dan terus...

Selamat membaca...

Semenjak kejadian bersama Karin, baik Alex maupun Frans makin posesif padaku. Sebulan kemudian,  Karin benar benar mengirimkan vidio kemesraanku dan Frans ke nomer ponsel Alex yang entah dia dapatkan dari mana. Alex benar benar marah dan aku mati matian menahan emosinya. Mereka mengalah setelah aku mendiamkan mereka dan memilih tidur sendiri daripada bersama mereka.

Aku tersenyum geli mendengar mereka mengetuk pintu kamar tamu yang kudiami. Aku membiarkan mereka merayu dan memelas dan memilih mendengarkan musik sampai terlelap. Tengah malam kurasakan tubuhku sesak dan saat kubuka mata, mereka tengah memelukku erat sambil menenggelamkan kepala mereka ke rambut dan leherku. Aku mencoba bergerak membuat mereka terbangun.

"Siapa yang mengijinkan kalian masuk?"
"Kami sendiri Sweety...ayolah...kami mengaku kalah...kami akan membiarkan penyihir itu kali ini"
"Ya Baby...aku dan Alex tak bisa tidur jika tidak memelukmu...please maafkan kami"

Aku menjambak rambut mereka sambil tertawa puas. Membuat mereka mengeram penuh hasrat. Tubuhku meremang menanti kehadiran mereka dalam tubuhku dan terkabul...malam itu kami bercinta berkali kali sampai aku tak sanggup bergerak dari ranjangku keesokan harinya. Alex dan Frans membiarkanku tidur saat mereka berangkat kerja. Mereka hanya mencium keningku bergantian dan mengucapkan kata cinta mereka. Aku terlalu lelah untuk menanggapinya dan kembali terlelap.

Menjelang siang, aku terbangun dan merasakan mual yang teramat hebat. Mengabaikan rasa kebas di selangkangan dan anusku aku bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutku di wastafel. Air mataku menetes karena rasa sakit di tenggorokan dan kepalaku begitu nyata dan tak mampu kutahan. Setelah menyalakan keran air di wastafel dan membersihkan wajahku aku melangkah kembali ke ranjang tapi kurasakan tubuhku begitu ringan dan kepalaku seolah ditimpa berpuluh ton beban berat. Aku  kehilangan kesadaranku sebelum mencapai ranjang.

########

"Lebih cepat lagi Frans...Ya Tuhan...Sweety...please buka matamu jangan membuat kami takut..."

Suara panik Alex mengembalikan kesadaranku. Aku mencoba membuka mataku dan tatapan panik Alex yang pertama kali kulihat.

"Al"
"Oh...akhirnya...bertahanlah sebentar lagi...kita akan segera sampai...Sweety..."

Aku memejamkan mata menahan gejolak di dalam perutku.

"Baby?? Alex!!! Kenapa dia pingsan lagi"
"Aku juga tidak tahu Frans!!.....Sweety...please..."

Suara mereka terdengar begitu panik membuat hatiku menghangat. Aku memaksakan diri membuka kelopak mataku dan perutku kembali bergolak. Aku memejamkan mata sambil meremas kemeja Alex.

"Mual...."
"Hah?  Ap..apa? Kau mengatakan sesuatu Sweety?"
"Aku mau muntah"
"Oh...muntahkan saja...ambilkan tissuenya Frans"

Aku kembali muntah dan mengotori mobil Alex. Alex mengelap sisa muntahan di bibir dan daguku tanpa ekspresi jijik sama sekali.

"Maaf...mobilmu jadi kotor"
"Itu tidak penting Sweety...."

Pintu di dekatku terbuka dan Alex memindahkanku ke gendongan Frans yang langsung membawaku ke IGD. Kedua priaku itu terlihat bagitu panik membuat keributan karena melihatku kembali muntah. Kulihat seorang perawat senior akhirnya berhasil mengusir mereka keluar demi kelancaran observasi medisku.

Aku memejamkan mata karena tak ingin mual dan mereka memakluminya. Kurasakan tekanan darahku diperiksa lalu dinginnya stetoskop menyentuh dada dan perutku.

"Sejak kapan gejala yang anda alami ini terjadi Nyonya?"
"Tadi siang suster...aku merasa mual saat terbangun dari tidurku"

Kurasakan sentuhan tangannya di perut bawahku.

"Kapan terakhir anda menstruasi Nyonya?"
"Harusnya minggu kemarin suster...kenapa?"
"Besar kemungkinan anda tengah mengandung

Aku terkejut mendengar kalimat perawat itu. Bagaimana mungkin aku hamil bila aku rutin meminum pil pencegah kehamilanku? Aku memang menggunakan pil sebagai pencegah kehamilanku dan kami bertiga sama sama tidak pernah membahasnya.

"Kita tes urine dulu untuk memastikannya Nyonya..anda bisa berjalan sendiri?"
"Emmm aku tidak tahu...aku takut untuk membuka mataku..."
"Perlu saya panggil suami anda?"

Aku mengangguk membiarkan mereka beranggapan aku sudah menikah dan dalam sekejab kedua pria frustasi itu masuk dan menanyaiku dengan berbagai pertanyaan yang makin membuat aku pusing.

"Diamlah Al...Frans... Bantu aku ke kamar mandi"

Frans menggendongku ke kamar mandi karena Alex masih mencecar banyak pertanyaan pada perawat yang menanganiku. Menghirup aroma tubuh Frans membuat mualku menghilang. Aku mencoba membuka mata dan merasa aneh karena aku tak merasakan mual itu lagi. Dengan cepat aku menampung urineku dan melakukan prosedur seperti yang tertera pada kemasan test pack yang disediakan pihak rumah sakit. Aku terlalu fokus pada aktivitasku sampai tak menyadari sikap Frans yang menatapku takjub.

"Kau hamil Baby?"

Aku terkejut dan menatap ke arah Frans yang tampak berkaca kaca. Dia berlutut di depanku yang tengah duduk di closed. Dia tak memperdulikan bagian lutut celana bahan yang dia kenakannya menjadi kotor saat meraih jemariku dan menciuminya dengan lembut. Dia lalu mengambil test pack yang kucelupkan ke urine ku. Dengan gerakan pasti dia mencucinya dan melihat hasilnya. Dia menatapku intens lalu mengecup keningku dengan penuh perasaan.

"Terima kasih Baby...kau akan membuatku menjadi ayah"
"Ap..apa maksudmu Frans? Bagaimana bisa?"
"Ssstt...nanti kita bahas di apartemen...sekarang kita keluar dulu sebelum Alex ikutan masuk dan membuat keributan"

Aku terlalu kaget menerima kenyataan yang ada saat Frans menggendongku lagi dan menyerahkan hasilnya ke suster yang sudah menunggu.  Frans membaringkanku di brankar dan membiarkan Alex menggantikannya. Aku tak memghiraukan tatapan aneh para petugas di IGD melihat interaksi kami karena masih tak percaya dengan semua yang tengah terjadi.

"Ehm... Selamat Tuan...Istri anda hamil..."

Kulihat Alex terkejut dan mengambil test pack dari tangan suster yang menanganiku. Dia menatap dua garis merah di test pack dengan berkaca kaca dan menatapku dengan penuh cinta. Dia mengecup keningku dengan sayang dan berbalik ke arah Frans yang berekspresi sama dengannya. Mereka berpelukan membuat semua yang ada di ruangan itu menatap kami aneh. Alex dengan cepat menguasai keadaan sekitar kami yang mulai aneh. Dia tersenyum kearah semua perawat yang ada.

"Aku dan istriku sudah lama menantikan kehadiran buah hati kami...dan pria ini adalah sahabat kami dan dia pasti juga merasakan betapa kami bahagia dengan kabar ini"

Frans mengangguk sambil menepuk bahu Alex membuat para perawat mengangguk mengerti.

"Bisakah kami langsung konsultasi ke dokter kandungan? Kami baru dalam hal ini"
"Oh tentu saja bisa Tuan...silahkan anda mendaftar di poli kandungan dan istri anda bisa langsung di bawa kesana"

"Biar aku saja Al...kau jaga Vero di sini, nanti kuhubungi bila sudah waktunya periksa"
"Baiklah Frans...terima kasih"
"Oke...tidak masalah"

Frans berlalu meninggalkan aku dan Alex. Para perawat kembali melakukan pekerjaannya membiarkan kami berdua. Alex mengelus perutku dengan sayang dan mengecupi tanganku tanpa mengalihkan tatapannya dariku. Jantungku berdebar melihat tatapannya yang selalu penuh pemujaan padaku.

"Al...bagaimana bisa aku hamil...aku selalu meminum pilku tepat waktu"
"Kau tidak mau hamil anak kami Sweety?"
"Al...bukan itu...hanya saja..."
"Kami menukar pilmu dengan penyubur kandungan"
"Hah? Apa maksudmu?"

Alex hendak bicara lagi saat ponselnya berdering. Dia mengangguk sesaat setelah menerima panggilan ponselnya.

"Frans menunggu kita di poli kandungan...apa kau masih mual"

"Tidak...menghirup aroma Frans tadi membuat mualku hilang"
"Syukurlah...tunggu di sini aku ambil kursi roda dulu"

Aku diam menunggu Alex sementara pikiranku tertuju pada kata katanya yang mengatakan menukar pilku. Alex memindahkanku ke kursi roda dan membawaku ke poli kandungan dimana Frans tengah menunggu kami. Dokter kandunganku seorang wanita paruh baya yang ramah. Dari name tag di dada kirinya aku tahu namanya Dokter Ella. Dia menanyakan keluhanku dan memerintahkan perawat menyiapkan alat USG untukku.

"Dokter, bolehkah sahabat suamiku ikut melihat bayi kami...?
" Tentu saja boleh...saya mengerti keinginan ibu hamil kadang aneh aneh"

Kami tertawa saat dokter itu menganggap keinginanku sebagai akibat kehamilanku. Frans menatapku lembut dan berdiri di dekat Alex yang tak pernah melepaskan genggaman tangannya saat layar mulai menampakkan bayangan yang sama sama tidak kami mengerti.

"Ini bayi anda Tuan"

Dokter Ella menunjukkan sebuah titik hitam di layar. Kutatap wajah kedua priaku. Mereka menatap takjub ke arah layar dan tersenyum lembut. Dadaku menghangat melihat ekspresi mereka membuat aku tanpa sadar meneteskan air mataku. Alex mengusap air mataku dan mengecup pipiku dengan sayang.

"Usianya sekitar 2 minggu...kondisi rahim dan janinnya sehat"
"Tapi tadi dia mual dan pingsan Dokter"
"Itu hal wajar Tuan, tekanan darahnya normal...saya akan memberikan vitamin untuk ibu dan janinnya..."
"Ehm...apakah...kami boleh berhubungan?"

Aku memukul lengannya membuat Dokter Ella tersenyum geli.

"Tidak apa apa Nyonya, pertanyaan itu memang wajar dan hampir setiap suami yang pernah kemari mempertanyakannya"
"Jadi?"
"Al..."
"Aku hanya bertanya Sweety..."

Dokter Ella tersenyum dan membetulkan posisi kaca matanya.

"Trimester pertama merupakan fase rawan, jadi sebaiknya aktivitas seks dikurangi atau bila memang ingin berhubungan intim usahakan jangan terlalu memforsir gerakan sang ibu.."

Dokter Ella tak menyadari kalau kedua priaku mengangguk mengerti. Aku tersenyum geli melihat raut wajah Alex dan Frans yang terlihat serius mendengarkan informasi dari Dokter Ella. Saat sesi konsultasi kami berakhir Alex kembali mendorong kursi rodaku ke parkiran mobil dan menunggu Frans mengambil obat obatan yang harus kuminum di apotik rumah sakit.

"Kau baik baik saja Sweety? Apa kau ingin sesuatu?"
"Aku ingin tidur..."
"Tunggulah sebentar...ah itu Frans sudah datang"

Frans menyuruhku dan Alex naik taksi karena tak ingin aku mual melihat mobil Alex yang kotor karena muntahanku. Aku hanya menurut karena ingin segera sampai di apartemen dan menuntut penjelasan mereka.

######

Alex menggendongku ala bridal style dan membaringkanku dengan lembut di ranjang kami.

"Mana Frans?"
"Masih di loby...menunggu pihak pemandian mobil mengambil mobilku"

Aku meringkuk dalam dekapannya meredam rasa mual yang mulai muncul. Alex mengelus punggungku dan mengecupi puncak kepalaku.

"Kenapa hm?"
"Mual"

Kudengar pintu kamar terbuka dan aku segera menghambur dalam pelukan Frans. Frans memelukku dan membiarkanku menghirup aroma tubuhnya. Beberapa saat kemudian kurasakan Frans membaringkanku di tengah ranjang. Alex memiringkan tubuhnya mengelus punggungku.

"Jelaskan padaku...kalian punya hutang penjelasan"

Frans tertawa dan mengecup keningku dengan sayang.

"Kami sengaja menukar pilmu dengan penyubur kandungan"
"Kenapa?"
"Kau tak ingin mengandung anak kami Baby?"
"Bukan itu masalahnya"
"Lalu?"
"Apa kalian tidak ingin tahu benih siapa yang membuahiku?"

Alex tertawa dan meremas pantatku dengan gemas.

"Kami sudah mengaturnya Sweety... Sehari setelah kita bercinta waktu kau dihina ular betina itu, aku dan Frans memutuskan mengganti pilmu dengan penyubur kandungan"
"Lalu?"
"Frans menyuruhku menikahimu agar statusmu jelas"
"Tapi..."
"Ck...kebiasaanmu memotong pembicaraan masih saja tidak berubah"

Aku berbalik menghadap Alex dan mengerucutkan bibirku kesal. Mereka tertawa dan beberapa saat kemudian tawa Alex berhenti. Dia meraih tanganku dan mengecupnya lembut.

"Kami mencintaimu Sweety, Frans mengalah dalam hal menikahimu dan aku mengalah dalam hal menghamilimu"
"Ap...apa maksudmu Al?"

Alek mengelus perutku dengan sayang dan mengecup sudut bibirku.

"Frans berhak atas anak pertama kita...karena sejak kami menukar pilmu, aku tak pernah menumpahkan benihku di rahimmu..."

Aku terdiam dan menyadari kebenaran kata kata Alex. Setiap kami bercinta Alex tak pernah lagi mencapai pelepasan di kewanitaanku. Aku terharu dengan ketulusan perasaan mereka. Mereka mengorbankan ego mereka hanya untukku.

"Apa kau tidak keberatan aku menikah dengan Alex,  Frans?
" Tentu saja tidak Baby..."
"Al?"
"Kami benar benar mencintaimu Sweety...anak kalian juga anakku...dan Frans pun tak akan keberatan menerima anak kita nanti"

Aku menenggelamkan kepalaku ke dada Alex yang mendapat elusan sayang dari Alex maupun Frans. Bahagia? Tentu saja. Dicintai dengan sedemikian rupa oleh dua pria yang begitu memujamu? Bodoh kalau tak merasa bahagia. Aku mencintai mereka dan tak ingin kehilangan salah satupun dari mereka.

####

Usia kandunganku sudah memasuki bulan ke lima. Perutku terlihat makin buncit. Alex dan Frans melimpahkan kasih sayang mereka padaku dan bergantian mengantarku ke dokter kandungan. Alex menikahiku saat kehamilanku berusia 2 bulan. Kami sepakat untuk tak menggelar pesta karena keluarga Alex tak bisa hadir. Dari pihakku tidak ada karena aku tinggal dan besar di panti asuhan. Selama proses pernikahan kami, keluarga Alex menerimaku dengan baik terlebih dengan berita kehamilanku. Aku merasa bersalah tapi Alex meyakinkanku kalau semua akan baik baik saja. Kedua pria tercintaku benar benar melindungiku dari pandangan negatif orang orang dan keluarganya.

Kalau urusan seks, aku salut pada mereka karena mampu mengendalikan diri dengan baik dan memperlakukanku seperti porselen mahal yang gampang pecah. Aku makin mencintai mereka saat mereka selalu memenuhi semua kemauanku pada masa masa ngidamku.

Siang itu, Frans menjemputku dari kelas ibu hamilku. Dia langsung mencium perut buncitku begitu kami berada di dalam mobilnya yang berkaca gelap.

"Halo jagoan papi..."

Bayi kami menendang membuat kami sama sama tertawa. Frans melumat bibirku dengan intens sambil mengelus perutku. Tangannya merambat turun dan mulai memberikan aku foreplay yang mampu membuat aku orgasme dalam 5 menit. Dia mengusap keringat di wajah dan leherku setelahnya.

"Alex akan marah karena kita terlambat"
"Salah siapa?"
"Salahmu yang makin seksi... Kalau  tidak memikirkan bayi kita...habis kamu kami makan"
"Uuuu takut...."

Kami tertawa dan Frans tahu tahu melepaskan dasinya dan menggunakannya untuk menutup mataku.

"Kami punya kejutan...kau akan suka"
"Jangan lagi...terakhir kali Alex menutup mataku...kalian mengerjaiku"

Frans tertawa dan mengecup sudut bibirku dengan gemas.

"Kau percaya pada kami kan  Baby?"
"Ya.."

Frans mengecup bibirku lagi dan melajukan mobilnya dengan pelan. Dia menciumku setiap kali aku mengerutu.

"Lihat jalannya Frans..."
"Tenang saja Baby...aku tak akan membuat kalian celaka...menciummu tak akan mengurangi konsentrasiku...malah membuat aku makin konsentrasi"
"Ck...Tuan Gombal beraksi"

Frans tertawa dan kembali menciumku. Aku hanya tersenyum merasakan elusan lembutnya di perutku. Beberapa menit kemudian mobil kami berhenti dan Frans menuntunku dengan lembut. Setelah menaiki lift, dia membawaku dalam gendongannya dan beberapa saat kemudian dia menurunkanku dan melepas penutup mataku. Suasana mewah sebuah ruang tamu menyambut penglihatanku. Alex berdiri di depanku dengan senyum teduhnya.

"Surprise..."

Aku melihat sekelilingku dan foto pernikahanku dipasang dalam figura besar memenuhi hampir separuh dinding di belakang Alex.

"Dimana ini?"

Alex mencium pipiku dan mengerling ke arah Frans. Aku menoleh dan mendapati Frans tengah menatapku dengan sinar jahil di wajahnya.

"Ini apartemen kita Baby... Aku, Alex dan tentu saja kamu"
"Aku tak mengerti"

Frans dan Alex menuntunku memasuki sebuah kamar yang berisi perlengkapan bayi. Aku terharu melihat ruangan itu.

"Ini?"
"Kamar bayi kita Sweety... Frans yang merancangnya..."
"Oh Frans...ini indah sekali...tapi kenapa warnanya biru"

Frans memelukku dari belakang dan mengelus perutku dengan sayang.

"Anak pertama kita pasti jagoan"
"Bagaimana kalau perempuan?"
"Maka kita akan membuat kamar lain... kamar ini untuk jagoan kita...jika yang kau kandung ternyata sekarang seorang bidadari, maka tugas Alex membuat jagoan untuk kita"
"Hah?"

Alex dan Frans tertawa melihat ekspresiku. Alex melumat bibirku dengan lembut dan mengusap perutku.

"Anak kedua kita nanti bagianku Sweety..."
"Astaga... "
"Ketiga nanti kita tak perlu mengatur milik siapa...tak ada tes DNA atau apapun karena selama dia dilahirkan olehmu maka dia milik kami...sama sepertimu"

Aku tak mampu berpikir lagi mendengar rencana mereka yang terkesan sudah sangat matang. Dengan cepat Alex menghapus air mataku.

"Jangan menangis dulu Sweety...masih ada kejutan lagi...."

Mereka menuntunku ke sebuah pintu di sudut ruang bayi kami. Frans membukanya dan mengajakku memasuki ruangan dimana foto kami bertiga terpajang di sana.

"Ini kamar kita Baby..."

Aku tertegun melihat ranjang king size di tengah kamar.

"Kita akan tidur bersama seperti sebelum kalian menikah Baby...aku sudah tak sabar tidur memelukmu lagi..."
"Tapi...bagaimana..."
"Sst...ayo ikut..."

Frans menggandengku kembali ke kamar bayi kami dan melangkah ke sebuah pintu yang terlihat sekilas seperti lemari pakaian. Sebuah kamar langsung menyambut kami. Ada foto Frans di nakas dan belum sempat aku bertanya, Frans membawaku keluar kamar dan pemandangan ruang tengah apartemen langsung menyambut kami.

"Aku menempati apartemen di samping apartemen kita, atau lebih tepatnya aku adalah bujangan tampan yang kebetulan bertetangga dengan pasangan suami istri yang istri seksi dan cantiknya sedang hamil..."

Aku menutup mulutku menutupi pekikan kagetku. Alex tahu tahu memelukku dan mengecup puncak kepalaku.

"Bagaimana kalian bisa mengaturnya sedemikian rupa?"

"Kami melakukan ini untuk kita..."

Aku menangis dan menjatuhkan diriku dalam dekapan Frans. Alex mengelus punggungku dengan sayang saat Frans mengecup keningku.

"Kau suka Baby?"
"Ya...aku suka...terima kasih...aku makin mencintai kalian..."

Kami berpelukan dan terhenti karena tendangan ringan bayi kami.  Kami tertawa dengan penuh kebahagiaan. Mungkin jalan kami tak akan mudah mengingat hubungan kami yang tak lazim, tapi kami sama sama berjanji untuk menghadapi bersama dan saling mendukung. Itu sudah cukup untukku. 

Dua part kemarin, votenya tidak seperti story-story ku yang lain. Aku maklum karena dari semua storyku, TRAP adalah imajinasi tergilaku. Story ini benar-benar tabu. Jadi aku cuma akan menambah 1 atau 2 part saja nanti.

Bukannya aku sok, tapi dengan sedikitnya vote itu berarti readers tersayangku tidak suka sama story bertema tabu. Jadi daripada readers tersayangku lari... Lebih baik aku buat story baru...

Lop yu pul...
See you

Continue Reading

You'll Also Like

374K 20.5K 29
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
3.7M 39K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
7.2M 352K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...