Mengejar Asmara [PINDAH PLATF...

By signaturecoffee

250K 4.2K 94

Asmara dicap gagal move on oleh orang sekitarnya karena belum bisa benar-benar melepaskan sosok mantan kekasi... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
PENGUMUMAN
PLEASE BACA

BAB 5

6.1K 705 7
By signaturecoffee

Asmara mengamati beberapa sketsa perencanaan audio visual tender-nya. Kahale mengajukan tiga ide kepada Asmara tiga hari setelah brainstorming mereka. Ide Kahale jelas berbeda dengan ide yang biasa diberikan Adi. Wajah Kahale terlihat bersemangat menjelaskan pada Asmara setiap detail dan cerita yang diangkatnya.

"Yang ini Ra, ini music as acara. Jadi nanti kita bakal adain acaranya di tempat yang ada permainannya, stand makanan minuman, photo booth ... Trus yang ini ..."

Asmara terpaku menatap mata Kahale yang berkobar semangat.

"Gimana, Ra?" tanya Kahale membubarkan lamunan Asmara.

"Oh, hmmm ... Ya, ya, Le. Great. Idenya bagus-bagus. Ehm," sahut Asmara penuh canggung dan dehaman.

Kahale berusaha menatap Asmara yang terlihat kelimpungan, "Kenapa, Ra? Kurang ya?"

Asmara menggeleng pelan dan tertawa, "Nggak, beneran, Le. Idenya bagus kok. Aku cuma nggak konsen aja."

Kahale memicing, "Lapar ya?"

Kali ini dia melihat jam tangannya, jam 3 sore. Dia baru sadar sudah menunda jam makan siang Asmara tadi terlalu lama. Sebelumnya Asmara kembali dari meeting dengan klien jam 1 siang, dia berniat untuk pergi makan di restoran di gedung perkantoran mereka. Tapi Kahale mampir dan minta sedikit waktu untuk presentasi. Pikir Kahale, presentasinya hanya akan setengah jam, namun siapa sangka hingga dua jam.

"Astaga, Ra. Sorry, sorry. Aku kebangetan menyita waktu kamu," teriak Kahale kaget diikiuti usapan di wajahnya.

Asmara geleng-geleng, "Iya nih, mau pingsan aku kelaparan."

Mereka sempat bertukar sedikit senyum.

"Kamu seharusnya hentikan aku," kata Kahale dengan masih sedikit merasa bersalah.

"Nggak tega lah, kamu semangat gitu. Ya udah, aku mau makan dulu deh."

Asmara berdiri dari kursi library dan bersiap keluar.

"Ya udah yuk." Kahale mengikuti gerakan Asmara.

Asmara menatap Kahale dengan bingung, "Mau kemana, Le?"

"Iya, bareng aja makan siangnya. Sebagai permintaan maaf, aku yang traktir. Kebetulan aku juga belum makan siang."

Asmara memasang wajah kaget dan menggeleng dengan cepat, "Nggak perlu. Aku bisa sendiri ke­—"

"Aku memaksa, Ra. Yuk."

Oh, tidak. Asmara memaksa otaknya berpikir lebih keras untuk mencari alasan agar Kahale membatalkan niatnya, tapi nihil. Akhirnya dia membiarkan Kahale mengekorinya ke lift. Situasi ini tak pernah terbayang di benaknya, mengingat beberapa hari lalu dia masih sibuk kucing-kucingan dengan Kahale. Tentu saja kedepannya ada beberapa waktu yang memaksa mereka terlibat dalam makan siang atau kebersamaan lain, tapi seharusnya situasi itu juga melibatkan orang lainnya. Beramai-ramai lebih bagus. Tapi sekarang? Berdua saja? Demi apapun ini sulit untuk Asmara..

"Mau makan diluar nggak, Ra?" tanya Kahale sambil menghadap ke Asmara yang berdiri di belakangnya.

"Dimana? Aku nggak bawa kunci mobil," tolak Asmara.

"Tinggal ke sebrang aja, ada rumah makan padang kan? Kata anak-anak divisi aku sih enak banget. Yuk?"

"Nggak deh."

"Kenapa?"

Semakin jauh perginya, semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama. Itulah alasan penolakan yang tak mampu diutarakannya.

Asmara tetap menggeleng menolak. Mendapati ditolak, Kahale memasang wajah sedih yang justru membuat Asmara ingin tertawa. Dia memilih menatap tombol-tombol loft untuk menghindari Kahale. Tak lama keduanya tiba di restoran kantor yang ternyata sedang disewa untuk sebuah acara yang membuat Asmara dan Kahale gagal makan di sana.

Mendapati ide makan di rumah makan padang bisa dijadikan pilihan, Kahale segera memaksa Asmara menerima idenya. Asmara terlalu lapar untuk memikirkan kemungkinan lainnya jadi dia menuruti kemauan Kahale. Meskipun masih dengan memasang muka merengut. Untuk sebagian laki-laki mengajak perempuan yang sedang merengut untuk makan bersama sedikit menguras emosi, biasanya mereka lebih banyak diam agar tak menyulut amarah perempuan. Hanya saja Kahale bukan tipe yang demikian. Laki-laki itu tak menggubris muka cemberut Asmara dan masih tersenyum sesekali.

Udara diluar luar biasa panas sore ini. Selagi mereka menanti lampu penyeberangan, Asmara tidak bisa tidak mengerutkan hidung dan menyipitkan mata untuk menghalau sorotan matahari sore. Satu telapak tangan Kahale di letakkan di depan dahi Asmara dan telapak tangan lainnya di depan dahinya untuk membantu menghindari sinar matahari menerjang mata. Asmara terkejut dan hanya bisa mematung menatap mata Kahale yang menatapnya penuh perhatian. Dengan panik dia menghindar dari tangan Kahale.

"Ah, sorry. Biar kamu nggak kepanasan aja," ujar Kahale dan dengan canggung menyingkirkan tangannya.

Lampu penyeberangan menyala hijau, Kahale bersama Asmara menyeberang dan menuju rumah makan padang. Asmara memperingatkan hati dan pikirannya keras-keras agar tidak mudah luluh dan sebaiknya menjaga jarak.

**

"Aaaaaaaahhh!!!" teriak Sarah kaget.

Hampir copot jantungnya karena melihat Asmara bergelantungan dengan kepala terbalik di hammock miliknya selagi melakukan aerial yoga di sudut ruang tamu apartemen mereka.

"Apaan sih berisik banget" ujar Asmara enteng sambil membuka satu matanya.

"Kalau mau atraksi disitu, kabarin aku dulu dong. Udah olahraga nggak ada bunyinya, posenya serem juga" gerutu Sarah sambil melempar tas dan blazernya ke kursi.

Asmara turun dari hammock dan pergi ke dapur untuk menenggak minum. Sarah mengikuti di belakangnya dan ikut menanggak sebotol air putih.

"Bakar lemak, tadi aku makan nasi padang."

Hampir tersedak Sarah mendengarnya, "Nasi apa?"

"Padang," jawab Asmara enteng.

"Kamu bukannya nggak doyan ya makan jeroan gitu?" Sarah mengernyit curiga.

"Tapi aku tadi ambilnya lauk telur kok, protein."

Sarah mengulum senyumnya, "Siapa sih?"

"Siapa? Siapa apanya?" Asmara terlihat heran dengan pertanyaan Sarah.

"Iya, siapa. Siapa yang berhasil ngajakin sahabat aku ini makan makanan yang paling dihindarinya itu?"

Asmara terkesiap dan terlihat salah tingkah. Bibirnya mangap-mangap bingung.

"Temen kantor," jawabnya cepat sambil menghindar.

Sarah terkekeh dan kembali mengikuti langkahnya.

"Mau cerita apa aku tebak?" goda Sarah, tapi Asmara hanya diam sambil duduk di sofa.

"Jelas bukan Deri dan Adi. Tapi level yang bisa sedeket itu untuk ngajak Asmara makan bareng cuma si Kahale, kan ya?" seru Sarah semangat.

Asmara mendelik mendengarnya, "Duh, kepo banget. Orang makan di warung biasa, nggak di restoran gede. Casual lunch. Nggak ada apa-apa," ujar Asmara terbata-bata.

Sarah mengerling dan tersenyum menggoda Asmara.

"Kita lagi ngomongin siapanya, bukan dimananya."

Asmara khawatir wajahnya bisa berubah semerah tomat kalau terus-terusan meladeni Sarah, jadi lebih baik dia segera menyingkir. Asmara kemudian memilih untuk berendam di bathup-nya. Dia tidak perlu tergesa-gesa, karena Sarah memang jarang mandi malam. Sembari berendam, Asmara mengamati sosial medianya. Ada satu akun yang selalu diintipnya. Akun Reuben, mantan kekasihnya.

Reuben dan Asmara berpacaran selama hampir lima tahun, hingga suatu hari mereka harus berpisah karena Reuben dijodohkan oleh orang tuanya. Asmara tidak pernah lagi berkomunikasi semenjak mereka putus, namun karena belum bisa move on, Asmara suka mencuri-curi kesempatan untuk stalking Reuben.

Kegiatan stalking itu memang hampir selalu membuat Asmara tidak tenang kemudian. Dia akan dihantui pertanyaan-pertanyaan tidak penting, seperti kabar Reuben, apa dia sudah menikah dengan wanita pilihan orang tuanya, atau kenapa dia tidak pernah mengupdate sosial medianya. Well, untuk yang terakhir, Reuben memang jarang mengupdate sosial medianya.

"Insom lagi, Ra?" sapa Sarah yang baru keluar dari kamarnya.

Yah, selain muncul pertanyaan tak penting di benaknya, insomnia juga menjadi efek lain setelah stalking sosial media Reuben.

"Iya. Tumben malam weekend dirumah aja, nggak keluar, Rah?" tanya Asmara sambil mengamati temannya yang terlihat baru saja terbangun dari tidurnya.

"Kecapekan. Mungkin besok." Sarah mengambil duduk di depan Asmara dan mengamati Asmara dan segelas susu di hadapannya.

"Habis stalking si Reuben ya?" tebak Sarah yang membuat Asmara tidak bisa mengelak dan hanya mengangguk kecil.

Sarah sudah lama mengenalnya. Sarah terlalu mengenalnya.

"Kebiasaan deh. Udah Ra, udah hampir setahun kamu kayak gini. Move on-lah, lagian dia juga udah nggak peduli sama kamu."

Asmara terdiam saja. Dirinya sudah biasa mendengarkan kritikan Sarah ini, karena memang Sarah yang paling tahu kehidupan dan isi hati Asmara. Kegalauan semacam ini juga terlalu memalukan untuk dikeluhkan, Sarah juga sudah cukup bosan mendengarkannya.

"Love heals love. Mungkin udah waktunya kamu ketemu cinta yang baru, supaya luka hati kamu yang lama terobati, Ra. Udah cukup kamu deals sama masa lalu kamu," tutur Sarah.

"Nggak pantes ah, cari pacar baru tapi aku tugasin sembuhin luka hatiku," sanggah Asmara.

"Kamu itu bukan belum sembuh, kamunya yang nggak mau. Ya kan? Nggak kurang cowok yang antri mau sama kamu, tapi kamunya yang sulit lepasin bayang-bayang Reuben. Yang ada kamu menyiksa diri kamu sendiri."

Sarah menarik napasnya halus, "Buka hati dan pikiran kamu, Ra. Mungkin bisa dimulai dari Kahale?"

"Ya ampun, mulai deh" Asmara menggeleng-geleng tidak setuju.

Seringai jail Sarah terbit dan mau tak mau membuat Asmara tertawa pelan.

"Heeeeeeyyy, siapa tahu loh, Ra. Orang lama yang balik bawa kenangan itu biasanya kiriman Tuhan. Biar kamu menyelesaikan masa lalu kalian berdua."

"Masa lalu apaan sih. Udah ya, cukup soal Kahale. Aku aja masih awkward sama dia, jadi nggak ada tuh ceritanya buka hati dan pikiran apa tadi buat dia."

"Ih, kualat lho ntar. Benci jadi cinta. Project kerja, jadi mesra," ujar Sarah sambil tertawa keras dan kembali ke kamar.

"Dasar!" teriak Asmara gemas.

**

Continue Reading

You'll Also Like

506K 60.9K 69
A romance novel (but as a love letter) || Completed. It's the truth, they say, that whoever comes to mind every time you look at the luminous skies i...
1M 46.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.1M 55K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.4M 227K 73
Kaniss sudah move on. Nama Ezra sudah tidak ada lagi di dalam kamusnya. Semua sudah baik-baik saja. Kaniss baik-baik saja. Tapi rupanya, kisah mereka...