[DS#2] Between Me, You and Wo...

By Fionna_yona

905K 54.7K 1.9K

Cerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai... More

Wajib Baca
Prolog
Mr. Gio Armano Kenneth Dimitra
Little Girl
Bingung ๐Ÿ˜ฎ
What I've Done?
Kemarahan Arman
Would You Forgive Me?
Start Falling
Asha
bukan update
Arman's Anger
Atasan Aneh!
Bisa-bisa Jatuh Cinta
Gadis Kesayangan
I'm Right Here
Pretty Boy
Yes, I Would
I'm The Only One
Mempertahankan!
Serigala Betina๐Ÿบ๐Ÿบ
He's Back
Dimitra's Future Daughter-In Law
Give You All Of Me
Like A Child
Malu ๐Ÿ™ˆ
Arman's Promise
He Did It
Have A Nice Dream
Girl's Quarrel
Pencarian Dimulai
Lega
Kemungkinan Terburuk
Aku Janji โœŒ
Tolong Jaga Dia
Keras Kepala
Pengusiran
Meminta Penjelasan
Pamit
Heran
Saving Her
Penjelasan
Meminta Restu?
Sempurna
Calon Menantu Dimitra
Selamat Malam ๐Ÿ˜ด
Apa Aku Pantas?
Like an Alpha ๐Ÿบ
Pantas Saja!
Bad Party
Bad Party, or Not?
Fitting
๐ŸŽŠThe Day๐ŸŽŠ
The Happy Ending? or Not?
Sucker
Sweetness in Ibiza
๐Ÿ›ซ Flight Home ๐Ÿ›ฌ
Sehat-Sehat
Kemurkaan Arman
Tunggu Sebentar
Princess Ella
Ketenangan
A Day With Ella
Welcome To The World
Prahara
Maaf
Jangan Pergi!
Maafkan Aku
Awas Saja!
Baiklah
Remarried
Takut
Selamat Malam๐Ÿ˜ด
Scary Couple
Alvian Sakit
Anak Serigala๐Ÿบ
Kembar Berdebat
Janji Arman
Ketika Si Kembar Berkelahi
Cepat Bangun!
Cepat Sembuh
Pelajaran Kecil ๐Ÿ˜ˆ
Good Daddy
Dimitra's Next Daughter In Law
Insecurity
Like Father Like Son
Like An Angel
The Wise Albern
Terima Kasih (End)
Special Part 1 #1

Janji

8.6K 580 10
By Fionna_yona

"Lama sekali," rajuk Arman.

Natasha terkekeh kecil.

"Papi mengajak mengobrol tadi,"

Kening Arman berkerut kecil sebelum dia tersenyum. Natasha duduk di sebelah Arman dan Arman langsung menarik tangan kanan Natasha.

"Aku harus segera mengisi jari ini dengan tanda pengikat," ujar Arman sambil mengusap jari manis Natasha.

"Hah?"

Arman tersenyum.

"Bolehkah kalau aku memberi tandanya dulu?"

Arman menatap Natasha dan gadis itu hanya tersenyum kecil. Akhirnya Arman langsung menggigit jari manis Natasha hingga meninggalkan bekas serupa dengan cincin.

"Yang asli menyusul nanti," ujar Arman.

Natasha tersenyum dan mengangguk. Tak butuh waktu lama, Bian datang dengan makanan yang dipesan oleh Arman saat Natasha sedang mandi.

"Jadi, kamu sudah boleh makan ini?" Tanya Natasha.

"Boleh. Asal jangan makanan pedas, kopi, dan minuman beralkohol,"

Natasha menyuapkan sendokan pertama kepada Arman. Arman tentu saja menerimanya dengan senyum riang.

"Asha,"

"Hm?"

"Pindah kembali ke apartment, ya?"

"Itu..."

"Please... aku tidak mau kamu tinggal dengan mereka,"

"Mereka cukup baik kok,"

"Itu karena mereka menginginkan jantungmu untuk anak mereka!"

"Jangan bilang begitu!" Ujar Natasha dengan lembut.

"Aku juga anak ayahku," sambungnya.

"Asha, aku tidak bermaksud mengatakan itu. Hanya saja-"

"Aku tahu,"

Natasha tersenyum kecil.

"Begini saja. Kita lihat, ya. Kalau mereka kembali seperti dulu lagi, aku akan pindah ke apartment-mu lagi,"

"Tapi..."

"Aku tidak akan apa-apa. Nanti kalau mereka macam-macam aku minta tolong kak Ardan dan papi,"

"Janji ya, kamu akan minta tolong pada mereka,"

"Janji,"

Arman mengangguk. Dia kembali memakan makanan yang disuapkan oleh Natasha ke mulutnya. Natasha sendiri juga makan makanan itu bersama Arman. Selesai menikmati sarapan mereka, Arman meminta Natasha menemaninya terapi.

"Dia kekasihmu?" Tanya dokter Berland.

Arman mengangguk.

"Kenalkan dokter, namanya Natasha,"

Natasha mengulurkan tangannya dan menjabat tangan dokter itu.

"Natasha,"

"Berland,"

Dokter itu menatapi Natasha dan jujur itu membuat Natasha tidak nyaman.

"Maaf," ujar dokter itu saat tahu Natasha tidak nyaman akibat perbuatannya.

"Ah! Tidak apa-apa,"

"Saya minta maaf. Saya hanya merasa pernah melihat anda di suatu tempat. Anda mirip teman saya," ujar dokter Berland.

"Benarkah?"

Dokter itu mengangguk. Arman memulai sesi terapinya. Natasha menemani dia disana. Arsen datang menyusul. Dia turut menemani Arman bersama Natasha.

"Nat,"

"Hm?"

"Ayahmu,"

Arman melihat ayah Natasha datang dan dia langsung menghentikan sesi terapinya. Dia memilih menarik dokter Berland untuk melipir ke pinggir. Arsen yang kebetulan sedang berpakaian rapi itu berdiri dan merangkul pinggang Natasha.

"Ada apa, pa?" Tanya Natasha saat ayahnya sudah mendekat.

"Kamu ngapain disini?"

"Menemani Arman, pa,"

Ayah Natasha menatapi Arsen. Jujur saja, sehebat apapun Arsen melakoni peran, Ardan adalah yang terbaik.

"Kamu itu! Adik kamu sakit kamu tidak pernah menjenguknya, malah menjenguk orang lain!!" Bentak pria itu.

"Maaf, pa. Nanti Natasha akan menjenguk Nabilla,"

"Tidak usah!!"

"Pa..."

"Apa lagi?! Dasar anak tidak tahu diuntung!"

Arsen berdeham. Matanya menyorot tajam ke arah pria di depannya.

"Saya rasa, ucapan ayah saya waktu itu sudah sangat jelas, pak. Atau, perlu saya ingatkan lagi?"

Pria itu menatap tajam ke arah Natasha dan menatap takut ke arah Arsen.

"Bu-bukan begitu, tuan Gio. Saya hanya mengingatkannya untuk mengingat keluarganya,"

"Dia menemani saya hari ini. Lalu, saya juga yang tidak memberi dia izin menemui sampah seperti kalian," ujar Arsen sarkas.

Pria di depan mereka terdiam.

"Kalian itu hanya sampah, sementara Asha adalah berlian. Jelas saya tidak akan membiarkan berlian saya dikotori oleh sampah seperti kalian!!!"

Pria itu menatap Arsen dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa? Anda keberatan, pak Deni? Mau melaporkan saya ke pihak berwajib? Silahkan saja! Saya tidak takut,"

"Sombong!" Akhirnya ayah Natasha menjawab.

"Saya? Sombong? Ya. Memang seperti itu sifat saya. Tapi selain itu, saya juga memiliki alasan untuk melaporkan anda ke pihak berwajib,"

"Apa?!"

"Jangan anda pikir saya tidak bisa melakukan hal itu!"

Arsen mengeraskan rahangnya, dia tersenyum miring.

"Menelantarkan keluarga anda demi selingkuhan anda, membiarkan istri anda meninggal karena perbuatan selingkuhan anda, lalu terakhir, memaksa Asha untuk mendonorkan jantungnya untuk putri anda yang sama sekali tidak berguna itu. Kira-kira berapa tahun penjara, kah hukuman yang akan anda terima?"

Pak Deni-ayah Natasha- terdiam ucapan Arsen membuatnya ketakutan. Baru juga dia mau berujar kembali saat itu dokter Berland memanggil ayah Natasha. Arsen dan Natasha bisa melihat wajah ayah Natasha pucat bukan main.

"Deni?" Tanya dokter Berland dengan bahasa Inggrisnya.

"Kau! Bagaimana kau bisa ada disini?"

"Entah, takdir mungkin,"

Dokter Berland menoleh ke arah Natasha.

"Dia ayahmu?" Tanya-nya dan Natasha mengangguk.

"Dengar Deni, mulai detik ini, jika kau berani mengganggunya atau melakukan sesuatu yang membuat wajahnya murung..." dokter Berland mengancam dengan tegas.

"Jangan salahkan aku jika aku membuka kasus belasan tahun itu dan membuatmu masuk ke penjara!" ujar dokter Berland membuat Natasha menatap ke arahnya dengan penasaran.

"Anda mengenal ayah saya?" tanya Natasha.

"Tidak tapi, aku mengenal ibumu. Dia temanku yang aku bilang mirip denganmu,"

Natasha kini menatap dokter Berland dan ayahnya. Matanya meminta penjelasan namun, sang ayah memilih menjauh dari Natasha. Dengan rasa penasaran yang membuncah, Natasha menatap dokter Berland penuh harap.

"Ibu-mu... Dia bisa dibilang teman dekatku dulu. Keluarga kami berteman sejak lama,"

"Lalu?"

"Ibumu bertemu dengan pria bajingan itu dan memilih menikahinya. Namun, dia berselingkuh di belakang ibumu. Dia mengumbar kata-kata manis untuk ibumu tapi, kenyataannya dia berselingkuh dan bahkan dia terus mengeruk harta milik ibumu sampai habis tak bersisa,"

Natasha terdiam. Arman melihat itu dan memilih mengajak kekasihnya ke ruang rawatnya. Tentu saja, dokter Berland dan Arsen ikut di belakang mereka.

"Lalu, ibuku bagaimana?" Tanya Natasha saat mereka sudah ada di kamar Arman.

"Ibumu terkejut saat tahu kalau ayahmu dan selingkuhannya bekerja sama sejak lama. Sejak ayahmu baru mengenal ibumu. Mereka sengaja berpisah agar ayahmu bisa menikah dengan ibumu. Lalu, ayahmu mengeruk harta kekayaan ibumu dan menyenangkan selingkuhannya. Ibumu meninggalkan beberapa asetnya untukmu, apa kamu tidak tahu?"

Natasha menggeleng kecil. Dia tidak tahu dan tidak pernah diberitahu.

"Yang aku tahu, mereka tidak punya uang bahkan aku sempat cuti kuliah untuk bekerja demi membiayai mereka,"

Dokter Berland terkejut.

"Jangan bilang mereka menghabiskan semuanya!" Ujar dokter Berland tidak percaya.

"Bisa jadi. Kami hidup pas-pas-an. Aku bekerja dan menyetor uang pada mereka,"

Arman mengusap tangan Natasha dengan sayang. Akhirnya, gadis itu memilih bergabung dengan Arman di atas tempat tidur Arman. Dia memeluk pinggang Arman dengan erat.

"Mereka tega melakukan itu pada mama," bisiknya.

"Natasha, apa yang mereka lakukan pada ibumu lebih dari itu. Apa kamu tahu bagaimana ibumu meninggal?"

Natasha menggeleng.

"Mereka mengusir ibumu dan mengambil dirimu. Ibumu menghubungiku dan memintaku menjemputnya di rumah sakit. Saat aku datang kondisi ibumu sudah sangat lemah. Mona bahkan sempat datang dan memperburuk keadaan ibumu,"

Natasha semakin melesakkan kepalanya ke ceruk leher Arman.

"Mereka membunuh mama..." bisik Natasha.

Arman mengusap punggung gadisnya dengan sayang. Menenangkan Natasha menjadi prioritasnya saat ini. Arman menggelengkan kepalanya pada dokter Berland. Meminta pria tua itu berhenti berbicara. Arsen mengajak dokter berlan keluar. Arman sendiri hanya diam saja sambil mengusap punggung Natasha. Dia tahu sejak tadi gadisnya sudah menangis.

"Kenapa mereka setega itu? Mama tidak salah apa-apa,"

"Ssstt... jangan menangis lagi, sayang!"

"Mereka membunuh mama,"

"Aku tahu,"

Natasha menangis di leher Arman dengan cukup lama. Arman memejamkan matanya. Dalam hati dia bersumpah akan menghancurkan Deni dan keluarganya. Mereka yang sudah menorehkan luka pada Natasha tidak akan dia lepaskan.

"Sayang, sudah. Jangan menangis lagi! Kalau mama mendengarnya, dia akan ikut bersedih,"

"Kenapa mereka mengambilku dari mama? Aku baik-baik saja saat bersama mama,"

"Mungkin mama yang menyerahkan kamu pada mereka,"

"Kenapa begitu? Mama sangat menyayangiku, dia tidak akan memberikan aku pada mereka,"

"Kalau itu untuk keselamatanmu, mama pasti akan melakukannya,"

Natasha mengangguk. Dia paham maksud Arman. Bisa saja saat itu, ayahnya dan Mona mengancam ibunya hingga sang ibu memilih membiarkan Natasha dibawa oleh sang ayah.

"Aku akan membalas mereka," ujar Arman.

"Mereka yang sudah membuat mama menderita dan membuat kamu terluka. Aku akan membalasnya," sambungnya.

"Arman..."

"Ssstt.. jangan menangis lagi!"

Natasha menjauhkan dirinya dari Arman. Arman mengambil kesempatan itu untuk mengusap pipi Natasha dan mengecup keningnya dengan lembut.

"Jangan menangis lagi!"

Natasha mengangguk.

"Mulai hari ini aku berjanji padamu dan pada mama juga mami. Aku akan menjagamu baik-baik. Mereka yang membuatmu terluka tidak akan aku lepaskan! Mereka akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatan mereka,"

Natasha mengangguk lagi. Dia kembali memeluk Arman. Kali ini, dia dan Arman berbaring di atas ranjang rawat Arman. Natasha menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Arman. Lama kelamaan, Natasha jatuh terlelap.

Arman tersenyum melihat itu. Dia membetulkan posisi tidur Natasha dan menyelimuti gadisnya dengan perlahan sebelum dia ikut terlelap bersama Natasha.

'Aku berjanji padamu, sayang. Mereka akan hancur sampai mereka bersujud di bawah kakimu,'

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.7M 88.5K 54
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
132K 7.5K 28
"Kamu harus nikah sama saya" ucap Denis. Mata Renita membulat kaget "Idih, apa-apaan? Enak aja" katanya dengan nada jijik. "Tidak ada penolakan! Kamu...
4.5M 192K 49
On Going โ— Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
11.8M 738K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...