Mengejar Asmara [PINDAH PLATF...

By signaturecoffee

250K 4.2K 94

Asmara dicap gagal move on oleh orang sekitarnya karena belum bisa benar-benar melepaskan sosok mantan kekasi... More

BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
PENGUMUMAN
PLEASE BACA

BAB 1

17.4K 880 9
By signaturecoffee

Hujan rintik mulai turun membasahi tanah siang itu. Sebuah mobil menerjang rintik hujan dan menuju parkiran basement sebuah gedung perkantoran tempat pemiliknya bekerja. Setelah mobil itu terhenti, seorang wanita turun membawa tas dan beberapa berkasnya. Suasana sepi basement gedung perkantoran hanya berisi suara hentakan stiletonya dan suara wanita itu yang sedang berbicara di telepon. Air mukanya yang suram menunjukkan bahwa terjadi sesuatu yang membuatnya sebal setengah mati.

"Ibu yakin dia resign?" ulangnya lagi untuk ketiga kalinya kepada orang di seberang sambungan telepon.

Dia mengacak rambutnya yang dicapit jedai. Buru-buru wanita itu berlari memasuki lift yang terbuka dan memencet lantai 5. Sesekali matanya menatap jam tangannya yang menunjukkan jam 2 siang. Begitu lift yang dinaikinya terbuka di lantai 5 dan langkah kakinya mendekati pintu kantornya, terdengar suara ribut-ribut.

"Kamu jangan bercanda, Di! Masa kamu mau resign di saat seperti ini sih?" protes seseorang.

"Yah, saya nggak bercanda. Saya udah taken kontrak kerja baru saya. Kan juga masih dua minggu lagi" balas suara lainnya.

"Mas, tolong dipertimbangakan lagi. Jangan gegabah," suara pelan lainnya menasehati.

"Kamu beneran resign, Di?" tanya Asmara yang baru saja berdiri di tengah keributan yang dihasilkan Adi setelah memasuki ruangan kantornya.

Adi yang sedang diserang beberapa orang karena keinginan resign mendadaknya itu menatap Asmara yang terlihat berantakan dengan rambut yang tidak terjapit sempurna. Dengan pandangan yakin, Adi mengangguk pelan. Semua orang menatap muka Asmara yang terlihat memerah.

"Bisa kita ngobrol dulu?" pinta Asmara.

Adi mengangguk dan berjalan mengikuti Asmara ke library kantor mereka. Terjadi diam lama antara mereka di ruang kedap suara itu. Asmara, si wanita, sengang berusaha mengontrol emosinya agar apa yang disampaikannya tidak mengandung emosi yang berlebihan yang diduganya bisa makin membuat suasana tidak nyaman.

"Kenapa resign?" tanya Asmara datar.

"Aku dapet offer yang lebih bagus, settle, dan dekat sama anak istri, Ra" jawab Adi

"Tapi gimana tender kita?" tanya Asmara dengan nada tinggi yang menunjukkan usahanya menekan emosi tadi tak berhasil.

Adi menghela napasnya, "Seharusnya kamu tahu kalau cepat atau lambat aku akan resign, Ra. Bahkan kamu tahu kan aku sudah menyampaikan ini semenjak beberapa bulan lalu? Apa yang mengejutkan?"

"Aku pikir kamu nggak serius," gumam Asmara sambil menyandarkan dua siku di meja dan meletakkan kepala di telapak tangannya.

Asmara buntu seketika. Saat ini, baginya, tidak ada yang lebih penting dari memenangkan tender yang sudah diincarnya. Salah satu tender besar yang bisa membantu menutup targetnya tahun ini. Kepergian Adi dari perusahaan tentulah kabar buruk untuk rencana itu, sudah bisa dipastikan rencana itu gagal total.

"Kamu benar-benar nggak bisa menunda, Di?" Asmara mengangkat kepala dan menatap Adi dengan seksama, "Bayangkan, kalau kita berhasil mendapat tender itu, nama seorang Adi Cahya akan makin naik. Bahkan aku yakin lebih banyak lagi perusahaan bagus yang melamarmu, Di."

Melihat kegigihan Asmara, Adi menyengir lebar. Kalau mereka belum lama mengenal, pasti Adi sudah akan terjebak rayuan marketing senior di Mediteran Advertising itu.

"Well, bener sih. Tapi belum tentu di Surabaya, padahal itu syarat utama yang kuinginkan, Asmara. Aku kan sudah bilang ingin dekat istri dan anakku?"

"Sialan kamu, Di. Kamu benar-benar mengesalkan."

Mendengar umpatan Asmara, Adi justru tertawa.

"My apologies. Hanya saja ini sudah waktunya, Ra. Waktunya dekat keluarga. Waktunya aku pulang ke rumahku. Hm?"

Adi sudah mantap dengan keputusannya, pikir Asmara. Dan Asmara memilih mengikuti kemauan sahabat sekaligus partner-nya itu dengan merelakannya. Sekaligus, jauh di lubuk hatinya, dia tak ingin menjadi batu sandungan untuk kebahagiaan Adi dan keluarganya.

**

Saat sudah memiliki keluarga, pusat hidup dan prioritas hidup semua orang akan berubah. Ketika lajang, kamu bisa pergi pesta kapanpun kamu mau dan pulang saat sudah lelah. Ketika kamu lajang, sirkulasi keuanganmu akan menjadi tanggung jawabmu sendiri seutuhnya. Ketika kamu lajang, akan ada idealisme mengenai pekerjaan yang kamu pilih, nama kantor tempatmu mencari uang, dan bagaimana kamu berhubungan dengan manusia lainnya.

Saat sudah menikah dan memiliki rumah tanggamu sendiri, semua hal yang akan dilakukan harus dipikirkan dua kali, tiga kali, empat kali, yah setidaknya sejumlah anggota keluarga barumu. Jam pulang tidak bisa seenaknya, karena ada yang menunggu dirumah. Gajian tidak boleh dihabiskan seenaknya, ada prioritasnya. Dan masih ada banyak pertimbangan lainnya. Semua pusat hidup dan prioritas tidak lagi milik satu orang, tapi setiap orang dalam keluarga. Yah, setidaknya itu yang ditangkap Asmara ketika mengamati kehidupan orang-orang di sekitarnya. Termasuk Adi.

Resign-nya Adi membuat kepala Asmara pusing bukan main. Ada kestabilan yang rusak jika Adi keluar dari posisinya di Mediteran. Tapi bagaimanapun, Adi tidak akan mundur dari keputusannya, Asmara tahu betul mengenai hal itu. Sulit untuk tidak memihak keinginan Adi pindah ke tempat yang lebih dekat dengan keluarganya. Adi merindukan keluarganya, sayangnya Asmara juga tahu itu. Apa juga hak Asmara menghalangi niat baik itu?

Adi adalah Head of Creative Department di Mediteran Advertising, salah satu perusahaan periklanan yang sedang berkembang pesat. Selama ini, Asmara sebagai Senior Marketing merasa sangat cocok berkolaborasi dengan Adi karena dia mengerti konsep-konsep yang disampaikan ulang oleh Asmara dan keinginan kliennya. Mereka juga termasuk orang-orang pertama yang masuk Mediteran tujuh tahun lalu. Segala pencapaian Mediteran saat ini, tentu saja Asmara dan Adi mengambil bagian sejarah terbesar di sana.

Lamunan Asmara mengenang perjalanan karirnya dengan Adi di sini terpaksa buyar karena ketukan di pintu ruangannya.

"Ya?" Asmara seketika mendongak ketika dilihatnya Deriawan berdiri di depan pintu yang dari tadi memang sudah terbuka.

"Kamu nggak berhasil ajak Adi bertahan?" tanya Deri sambil duduk di hadapan Asmara.

Bagian sejarah lainnya adalah Deri selaku pemilik Mediteran. Bersama Asmara dan Adi, Deri membangun bisnisnya hingga kini bisa berkembang. Perjuangan yang dilakukan bersama membuat mereka memiliki kedekatan yang karib dan bersikap santai.

Asmara menggeleng lemah. Deri hanya bisa membuang napas kecewa. Dia tahu bahwa semenjak tiga bulan lalu, Adi selalu menyuarakan ingin resign. Hanya saja, Deriawan juga tak menyangka bahwa hal itu serius dan benar-benar terjadi hari ini.

"Ya sudah. Karena tender sudah makin dekat dan juga waktu resign Adi sudah mepet, aku akan minta HRD pasang lowongan. Aku juga dapat beberapa rekomendasi dari kampusku dulu, Ra."

"Rekomendasi? Kamu benar-benar akan melepas Adi?"

Asmara cukup terkejut mendengar pernyataan bosnya barusan. Deriawan menggidikkan bahu dan berkacak pinggang menatap Asmara.

"Iyalah. Kita sama-sama tahu Ra kalau Adi serius kali ini. Nggak rasional kalau aku masih diem aja, lagian perusahaan ini harus tetap bergerak. Lagipula, alasan Adi resign terlalu krusial. Aku nggak bisa menolaknya, Ra" jelas Deri yang juga disetujui Asmara dalam hati.

"Nanti pulang kerja, kita bertiga nongkrong di tempat biasa. Sambil ngobrol menuntaskan semua. Aku balik duluan ya," pamit Deri.

**

Akibat keputusan Adi untuk resign memang membuat terkejut sekaligus sedikit canggung diantara dia, Asmara, dan Deriawan. Bahkan ketiganya bertemu di salah satu tempat makan favorit mereka, suasan hening sulit sekali dihindari.

"Udah? Duduk-duduk aja sampai pagi di sini?" Adi berinisiatif memecah canggung.

"Well, salahkan dirimu sendiri," ujar Deriawan yang meskipun dikatakan dengan serius, Adi dan Asmara memahaminya sebagai candaan.

"Ra? Kamu mau diam terus seperti itu?" tanya Adi kali ini ke Asmara.

"Salahkan dirimu sendiri," ulang Asmara yang akhirnya membuat Adi dan Deriawan tertawa.

Deri meminum minumannya dan menatap lekat Adi seolah bersiap mengatakan sesuatu yang sangat serius.

"Alasanmu resign beneran karena mau kumpul anak istri kan, Di? Bukan karena menjauhi Asmara?" tanya Deri akhirnya.

Mendengar pertanyaan itu, Asmara mkamutot kepadanya.

"Kok jadi aku sih?" protes Asmara.

Adi tertawa, "Iya beneran karena aku ingin deket Tiara sama Dea. Soal Asmara, well, Tiara memang masih sedikit cemburu."

Sementara Deri tertawa, Asmara mengumpati Adi. Dulu, Deri dan Adi adalah teman dekat ketika mereka mengambil S2 di Australia. Setelah selesai kuliah dan kembali ke Indonesia, Deri memutuskan untuk memanfaatkan modal dari orang tuanya serta keahliannya di bidang manajemen bisnis untuk membuka Mediteran dan merekrut Adi yang juga mahir di bidang creative design. Saat itu Deri meminta Adi mencarikan seorang Marketing untuk Mediteran, akhirnya Adi merekrut Asmara yang dia kenal dari teman-teman sekitarnya semasa kuliah S1. Perekrutan itu ingin dimanfaatkan Adi juga untuk mendekati Asmara. Namun bukan jodohnya jadi pacar, mereka justru jadi sahabat dan partner kerja yang solid.

"Kenapa sih kamu nggak terima Adi aja? Dulu tentu saja," goda Deri sambil menyenggol lengan Asmara.

"Nggak ah. Kamu sama Adi sama-sama rese. Gimana aku mau jatuh cinta kalau kalian seperti ini ngeselinnya?" elak Asmara separuh bercanda.

"Alasan ah kamu, Ra. Bilang aja kalau kamu merasa terlalu baik buat aku," ujar Adi yang membuat dua temannya makin tertawa.

"Lagian, meskipun aku resign bukan berarti kita nggak sahabatan lagi kan? Ini waktunya juga aku berkembang, Mediteran juga butuh refreshment," lanjut Adi tulus.

"Wish you luck, Di" ujar Asmara yang diamini kedua temannya.

"Oh ya, katanya kamu punya rekomendasi?" tanya Deri mengingat perkataan Adi tadi sore.

"Iya ada. Mutual friend semasa S2 di Aussie. Aku udah pernah kenalan sekilas sama dia dulu. Aku denger dia baru balik dari Malaysia, background-nya animator sih. Tapi udah pernah di design kreatif juga. Kalian berdua bakal suka banget sama kinerjanya dia."

"Duh, gaji berapaan nih? Meninggal ntar Mediteran hire dia," ujar Deri mulai khawatir.

"Aku udah pernah buka omongan sih. Aku ngomong posisi dan kerjaan. Gaji seharusnya bisa dinego kan? Tapi aku yakin, kalau kalian udah lihat karya dia, gaji yang dia ajuin bakal setimpal," ujar Adi yakin.

Deri mengenal selera penilaian Adi mengenai sebuah karya, dia cukup perfeksionis. Ketika Adi mengatakan bagus, maka memang benar adanya. Deri akhirnya meminta Adi untuk memberitahu si rekomendasi untuk mengirim email resume dan portofolio kepada Deri dan HRD. Si rekomendasi benar-benar membuat Deri dan Asmara penasaran untuk bertemu langsung. Beberapa hari kemudian, janji interview pun dibuat. Asmara juga diminta untuk hadir, dikarenakan si rekomendasi akan menjadi partner baru Asmara.

**


Continue Reading

You'll Also Like

910K 105K 64
Kinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam...
657K 44K 54
"Ada ketakutan yang belum bisa kutaklukkan hingga sekarang. Tapi, semenjak bertemu kamu. Aku jadi tahu bahwa ketakutan itu aku sendiri yang menciptak...
438K 17.8K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.1M 162K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...