The Boy Who Talked To The Tre...

De ashwonders

1.7K 206 153

Pada suatu hari, Andrea Jacobson membuat keputusan untuk menjauh sejenak dari kehidupannya di Portland. Dia... Mais

7 Reasons
'Sup?
Cast Aesthetics
1. Cotswolds
2. Hari Pertama Menjadi Senior
3. Cowok Berjaket Kuning
4. Hal-Hal Yang Terjadi
5. Piknik Di Hutan
6. Es Krim dan Memori
7. Lukisan Yang Kosong
8. Sir Fergus
9. Cewek Roti
10. Modifikasi
11. Hari Abu-Abu
12. Tanpa Batas
13. Misi Yang Serupa
14. Dua Orang Yang Luar Biasa Mirip
Writer's Note
Bonus (Part 2)
Bonus (Part 3)

Bonus (Part 1)

57 8 4
De ashwonders

Troutdale, Oregon
Satu tahun kemudian


"AKU masih nggak percaya kalian benar-benar melakukannya!"

Seruan itu terdengar dari dalam sebuah ruangan. Kylie Queen, yang tengah duduk sambil memainkan ponsel di depan cermin rias, hanya cengar-cengir mendengarnya. Dia tampak begitu cantik hari ini, dengan gaun putih gading sederhana namun elegan dan rambut pirang yang digelung cantik dengan jepit emas tersemat sebagai hiasan. 

Sementara Andrea--yang baru saja melontarkan seruan syok itu--berdiri di belakang kursi yang tengah diduduki Kylie. Gadis itu menatap sahabatnya melalui pantulan cermin dengan tampang tak terima.

"Kau seharusnya berterima kasih pada kami, Andy." Kylie mengedip padanya.

"Well, tapi--!"

Terdengar ketukan di pintu ruang rias. Hannah Queen, ibunda Kylie, melongokkan kepalanya.

"Lima belas menit, girls!" dia mengumumkan, kemudian tatapannya jatuh pada Kylie, "Berhenti memuntir-muntir rambutmu! Kau akan merusak tatanannya!"

"Aku tahu, Mom!" Kylie menghela napas dan bangkit dari kursinya. Setelah pintu ditutup, Kylie bangkit dari kursinya, "Heran deh, bisa-bisa orang berpikir dia yang bertunangan!"

Andrea mengecek jam tangannya dengan cemas. Sungguh tidak adil Kylie tampak begitu santai dan rileks, sementara semenit yang lalu cewek itu baru saja memberitahukan Andrea mengenai kelicikan yang telah direncanakannya bersama Sully pada hari pertunangan mereka.

Ya, pada akhirnya Sully menemukan keberanian untuk melamar Kylie.

"Sana, temui Sully dan pastikan dia nggak pingsan atau semacamnya. Kau tahu kan dia bagaimana." Kylie mendorong punggung Andrea menuju pintu, "Oh, dan berhenti bertampang panik begitu! Kau cantik banget hari ini, Andy! Nah, sana!"

"Aku--"

Pintu ditutup persis di depan hidung Andrea sementara sepupu-sepupu Kylie ganti memasuki ruang rias. Andrea tahu tak ada gunanya menginterogasi Kylie lagi di tengah-tengah segala kehebohan ini. Maka Andrea berjalan menyeberangi arena dining restoran yang disewa keluarga Sullivan dan Queen untuk hari ini. Restoran itu berada di tepi Sandy River, sehingga halaman belakangnya menyuguhkan pemandangan sungai yang indah. Setibanya di sisi yang berlawanan, Andrea mengetuk satu pintu yang bertuliskan 'Ruang Tunggu Keluarga Pria'.

Tak lama, pintu terbuka dan wajah-wajah Matt dan Priscilla yang panik menyambutnya.

"Andy!" keduanya melihat Andrea dengan penuh kelegaan seolah dia semacam juru selamat.

"Apa yang terjadi?"

Priscilla mencengkeram lengan Andrea seketika, "Syukurlah kau di sini. Dia makin ngawur saja setiap menitnya. Oh, aku tahu gaun hijau itu bakal keren banget padamu!"

"Trims," Andrea menatap keduanya bergantian, "Separah itu?"

"Dia mulai melanturkan sesuatu seperti, 'ada sesuatu yang salah denganku' atau semacamnya..." Matt berbisik pelan sambil melirik was-was ke arah Sully, yang berdiri mondar-mandir di depan jendela besar di ujung ruangan, "Dan barusan dia bilang dia kepingin muntah."

"Oh, astaga..." Andrea buru-buru menghampiri Sully.

"Kami siapkan dua kursi untukmu, Andy! Sampai nanti!" Matt berseru.

Andrea berbalik menatap Matt dan Pris tepat sebelum pintu tertutup, menganga tak percaya. Mereka juga sudah tahu!

"Andy..." menyadari kehadiran Andrea, Sully berhenti mondar-mandir dan menghampirinya. Sully kelihatan tampan dalam balutan jas biru tua dengan dasi kupu-kupu hitam dan pantofel yang bagus. Hanya saja wajahnya pucat pasi dan tampangnya benar-benar mengibakan, "Kurasa aku kepingin muntah."

Dan benar saja, tak sampai semenit kemudian Sully memuntahkan seluruh sarapannya ke toilet yang tergabung dengan ruang tunggu. Andrea bantu memijat tengkuk Sully sembari memegangi jas mahalnya. 

"Bisa-bisanya kau muntah ketika aku yang ada di sini, bukan saat Matt atau Pris ada." protes Andrea sembari menyodorkan cowok itu segelas air hangat setelah dia selesai mencuci muka dan menggosok gigi, "Berusahalah untuk santai ketika membaca pidato nanti."

"Pidato. Benar." Sully mengulang nelangsa, sementara Andrea bantu mengancingi lengan kemeja dan membetulkan dasi kupu-kupunya, "Ini bahkan baru pertunanganku. Bagaimana nanti ketika kami menikah...?"

"Fokus." Andrea menepuk-nepuk pundak Sully dan memberikan jasnya untuk dia kenakan kembali, "Dengar. Aku bertemu ibu dan ayahmu di luar. Mereka kelihatan asyik ngobrol. Kylie cantik banget hari ini. Dan kau juga luar biasa ganteng. Semuanya baik. Kau hanya terlalu banyak berpikir. Kau bisa melakukannya."

"Kayaknya aku lupa isi pidatoku..."

"Baca saja dari kertas contekanmu!" Andrea memberitahunya gemas, "Buat apa dibuat susah?!"

"Kau benar." Sully tampaknya berhasil kembali menemukan akal sehatnya, dia mengusap wajahnya yang sudah sedikit lebih berwarna dibandingkan tadi, "Aku merasa jauh lebih baik, trims."

Andrea menghela napas tak sabar, "Ngomong-ngomong, tentang apa yang kau dan Kylie lakukan di belakangku, itu yang kepingin kubicarakan denganmu."

"Yang kami lakukan...?" Sully tampak tak mengerti, kemudian matanya perlahan membulat dipenuhi pemahaman. "Oh."

Sebelum Andrea sempat melanjutkan, pintu ruang tunggu terbuka dan masuklah Georgia, "Greg, sudah waktunya. Oh, kau di sini, Andy!"

"Ya, Sully habis muntah." Andrea memberitahu, membuat wanita itu melotot panik.

"Apa?!"

"Mom, aku sudah lebih baik--"

Georgia memberondong anak laki-lakinya itu dengan pertanyaan-pertanyaan bernada khawatir dan Andrea merasa mereka butuh waktu berdua saja. Maka dia keluar dari ruang tunggu dan memutuskan untuk menuju halaman belakang restoran, tempat di mana para tamu undangan tengah berkumpul.

Andrea menjumpai beberapa wajah-wajah familiar dari SMA. Matt dan Pris bergabung, dan seketika pertemuan itu berubah menjadi semacam reuni. Andrea memperhatikan tamu-tamu yang datang. Sebagian adalah teman sekampus Sully dan Kylie di PSU. Sebagian merupakan kerabat dekat keluarga Sullivan dan keluarga Queen. Di meja utama, terlihat ayah dan ibu Kylie tampak mengobrol akrab dengan Mr. Sullivan. 

Sebetulnya, Andrea dan Matt sempat menawarkan diri untuk menjadi fotografer acara ini kepada Sully dan Kylie. Tetapi keduanya bersikeras agar Andrea dan Matt murni menjadi undangan yang hanya akan menikmati acara.

"Sudah cukup aku melihat kalian bawa-bawa kamera di leher ketika zaman SMA!" ancam Kylie ketika itu.

Tak lama kemudian, bunyi dentingan gelas terdengar. Pembawa acara memukul-mukulkan sendok perak ke permukaan gelas kristal, penanda bahwa acara akan segera dimulai. Para tamu duduk di kursi masing-masing, mengikuti nama yang tertera pada kartu di atas meja.

Tiap-tiap meja panjang memuat dua belas kursi, enam kursi berhadapan dengan enam kursi lainnya. Matt dan Priscilla mengisi dua kursi di sebelah kanan Andrea. Georgia, Mr. Sullivan, dan orangtua Kylie menempati empat kursi di sisi seberang Andrea. Sementara kursi paling ujung di sebelah kiri Andrea dibiarkan kosong dengan kartu nama tertelungkup. 

Kedua tangan Andrea mengepal gugup. Sulit dipercaya Sully dan Kylie bekerjasama untuk menyelenggarakan pesta pertunangan mereka tepat di tanggal ini. Dengan cemas dia mengecek pantulannya melalui layar ponsel. Kemudian dia mengecek tatanan rambutnya, yang digelung sederhana di tengkuk dengan beberapa helai dibiarkan terurai halus dari pelipis. Dia juga merapikan gaun hijau gelap motif bunga-bunga dan melirik heels senada yang dikenakannya. Lalu bertanya-tanya sendiri mengapa dia jadi begitu khawatir terhadap penampilannya.

Perhatian Andrea teralih oleh Sully dan Kylie yang memasuki halaman belakang, saling bergandengan. Seluruh tamu bersorak dan bertepuk tangan, sementara keduanya menyunggingkan senyuman cerah. Sully masih nampak gugup, tapi rona bahagia mewarnai wajahnya. Andrea harus mengakui dia agak berkaca-kaca karena haru melihat kedua sahabatnya saling menatap dengan binar kasih sayang yang terpancar jelas dari mata mereka. Kemudian ketika pasangan itu telah bergabung di meja yang sama dengan Andrea, diapit orangtua-orangtua mereka, pembawa acara membuka dengan kata-kata sapaan.

Acara berlangsung dengan ceria dan menyenangkan. Cuaca hari ini begitu mendukung, langit yang cerah diselingi angin sepoi. Andrea menatap sekeliling, menikmati dekorasi pesta kebun yang didominasi warna emas dan putih gading. Permukaan Sandy River beriak dan berkilauan tertimpa matahari musim panas. Tirai-tirai cahaya menerobos kanopi-kanopi pepohonan yang menaungi jajaran meja-meja kayu panjang berhias lilin dan bunga-bungaan. Podium sederhana yang berlatar belakang dinding mawar putih dipasang pada sisi seberang halaman. 

Di tengah-tengah obrolan dan suara pembawa acara, perhatian Andrea mendadak teralihkan pada Georgia yang sibuk melambai antusias pada seseorang di belakang Andrea. 

"Di sini!" Georgia memanggil.

Jantung Andrea seolah anjlok ke dasar perut. Dia mendengar langkah-langkah di atas rerumputan yang semakin mendekati meja mereka. Kemudian, kursi persis di sebelah Andrea tahu-tahu diduduki.

"Lama nggak bertemu, Georgia."

Suara itu. 

Suara ceria dan khas yang sudah satu tahun ini tidak didengarnya secara langsung.

Yang kedengaran agak terengah, karena sepertinya cowok itu datang dengan terburu-buru. 

Lucas Freewell menoleh untuk menatap Andrea dengan sepasang mata biru cerahnya.

"Maaf aku terlambat." bisiknya, nyengir.


🌳

Continue lendo

Você também vai gostar

4.6K 970 42
[Daftar Pendek Wattys 2023] [WIA Reading List Periode #7] Ansel, seorang pembunuh bayaran yang mampu memanggil roh tanpa melakukan kontrak, bertekad...
562K 67.5K 42
TELAH DITERBITKAN Amarine, wanita karir yang bangkit dari kematiannya dan hidup kembali sebagai tokoh figuran di salah satu novel yang sempat ia baca...
4K 1.1K 54
[Kumpulan Cerpen] #DWCNPC2021 #DWCNPC2022 Every day is a good day. There is something to learn, care, and celebrate. (Amit Ray) =====================...
3.2K 526 41
Gara-gara Kaira diculik oleh sekelompok Elf pedagang manusia, Anna jadi harus pergi ke Greina bersama Marrietta, Putri Musim Panas. Di tempat serupa...