PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

Від DNF_17

890K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... Більше

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 8
Extra Part 10

Extra Part 9

9.6K 426 111
Від DNF_17

Pagi itu aku merasakan haus sekali. Aku lihat ke samping, kak Shane masih tertidur pulas. Aku pikir sudah jam 5 tapi ternyata masih jam 2 pagi.

"Kak..." panggilku lemah, dengan masa hamil tua ini, aku sudah tidak bisa banyak bergerak. Sangat susah, aku benar- benar tidak lepas dari tempat tidur.

"Kak Shane.." panggilku lagi sambil mencoba menggerakkan tangan menepuk tangan kak Shane.

"Kak Shane, Ocha haus"

Akhirnya setelah beberapa saat kak Shane bangun, "kenapa sayang?"

"Haus kak"

"Astaga, kamu kringetan banget ini"

Kak Shane dengan cepat mengambil tisu di meja samping tempat tidur dan mengelap wajah dan leherku.

"Haus kak" lirihku.

"Iya iya sebentar"

Kak Shane turun dari ranjang dan segera mengambil air minum untukku. Rasanya badanku pagi itu benar benar lemas lebih dari biasanya, tak nyaman sekali.

"Aawww" tiba- tiba saja aku merasakan perutku berkontraksi.

Sakit sekali rasanya, astaga aku sudah tidak kuat.

"AAARGHHHHHH KAK SHANEEEE"

"KAK SHANEEEE SAKIT" teriakku sekuat tenaga.

"Kak Shane, sakit..." suaraku semakin lirih.

Aku benar benar sudah tidak tahan, keringat kurasakan mengalir di pelipisku.

"Sakit.... hikss hikss"

"Kak Shane... hikss sakit kak"

Ku lihat kak Shane di ambang pintu kaget, dengan cepat mendekatiku.

"Kak Shane... aku gak kuat"

"Sayang, jangan ngomong kayak gitu, kamu harus kuat, demi bayi kita, aku panggil ambulance sekarang yaa"

Kak Shane memanggil ambulance, aku terus menggengam tangan kak Shane, napasku sudah tidak teratur.

"Astaga sayang, keluar darah" ujar kak Shane.

"Kak, Ocha.., ocha minta maaf yah"

"Sayang kamu ngomong apaan sih, sebentar lagi ambulance datang, aku panggil mama sebentar"

Aku benar- benar sudah tidak tahan, aku sudah tidak bisa berbuat apa- apa. Kak Shane dan mama terus menenangkanku. Dan tak lama kemudian ambulance datang.

"Ocha, yang sabar nak" ujar Mama Gina.

Kak Shane terus menggengam tanganku dan menjaga kesadaranku di dalam ambulance.

"Sayang jangan tutup mata kamu, lihat aku terus, oke?" ujarnya sambil mengelus dahiku.

"Sakit...hikss hikss"

"Sabar sayang sebentar lagi kita sampai, cubit aja kalau sakit, kayak dulu"

Aku hanya menggelengkan kepalaku, aku sudah lemas, menggerakkan tangan pun sulit sekali.

"Kak..."

"Iya sayang? Kenapa?"

"O..ocha, sayang kak Shane, makasih udah jadi suami terbaik buat Ocha"

"Aku lebih sayang kamu, bertahanlah, aku bakal nemenin kamu terus"

"Nghh sakit hikkss"

Entah sudah berapa kali aku mengeluh sakit, tapi ini rasanya luar biasa sakit. Lebih sakit dibanding melahirkan dedek kuki.

Aku sudah tidak mengeluh apalagi berkata- kata, aku hanya bisa meringis, yang kudengar sekarang hanya suara kak Shane dan sirine ambulance.

"Sayang kita udah sampe, kuat ya" ujar kak Shane yang ku balas anggukan kepala.

Rasanya sudah begitu sakit hingga aku tak sanggup lagi mengeluarkan suara.

Agak lama aku terbaring menunggu di sebuah ruangan hingga akhrinya dokter dan beberapa perawat datang memeriksaku.

"Bagaimana dok?" Tanya kak Shane.

"Persalinan harus segera dilakukan"

"Lakukan dok, lakukan yang terbaik"

"Kondisinya tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, kita harus melakukan operasi"

"Operasi?" kak Shane kaget.

"Ya"

"Jika memang harus begitu. Silakan, lakukan yang terbaik untuk istri saya"

"Baik pak"

Aku hanya bisa diam dan berdoa. Semoga operasinya berjalan lancar dan bayiku selamat, hanya itu permintaanku.

"Perawat tolong siapkan ruang operasi, yang lain bawa ibu ini ke ruang operasi"

"Baik dok"

"Sayang.. yang kuat ya" lirih kak Shane mengikuti ranjangku yang di dorong olah beberapa perawat.

"Mohon maaf bapak, bapak tidak boleh masuk, tunggu saja di luar" ujar salah seorang perawat.

Aku melihat wajah kak Shane sangat cemas, dia menatapku. Aku pun menganggukkan kepalaku untuk meyakinkan kak Shane.

"Baik" ucap kak Shane.

Sebelum aku benar- benar masuk, dengan sekuat tenaga aku mengeluarkan suaraku.

"K..ka..k Sha..ne"

"Tunggu sus, kenapa sayang?" Kak Shane menahan ranjangku.

"Ma..maka..sih" ujarku.

Setelah itu aku di bawa masuk ke dalam, aku masih sadar sampai seorang perawat melakukan bius padaku. Saat itu aku merasakan mataku tertutup perlahan dan semuanya gelap.

***

Kak Shane POV

Lampu operasi masih menyala tanda operasi masih berjalan. Aku tak henti- hentinya mondar mandir di depan pintu.

"Shane, duduk aja" tegur Mama.

Aku tidak bisa diam, aku sungguh khawatir dengan Ocha yang sedang berjuang. Apalagi dia harus menjalani operasi.

"Shane.." Mama berdiri mendekat padaku.

"Duduk, doain buat Ocha, jangan kayak gini" lanjut Mama.

"Hm"

Aku pun menurut pada Mama, sungguh ini lama sekali. Aku takut terjadi apa- apa dengan Ocha.

"Ma.."

"Iya?"

"Ocha, bakal baik- baik aja kan?"

"Tentu" jawab Mama yakin.

Tapi, hatiku tidak tenang. Aku teringat kejadian dimana Viona melahirkan. Tanganku gemetaran sekarang.

Ini bukan kali pertamaku menemani Ocha melahirkan tapi ini sangat berbeda.

Jantungku berdegup tidak teratur, rasanya sangat tidak nyaman.

Ting

Jantungku semakin berdegup kencang saat lampu operasi mati, pintu terbuka dan mulai terdengar tangisan seorang bayi.

"SAYANG" kagetku.

Hatiku seketika hancur, saat melihat Ocha tidur terbaring di atas tempat tidur pasien, beberapa perawat mendorongnya keluar dengan tergesa.

Aku dengan sigap mengikuti mereka dan bertanya pada dokter.

"Dok tunggu dok, istri saya kenapa?" tanyaku menyamai langkah dengan sedikit berlari.

"Maaf pak, istri anda harus segera di tolong dan di bawa ke ICU, istri anda kritis"

Aku terus berjalan cepat mengikuti para perawat itu menuju ruang ICU, hingga aku tak menyadari jika aku mengeluarkan air mata.

"Maaf bapak, tolong tunggu di luar. Kami akan menangani istri anda dengan baik secepat mungkin"

"Tapi dok, saya ingin menemani istri saya, kasihan dia dok" ujarku sambil menahan pintu agar tidak tertutup.

"Maaf bapak, tolong.. anda hanya akan membuat proses ini menjadi lebih lama"

Aku melepaskan pintu itu dan mengalah. Aku hanya bisa berdoa lagi untuk saat ini.

Kak Shane, Ocha haus...

Ocha sayang kak Shane, makasih udah jadi suami terbaik buat Ocha

Tiba- tiba aku teringat perkataan Ocha sebelum semua kejadian ini.

"Sayang..." lirihku, aku benar- benar hancur.

"Shane"

"Mama, Ocha ma.. hiks" sontak aku memeluk Mama yang baru saja menghampiriku.

"Shane, kamu yang sabar, Ocha pasti selamat, anak kamu ganteng loh, mirip seperti kamu, matanya mirip Ocha"

"Ma, Shane takut."

"Berdoa Shane, berdoa"

"Shane gak bisa hidup tanpa Ocha Ma"

"Mama tahu, kamu harus yakin, Ocha pasti selamat"

"Iyaa"

Hingga hari berganti Ocha belum juga sadar dari tidurnya.

"Sayang, aku di sini, nungguin kamu terus, kamu bangun ya, anak kita ganteng kayak aku, kata mama matanya mirip kamu"

Aku duduk di samping ranjang Ocha sambil mengelus tangan dan kepalanya.

Aku benar- benar tidak tega melihat banyak kabel dan selang yang terhubung di badan Ocha.

"Sayang.."

"Sayang, kamu bangun dong sayang"

Tak lama kemudian Mama masuk ke dalam.

"Shane, dedek bayi kamu, nangis terus dari semalem gak berhenti- berhenti" ujar Mama.

"Apa Ma?"

"Mungkin dia pengen ketemu sama Mamanya, atau kalau enggak coba deh kamu yang gendong, kamu kan papanya, siapa tahu dia berhenti nangis"

"Oke Ma, titip Ocha dulu ya Ma"

"Iya, coba kesana ya, kasihan bayi- bayi yang lain terganggu"

Dengan segera aku menuju ruangan bayi, ternyata benar apa yang dikatakan mama, dia terus saja menangis.

Aku sudah mencoba menggendongnya tapi tetap saja, dia tidak berhenti menangis.

"Cup cup sayang, nanti mama kamu sedih kalau kamu nangis terus, cup ya" ujarku menenangkan sambil menimangnya.

"Oekkkkkk oekkkkkkk oekkkkkk"

"Pak Shane?"

"Loh dokter Mila?"

"Maaf saya lancang pak, kebetulan tadi saya lewat depan ruangan ini, itu mungkin bayinya ingin berdekatan dengan mamanya, pak Shane"

"Lalu?"

"Coba saja dibawa ke ruangan ibu Ocha"

"Tapi, apakah boleh?"

"Jika memang terpaksa, sepertinya tidak apa- apa, dicoba saja dulu pak Shane, saya bantu minta izin dengan dokternya"

Aku pun menyetujui saran dari dokter Mila. Dokter Mila juga yang membantuku membujuk dokter agar mengizinkan untuk membawa bayi masuk ke dalam ruang ICU.

"Ingat ya bapak, sebentar saja" peringat dokter.

"Iya dok, saya janji hanya sebentar"

Akupun membawa dedek bayi menuju tempat Ocha di rawat.

"Pak Shane? Boleh saya bantu menggendongnya?" Tawar dokter Mila.

"Tidak usah dokter Mila, biar saya saja"

Tak lama kami pun sampai dan masuk ke dalam ruangan ICU, aku meletakan dedek bayi di dekat Ocha yang sedang terbaring.

Sungguh, ikatan antara ibu dan anak memang sangat muat, beberapa detik setelah aku menaruh dedek bayi, dia langsung berhenti menangis.

"Lihat pak Shane, dedek bayinya berhenti menangis" ujar dokter Mila.

"Iya"

Aku terharu, sungguh aku ingin Ocha cepat sadar dari tidurnya.

"Yaampun dek, kamu kangen ya sama Mama kamu" ucap Mama yang duduk di samping ranjang.

Aku tidak kuat melihat ini semua, ingin menangis rasanya. Aku pun memilih untuk keluar ruangan. Aku tidak ingin menangis di depan Ocha.

"Ma, Shane keluar sebentar" pamitku.

Aku berdiri di dekat taman rumah sakit, menatap nanar ke depan, lalu mendongakkan kepalaku. Rasanya air mataku sudah tak tertahankan.

"Pak Shane?"

Jujur aku kaget karena kedatangan dokter Mila, dengan cepat aku mengusap bulir air mataku di sudut mata.

"Ah iya, ada apa Dokter Mila?"

"Butuh teman cerita?"

"Makasih dok, tapi maaf, saya sedang ingin sendiri, tolong tinggalkan saya"

"Oke, maaf pak Shane, saya permisi"

Aku benar- benar tidak ingin di ganggu saat ini. Sekalipun itu dokter Mila, orang yang selama ini sering ku mintai saran dan nasehat mengenai kehamilan Ocha yang rentan.

"Shane... Shane..." tiba- tiba aku mendengar teriakan Mama.

"Shane!!!"

Aku berlari mendekat ke arah Mama. Apa yang terjadi? Mengapa Mama berteriak seperti itu?

"Ada apa Ma?"

"Ocha, Ocha Shane.."

"Kenapa Ma?"

"Ocha sudah sadar Shane."

Aku tidak sempat membalas perkataan Mama lagi, aku langsung berlari menuju ruangan ICU.

"SAYANG" Panggilku lalu mendekat ke arah Ocha. Benar saja dia sudah sadar.

Dia tersenyum padaku, kondisinya masih lemah.

"Sayang, aku kangen sama kamu"

Ocha mengangguk pelan dan meneteskan air mata.

"Sayang, lihat dedek bayinya ganteng, kayak aku, matanya mirip kamu"

Ocha terus saja tersenyum dan mengalirkan air mata. Dia juga menoleh melihat dedek bayi yang tertidur di sebelahnya.

"Aku gak pengen kamu kayak gini lagi sayang hikss hikss" ujarku sambil memegang dan menciumi tangan Ocha.

"Ka...k Shane, Ocha haus"

Astaga, dia haus, bahkan sejak sebelum melahirkan.

"Iya sebentar, aku ambilkan sayang"

Aku pun bergegas mengambilkan air minum untuknya.

"Pelan- pelan sayang, jangan terlalu banyak dulu"

"Ma..kasih kak"

Kak Shane POV end

***

Aku senang sekali masih bisa melihat kak Shane, Mama, Airin, dedek kuki, dan dedek bayi.

Aku tidak menyangka Tuhan masih memberikan kesempatan hidup untukku lagi.

Dan akhirnya sekarang aku sehat kembali dan sudah diperbolekan pulang sore nanti.

"Kak Shane" panggilku pada kak Shane yang sibuk membereskan barang- barang.

"Apa sayang?"

"Ocha mau gendong dedek bayinya, itu dedeknya bangun kayaknya" pintaku sambil melihat ke arah box bayi yang ada di sebelah ranjangku.

"Kamu kuat emang?"

"Iya aku kuat kak Shane, aku ibunya"

"Oke, oke, pelan- pelan ya, kamu masih belum pulih sepenuhnya"

"Aku udah sehat kak Shane"

"Iya- iya, kamu ini"

Kak Shane pun mengambilkan dedek bayi dan memberikan kepadaku.

"Ganteng ya kak" ujarku.

"Iyalah, siapa dulu papanya"

"Ohiya kak, dedek kuki dan Airin baik- baik saja kan?"

"Baik kok, Mama yang mengurus mereka"

"Hm"

Dedek bayi lucu sekali, tidak kalah lucu dengan dedek kuki dahulu. Mereka berdua sama sama lucunya. Selalu membuatku tersenyum.

"Kak Shane"

"Iya sayang?"

"Kak Shane, lucu ya dedek"

"Iya, lucu kayak kamu"

"Tapi..., mirip kamu semua kak, aku mau anak cewek deh, yang cantik kayak aku" ujarku.

"Jangan, cukup, udah cukup, kita udah punya Airin sayang"

Aku sedikit kaget mendengarnya.

"Kenapa kak Shane? Bukannya kak Shane yang pengen punya banyak anak?"

"Aku gak mau kamu kayak kemarin lagi sayang, sungguh aku hampir saja kehilangan kamu"

"Kak Shane.."

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu, udah cukup sepertinya, kita udah punya Airin, dedek Kuki, dan dedek Kiano"

"Dedek Kiano?"

"Iya, aku beri nama dedek bayi kita, Shaquille Kiano Dirgayasa, gimana?"

"Bagus, Ocha suka"

Kak Shane mendekat padaku dan mencium keningku.

Chup

"I love you Ocha" ujarnya lirih.

"Love you too kak Shane, makasih sudah menjadi suami terbaik untuk Ocha"

"Makasih juga kamu udah jadi istri dan ibu yang hebat sayang"

***

Hai hai haiiiii....

Akhirnya bisa bikin extra part lagi heheheh

Maaf ya lama banget
Makasih udah mau nunggu dan baca cerita aku.

Thanks for reading. Don't forget to comment and vote yaaa:)















Продовжити читання

Вам також сподобається

268K 27.1K 30
[Belum direvisi] Nisa mempunyai ketakutan tersendiri dalam hidupnya. Sebuah ketakutan yang mungkin akan dianggap lucu oleh orang lain, namun begitu m...
17M 753K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
Tetangga Tapi Mesra [TERBIT] Від _greenixie

Підліткова література

2.9K 1K 42
[CERITA INI DIIKUTKAN DALAM EVENT GREAT AUTHOR FORUM SSP X NEBULA PUBLISHER] "Jangan membenci seseorang terlalu dalam. Soal perasaan nggak ada yang t...
68.7K 9.4K 44
Elvan Adhyastha, mahasiswa Psikologi tingkat 3 yang memiliki trauma untuk berhubungan dengan lawan jenisnya. Dia belum pernah memiliki pengalaman ber...