Lacuna ✔️

By Hyonashi

2.2M 188K 50.5K

[TERSEDIA DI GRAMEDIA DENGAN VERSI LEBIH BARU DENGAN BANYAK PART BONUS] Sudah selesai membaca My Little Bitte... More

| FOREWORD |
Trailer 🐰
Trailer 2
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28 (Last)
Info Penerbitan
COVER LACUNA
Tiger Lily
Side Story Lacuna-Snowdrop

Chapter 8

66.1K 6.6K 1.2K
By Hyonashi

Kangen banget sama kalian, ramein komen yuuk 🦄🦄

Tapi boleh main game dulu untuk pemanasan!
📌Berdasarkan angka vote terakhir yaa

Jadi dapet apa? adik baru buat Hyunki? 🌚








Jungkook dalam suasana yang menyenangkan hari ini. Setidaknya proyek yang ia usahakan selama beberapa minggu terakhir membuahkan hasil. Berkecimpung dalam dunia arsitektur bukanlah hal yang mudah, tetapi mengingat bakat seni yang mengalir di setiap aliran darah, membuat Jungkook cukup di akui dalam dunia properti. Maka pribadi dalam setelan jaket hitam dan celana jeans itu ingin menyempurnakan pencapaiannya dengan mengunjungi sang buah hati pada minimarket Goo. Jungook sudah berjanji akan membelikan Hyunki seperangkat mainan miniatur mobil kontraktor untuk bermain pasir.

"Bibi, apakah Hyunki tidur?" tanya Jungkook yang sudah berada di belakang Goo yang tengah menata roti di rak.

Berhasil membuat wanita dengan tatapan teduh itu sedikit terjingkat, "Ya Tuhan, kenapa kau tiba-tiba muncul seperti itu?" ucap Goo sembari memukul lengan Jungkook ketika ia malah membentangkan gigi putihnya.

"Maaf Bi, aku tidak bermaksud mengangetkan," jeda pribadi jangkung itu seraya menoleh pun menjajakkan pandangan pada seluruh penjuru toko, "Jadi, Hyunki benar tidur ya?"

Wanita paru baya itu menenteng keranjang berwarna biru dengan sebelah tangan, lantas berjalan kembali kea rah kasir sebelum berucap lebih jauh, "Dia pergi bersama Yoonji ke café kucing di depan gang," jawab Goo ketika menyimpan keranjang di bawah meja.

"Yoonji tidak bekerja, Bi?" dahi Jungkook berkerut, sedikit banyak mengantisipasi dengan baik apa yang Goo ucapkan.

Bukannya menjawab, Goo malah melipat kedua tanga di depan dada. Menelisik Jungkook dengan mata yang mulai menua. Di amati seperti itu, jelas Jungkook mendadak tidak mengerti, sedikit banyak melihat penampilannya sendiri guna memastika ia tidak menggunakan jaketnya secara terbalik.

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan malam itu?" pertanyaan Goo merangsek masuk tiba-tiba, sukses membuat Jungkook memaku dengan debaran jantung. Gila, tidak mungkin kan suaranya bersama Yoonji malam itu benar terdengar sampai luar rumah sewa. Belum sempat Jungkook menerka, Goo kembali melanjutkan dengan gelengan lirih, "Yoonji terlihat semakin tidak menyukaimu. Terbukti ia benar-benar bungkam ketika Hyunki membicarakanmu sebelum mereka berangkat."

Demi apapun, Jungkook memanjatkan syukur atas kalimat yang baru saja mengudara dari wanita ramah di depannya ini. Bahkan telapak tangannya sudah berkeringat dingin diam-diam, "Ka—kami membicarakan masa depan Hyunki," ulasan senyum itu tersulam setelahnya—sedikit kikuk sebenarnya.

Tepat setelah itu, Goo menghela napas panjang, mempercayai sepenuhnya tanpa mengerti apa yang sebenarnya terjadi, "Cepatlah kalian berbaikan. Kasian Hyunki," ucapnya penuh kekhawatiran. Bagaimanapun juga, Goo sangat menyangi Hyunki seperti cucunya sendiri. Setidaknya melihat buntalan menggemaskan itu tertawa stiap hari sangat layak untuk di saksikan di usia yang semakin tua—Goo hidup sendiri selama ini.

"Iya Bi, aku sedang berusaha," ucap Jungkook sebelum mengulas senyum, "Terimakasih atas dukungan Bibi, aku akan menyusul mereka kalau begitu."

Wanita dengan celemek hijau gelap itu mengangguk sebelum Jungkook membuka pintu kaca dan menghilang di balik tembok. Lantas memacu mobil hitamnya menjauh ke arah perempatan perumahan. Memang di hari yang begitu terik seperti ini, meneguk minuman Green Summer bukanlah pilihan buruk, terlebih ketika jelaga Jungkook mendapati Yoonji dan Hyunki yang tengah duduk berhadapan dari balik kaca café. Jujur, jantung Jungkook berdebar bahagia. Bahkan terkesima sendiri ketika memperhatikan jemari Yoonji menyembunyikan rambut panjangnya sendiri ke belakang telinga. Terlalu cantik pun memikat.

Semilir angin menerpa sejuk tubuh Jungkook sebelum tangan gagah itu menarik aluminum pintu. Seolah memberikan restu padanya untuk menemui Yoonji dan Hyunki. Suara bel mengudara lirih bersinergi dengan auman kecil kucing ketika sepatunya menapak masuk. Hingga seruan Hyunki benar pelengkap kebahagiannya hari ini.

"Eomma ada Appa!" jemari Hyunki tertunjuk semangat ke arah pintu ketika Jungkook baru saja menenggelamkan diri.

Sukses membuat Yoonji mengumpat di dalam hati ketika mendapati pribadi gagah Jungkook telah berdiri bahagia di samping meja, "Ternyata kalian ada di sini ya? Aku tadi sempat mampir ke minimarket tetapi Hyunki tidak ada," ucap Jungkook panjang lebar, dan jelas sekali Yoonji tidak perduli sama sekali.

Sedangkan buntalan menggemaskan di depan Yoonji mengangguk antusias, "Iya! Ingin melihat kucing besal!" antusias Hyunki bukan main.

Sukses membuat Jungkook merendahkan tubuh bagian atas guna mengelus penuh afeksi pucuk surai sang putra. Melihat pipi gembil itu dihiasi bentangan gigi imut yang putih menyentak kebahagiaan lain dalam hati Jungkook. Belum sempat Jungkook menimpali ucapan Hyunki, Yoonji terlebih dulu menyela dengan intonasi dingin, "Bisa tidak kau pergi Jeon, tolong jangan menganggu waktuku bersama Hyunki," ucapnya bersamaan melipat tangan di depan dada angkuh.

Bukannya pergi, Jungkook malah mendaratkan diri di samping Hyunki setelah menggeser sang putra dengan kedua tangan, "Siapa yang menganggu?" jeda Jungkook sembari menoleh ramah pada perwujudan benih unggulnya, "Hyunki senang kan Appa datang kesini?" tanyanya ingin mengelabuhi manusia polos ini.

Lagi, pipi jelly itu bergoyang lembut ketika Hyunki mengangguk tanpa ragu. "Ung! Senang banyak-banyak," ucapnya sebelum meloloskan satu potong pancake dalam garpu yang telah Yoonji berikan sejak tadi. Mengunyah bersemangat seperti tupai kecil dengan pipi menggembung lucu.

Bukan main, amarah Yoonji serasa mendidih di dalam hati. Terlebih Jungkook tengah menatapnya dalam dengan ulasan senyum, "Bisa tidak sehari saja berhenti membayangi kami seperti ini?"

"Maksudmu?" Jungkook sukses bingung sebelum bertanya lebih jauh, "Membayangi seperti apa, Ji? aku tidak memahami apa yang kau katakan."

Wah benar-benar brengsek bukan main. Yoonji sampai mendadak kelu lidahnya. Merutuki diri sendiri lantaran apa yang ia ucapkan di tambah dengan pertanyaan Jungkook semakin membuat hatinya mendongkol. Hingga Jungkook terkekeh lirih setelahnya sebelum menatap Yoonji sedikit memiringkan kepala.

"Jangan-jangan kau membayangkan diriku yang seperti ma—" belum sempat Jungkook menuntaskan apa yang ia ucapkan, Yoonji sudah menendang kakinya di bawah meja dihiasi tatapan jengah bukan main.

Suasanya benar-benar menampilkan sosok keluarga yang bahagia. Dengan tawa lirih Jungkook penuh godaan, Hyunki yang mengunyah lugu tidak mengerti, atau ekspresi kesal Yoonji pada wajah cantiknya. Setidaknya itulah pemandangan yang mampu Eunjo rangkum dengan kedua mata coklatnya. Berjalan perlahan diiringi suara ketukan sepatu tinggi beradu dengan suara pun dengkuran kucing.

Hingga senyum pun suasana warna-warni itu mendadak luruh seutuhnya ketika suara soprano itu mengudara ramah, "Maaf, Yoon. Aku sedikit terlambat," ucapnya bersamaan menyodorkan satu buah tas kepada Yoonji.

Jungkook pun Yoonji sukses terperanjat, sedangkan Hyunki tetap mengunyah dengan binar lugu melihat Eunjo dalam balutan rok musim panas. Di tengah kejut, Yoonji berdiri lantas membungkuk sopan, "Eunjo-nim, anda benar-benar datang?"

Eunjo menarik kedua sudut bibir merahnya, "Tentu saja, aku ingin melihat putramu setampan apa," ucapnya dengan raut tak tergambarkan ketika menatap Hyunki tepat di samping Jungkook.

Sedangkan Jungkook benar tidak menyangka apa yang ia dapati dengan kedua manik jelaganya sejak Eunjo mengucapkan kata pertama. Urat leher itu diam-diam memunculkan diri, terlebih jantung Jungkook sudah merutuki dinding arteri dengan gilanya—terkejut bukan main. Ini bukanlah skenario yang baik untuk di jalani, dan Eunjo benar menyimpan sejuta maksud dalam tatapannya. Jelas ini bukan sebuah kebetulan semata.

"Tetapi, aku tidak mengerti apa yang dilakukan Jungkook di sini, dia kau undang juga?" tanya Eunjo dengan begitu santainya ketika menatap Jungkook dan Yoonji bergantian.

Ya Tuhan, Yoonji benar harus menyudahi apa yang sedang terjadi, jantungnya terlalu banyak di kejutkan hari ini. Tetapi menyadari raut wajah Jungkook mengalami perubahan drastis ketika melihat eunjo, mau tidak mau memaksa Yoonji mengisi rasa penasaran yang mendadak hadir.

"Mohon maaf, Eunjo-nim," ucap Yoonji tiba-tiba, sukses membuat Jungkook menatap horror ke arahnya, "Apa anda mengenali dia?" imbuhnya ketika mendapati pribadi di balik balutan jaket itu mendadak panik.

"Tentu saja," jeda Eunjo lantas berjalan perlahan dan berhenti tepat di samping Jungkook, lantas memasrahkan sebelah tangan pada pundak gagah itu dengan sejuta kebanggaan, "Jungkook ini, calon suamiku."

Penuturan itu sukses membuat Yoonji memaku. Seolah tidak mendapati kesadarannya dengan kuat. Jantungnya terhentak kuat bukan main. Bahkan Jungkook bersaksi sendiri ia tidak pernah melihat ekpresi Yoonji yang seperti ini. Sedangkan Yoonji tidak menyadari jika jemarinya tengah bergetar hebat. Maka tanpa pikir panjang, Yoonji segera mengangkat Hyunki dengan kedua tangan, yang nyatanya refleksa itu terhenti oleh refleksa lain. Jungkook menghentikan Yoonji yang sudah mengangkat Hyunki dengan sebelah tangan.

"Tunggu, Ji!"

"Lepaskan," lirih Yoonji dengan sejuta penekanan pun tatapan tajam.

Buru-buru Yoonji memutus pertemuan matanya dengan Jungkook, lantas menyimpan Hyunki dengan dekapan gendongan sebelah tangan, "Eomma, kuenya belum habis," suara menggemaskan itu mengudara di tengah suasana mencekam ini. Hyunki menunjuk piring di atas meja dengan sebelah tangan.

Seolah tidak ingin menimpali Hyunki lebih jauh, Yoonji sudah menunduk sopan kepada Eunjo, "Kita pulang sekarang Hyunki," ucapnya bersamaan tergopoh meraih tas di atas meja.

"Kau mau kemana?!" serta merta Jungkook berdiri dengan sedikit tolakan pada bahu atas tangan Eunjo. Menahan pergelangan tangan Yoonji dengan sejuta kekhawatiran di sana. Sampai pada akhirnya Jungkook benar membunuh Eunjo dalam benak ketika wanita dengan rambut tergerai itu bergetar pupil matanya. Jantung Jungkook bertalu gila.

"Kumohon hentikan, Jeon," tandas Yoonji sebelum melecut tangan Jungkook, sejenak terdiam ketika mendapati sorot mata jelaga itu menanar kosong.

"Appa ayo pulang," ajak Hyunki tanpa mengerti situasi sama sekali. Tepat pada detik selanjutnya kaki pualam Yoonji menghalau pergi. Menulikan rungu terhadap rengekan sang putra atas sosok Jungkook yang terlihat semakin jauh. Berlari di tengah terik matahari diiringi hembusan angin musim panas yang menerbangkan rambut mengkilap itu. Sampai pemandangan yang Jungkook saksikan sirna ketika Yoonji menghilang pada perpotongan jalan.

"Sial!" umpat Jungkook dengan sedikit menengadah pun mengeratkan rahangnya geram. Suara tepuk tangan acak satu persatu mengudara dari belakang punggungnya. Menampilkan Eunjo tersenyum puas seraya duduk perlahan.

"Aku tidak menyangka kau sudah menemukannya terlebih dulu, Kook," ejek Eunjo menyibak rambutnya dengan jemari lentik berkutek merah.

Jungkook menatap tajam kurang minat atas ekpresi Eunjo, sedikit terkekeh meremehkan setelahnya. Secara perlahan, hati Jungkook menyesap sedikit rasa lega di sana, bahkan sudut bibirnya tertarik sebelum berucap lebih jauh, "Bagaimana Nuna tahu kami ada di sini?" tanya suara berat itu tidak ramah.

Eunjo menaikkan kaki guna bertumpu pada paha lain, mendaratkan kedua tangan di atas meja lantas menopang dagu, menikmati raut serius Jungkook dengan segenap hati. Ah, Eunjo jadi bersemangat sendirian, membayangkan seberapa menggairahkannya raut tampan itu ketika mengejar pelepasannya.

"Aku mempertahankan wanita itu di cafeku bukan tanpa alasan."

Penuturan Eunjo sukses membuat amarah Jungkook semakin meniti puncaknya. Kaki kekar itu perlahan mendekat dengan intimidasi kuat bukan main. Menikam manik Eunjo yang malah duduk tanpa gentar sedikitpun. Tak ingin kalah dengan aura dominasi Jungkook.

"Jadi, selama ini Nuna mengetahui di mana Yoonji berada?"

"Terkadang, menyembunyikan harta karun terbesar itu tidak perlu di tutup rapat Kook. Hanya perlu diletakkan di tempat yang tepat tanpa seorangpun menyadari jika benda itu ada di sana sekian lama," ucapnya dengan intonasi angkuh, lantas mengulas senyum puas di sana.

Secara perlahan, Jungkook sedikit merundukkan badannya. Seolah menampilkan kilatan tajam tanpa ampun akan sosok Eunjo, "Baiklah, mungkin aku yang bodoh tidak menyadari dan mengesampingkan rencana licikmu selama ini. Tetapi lihatlah," jeda Jungkook sebelum menarik sudut bibir remeh, "Aku akan mendapatkan harta berharga itu cepat atau lambat, tanpa perlu melakukan pertaruhan murahan ini denganmu."

Bagi Jungkook, wanita bernama Eunjo ini benar berbahaya. Bahkan dirinya saja tak pernah mampu membongkar apa yang Eunjo sulam di balik senyum dan arti di balik sorot tatapnya. Anggaplah Jungkook berlebihan, tetapi seandainya ia memang bisa menyingkirkan Eunjo tanpa banyak berkorban, maka ia tidak perlu melakukan perjanjian bodoh untuk menikahi Eunjo dengan pertaruhan informasi keberadaan Yoonji. Jungkook benar merutuki dirinya tak habis pikir dalam kepala.

Jungkook menarik kasar pergelangan tangan Eunjo setelah merogoh cincin dari sakunya, "Mari kita sudahi sandiwara konyol ini. Aku tidak butuh janjimu karena aku sudah menemukan Yoonji dan putraku dengan usahaku sendiri," tegasnya bersamaan menyerahkan kasar perhiasan itu.

Bahkan telapak tangan Jungkook menggebrak meja cukup kasar sebelum berucap dengan sejuta keyakinan, "Ingat Nuna, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Kau paham bahwa aku tidak mencintaimu sedari awal," tegas Jungkook dan sukses membuat rahang Eunjo semakin mengerat serius, "Kumohon jangan menganggu hidupku dan Yoonji lagi. Kalau bisa pecat saja dia, karena cepat atau lambat aku akan membawanya pergi dari sini."

Maka, tanpa pikir panjang, Jungkook segera membebaskan diri dari ribuan kecamuk yang membumbung tinggi di dalam café. Berlari mengejar antensi Yoonji yang mungkin sudah sampai di kediamannya. Meninggalkan Eunjo yang tengah meremat cincin emas itu dengan penuh murka pun frustasi, "Kita liha saja, Kook. Kita lihat kau akan tetap mengejarnya, atau menjadi milikku seutuhnya."

Yoonji tidak menyangka jika berjalan sejauh kurang dari seratus lima puluh meter terasa sesak bukan main. Sampai tepat di depan trotar minimarket, ia berhenti guna menormalkan sengal napasnya. Sedangkan Hyunki menatap Yoonji tidak mengerti dengan bibir melengkung ke atas. Sedih lantaran tidak jadi bermain bersama kucing dan sang Ibu seharian, terlebih meninggalkan Jungkook di cafe dengan siapa itu Hyunki tidak tahu.

"Eomma?" panggil Hyunki lirih dengan kepalan tangan berpegangan pada baju belakang pun depan Yoonji dalam gendongan, "Appa di tinggal pulang, ya? tidak boleh ikut-ikut?" tanya buntalan gembil itu setelahnya.

Entahlah, Yoonji sampai tidak mendapati jawaban yang tepat atas pertanyaan lugu itu. Semua terlalu mendadak dan dengan cepat Yoonji semakin merasa jengah dengan sosok Jungkook. Kepalanya menggeleng guna menyingkirkan kalimat Jungkook yang senantiasa menempel erat dalam kepala. Kalimat di balik pintu kayu rumahnya.

"Kita bermain di rumah saja, ya? mari kita membangun rumah-rumahan dari kerdus susu," bujuk Yoonji dengan senyuman kelewat tegar pada bingkai bibirnya, "Kita minta Goo Ahjumma di gudang nanti."

Tanpa banyak bicara, serta merta Hyunki mengangguk. Dia suka itu. Bermain di rumah bukan hal yang buruk, membangun gedung atau markas pahlawan tidak kalah menyenangkan. Terlebih menjelajahi gudang Goo dengan setumpuk barang penuh imajinasi mengangumkan, sukses membuat manik Hyunki berbinar. Dan manusia dengan pipi mochi itu senang lantaran sang Ibu akan mengabadikan mahakarya Hyunki lantas mencetaknya untuk di simpan di dalam buku prakarya. Foto Hyunki dengan segudang minatnya tersimpan rapi dalam rak di dekat televisi.

Yoonji kembali mengeratkan gendongan Hyunki sebelum melangkah dan mendorong pintu kaca minimarket, hingga tepat setelah itu, tapakan kakinya berhenti ketika mendapati Jungkook menyerukan namanya cukup lantang.

"Ji, tunggu sebentar," cegah Jungkook setelahnya.

Mungkin hari ini tidak akan berubah semakin buruk kelewat rumit seandainya sebuah mobil lain tidak mendarat tepat di bawah pohon di depan minimarket. Melahirkan suara debum pintu besi ketika pribadi itu menampilkan diri. Bahkan skenario seperti ini tidak pernah sekalipun terbesit dalam pemirannya. Tetapi, Yoonji menyadari jika hal besar akan terjadi sebentar lagi. Di tambah Hyunki yang berseru tanpa sadar di tengah suhu tinggi dan semilir angin yang berusaha menyejukkan dengan cuma-cuma, ketika dari sisi lain tubuhnya sang kakak—Yungi melambai singkat dengan seutas senyum tipis.

"Wah! Paman Sugal juga datang!"






TBC
🎤Sekian lama, aku menunggu untuk keapdetanmu 🎤
🌚🌚
Wah akhirnya Paman Swag ketemu Papa keren
Pasti kepo kenapa Hyunki panggil Paman Sugal kan? 😂😂

Gak berhasil dapet nyesel loh, Kook
ambil foto Hyunki aja secantik ini

Kook, apa yang kau lakukan? 🌚🌚
Cr: Ig- @yeonkiminsgirl

Cr: Ig-@strongjjk97

Thank you for your voment
See you next time!

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 228K 58
Jeon Jungkook; single parent, tampan, mapan, kaya. Duda muda yang mumpuni menjaga kedua buah hatinya itu akhirnya harus mencari belahan jiwa kembali...
30.5K 6.4K 32
[ROMANCE ACTION FANFICTION] "Aku butuh sesuatu yang menangkap mimpi burukku dan membuangnya menjauh. Apakah kau ingin menjadi 'Dream Catcher' untukk...
87.8K 12K 13
Menjadi malaikat maut memang tidak mudah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, mulai dari pemilihan hewan totem, fitting baju dinas, dan wajib lul...
144K 17.7K 15
Jaivee mengakhiri hubungan dengan Aelin karena alasan-alasan yang berat untuk dijelaskan. "Gue ngerasa kita udah nggak sejalan lagi, kita sering bera...