Wizarding World [NCT 2019]

Da deardr

61.7K 5K 430

[Hogwarts!au] 21st century 21 tahun setelah perang besar di hogwarts 21 penyihir muda dari seluruh penjuru du... Altro

Welcome to Hogwarts
NOTICE
1. Pasca liburan
2. Kraker beras
3. hufflepuff, bukan ravenclaw
4. herbologi
5. si komentator
6. chaos
-intermezzo-
8. Misi
9. Sembunyi
10. Tragedy
11. Bohong

7. cemburu

1.9K 186 2
Da deardr

“AARRGGH!!! BAGAIMANA INI???”

Sana menangkupkan kedua tangan di telinganya dan menatap sahabatnya yang tengah berteriak dengan tatapan horror. Sudah sekitar 30 menit sejak gadis itu sadar dari efek ramuan yang sempat mengotori darah dalam dirinya dan ia masih berteriak seperti orang kesetanan!

“berhenti berteriak, Eunbi! Aku bisa tuli jika terus-teruan mendengarmu berteriak!” serunya kesal, hampir saja ia tadi melemparkan mantra silencio pada gadis di hadapannya kalau ia tidak memiliki tingkat kesabaran yang tinggi.

“tapi aku harus bagaimana??” tanyanya panik, ia kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi.

“apanya yang harus bagaimana? Harusnya sekarang kau diam saja dan istirahat, sebentar lagi madam Pomfrey akan membawakan makanan dan minuman untukmu. Lagipula kenapa bisa kau sangat ceroboh dan memakan roti sembarangan?”

Eunbi mencebikkan bibirnya kesal, bukan itu yang ia risaukan sedari tadi.

“kau tidak perlu khawatir, lama-lama semua rumor akan hilang dengan sendirinya,” gumam Sana sambil membaca buku di tangannya.

Eunbi menghela nafas pasrah dan kembali membenamkan wajahnya dengan selimut. Ia sudah mendengar penjelasan madam Pomfrey tentang apa yang terjadi. Dan tentu saja itu membuatnya sangat malu, dan juga menambah kecemasannya.

Oh rasanya ia mau membenamkan diri di danau hitam saja saking malunya.

“Sana,” panggilnya ragu.

Gadis slytherin yang kini duduk di samping ranjangnya hanya bergumam malas tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang ia baca.

“tidak kah kau ingin menceritakan sesuatu?”

“tentang apa?”

“tentang kau dan Yuta,” Eunbi menggantung kalimatnya saat melihat tidak ada respon dari lawan bicaranya, “sebelum liburan kalian masih baik-baik saja, tapi begitu kembali kalian sudah berpisah. Kalau kau penasaran, bukan hanya aku yang bertanya-tanya, di antara semua teman kita yang sudah memiliki kekasih, kalian yang paling lama menjalin hubungan, tapi kalian juga yang putus pertama”

Sana menatap buku di genggamannya dengan tatapan kosong. Ia mengingat serentetan kejadian tahun lalu yang membuatnya dan Yuta akhirnya memilih untuk menyudahi hubungan mereka.

“lack of communication, and...” Sana menghela nafas kesal, “jealousy”

Eunbi menganggukkan kepalanya paham, meskipun tidak pernah menjalin hubungan, tapi berada di tengah sekumpulan orang yang memiliki pasangan masing-masing membuatnya paham bahwa komunikasi dalam hubungan adalah hal yang sangat penting.

“kau ingat bukan, tahun kemarin aku dan Doyoung sangat sibuk, meskipun kami berdua belum diangkat menjadi ketua murid, tapi profesor Shim sering meminta tolong pada kami berdua. Jadi menurutmu, apa logis jika Yuta mengambil kesimpulan bahwa aku selingkuh dangan si Kim itu?”

Eunbi membolakan kedua matanya mendengar pertanyaan Sana yang sekiranya tidak butuh jawaban apapun lagi, “selama Sejeong masih mengeluh tentang Doyoung yang selalu mengikutinya, aku rasa otak Yuta yang bermasalah”

“aku sudah mengatakannya berulang kali, bahkan aku sudah menantangnya untuk bertanya pada profesor Shim, tapi tetap saja ia tidak mau percaya. Untuk apa juga aku selingkuh dengan Doyoung? Tidak ada gunanya,” Sana mendengus kesal begitu mengakhiri kalimatnya.

“kau tidak mau meluruskannya lagi dengan Yuta? Aku yakin dia juga sebenarnya sudah tau akar masalahnya”

Sana menoleh sebelum kembali membuang muka ke jendela. Sebenarnya sempat terbesit dalam pikirannya untuk kembali meluruskan masalah mereka, tapi ia juga tidak mau jika pada akhirnya mereka hanya akan adu mulut dengan emosi yang memuncak. Selama ini hal itu yang ia takutkan dalam hubungannya dengan Yuta, dan liburan kemarin dengan bodohnya mereka membiarkan diri mereka larut dalam emosi masing-masing, menghancurkan segala ikatan yang menyatukan keduanya.

“tidak tahu. Aku malas, dan aku yakin Yuta sendiri tidak akan mau mengakuinya duluan karena terlalu gengsi”

.

.

.

Karena ravenclaw membatalkan latihan mereka, akhirnya tim quidditch slytherin berinisiatif untuk menggunakan lapangan, dan berjanji akan membiarkan ravenclaw berlatih di jadwal latihan mereka lain kali, tentu saja dengan persetujuan Hendery sebagai kapten dan Ten sebagai prefek.

Xiaojun yang biasanya kewalahan mengatur timnya berlatih kini sedikit merasa terbantu atas kehadiran Yuta di lapangan.

Pria kelahiran Osaka itu cukup disegani di asrama, bahkan murid asrama lain tau bagaimana tegasnya Yuta jika sudah dihubungkan dengan peraturan atau kegiatan asrama lainnya. Tapi tidak jarang juga ia akan menjadi sosok yang menyenangkan jika suasana hatinya sedang baik.

“Haechan, kalau kau hanya ingin bermain-main lebih baik kembali ke asrama!”

Pemuda bersurai merah itu hanya merengut tidak suka dengan teguran Yuta namun tidak berani membalas dan memilih untuk kembali bersiap dengan Chaser lain.

Sayangnya, siang ini suasana hati sang prefek sedang tidak bagus. Haechan bukan satu-satunya anggota tim yang terkena omelan Yuta, bahkan Xiaojun pun, saat dirinya terjatuh akibat terserang bludger juga mendapat semburan amarah seniornya tersebut. Tapi meskipun begitu pemuda jepang tersebut juga membantunya untuk pergi ke rumah sakit.

“maaf memarahimu tadi, kau istirahat saja dulu, biar aku yang urus anak-anak nanti,” ujar Yuta dengan raut wajah bersalah.

Sedangkan Xiaojun sudah tertawa, ia tidak bisa menyalahkan prefek asramanya itu karena ia tadi memang kurang fokus saat berlatih sampai tidak sadar bahwa bludger tengah mengarah padanya.

“aku tidak akan kenapa-kenapa, hyung pergi saja sana!”

“apanya yang tidak apa-apa? Tulang tanganmu retak parah seperti ini bagian mana yang kau bilang tidak apa-apa?” gumam madam Pomfrey yang sedang membalut tangan kirinya dengan perban.

“dia bisa cepat sembuh, kan?” tanya Yuta pada perempuan paruh baya yang kini tengah membereskan peralatannya pasca mengobati Xiaojun tadi.

“aku tidak yakin, sebenarnya, dia butuh istirahat yang cukup lama dan minum skelegro 3 kali sehari saja tidak cukup,” jelas madam pomfrey yang membuat Xiaojun menelan ludah kasar, apa-apaan itu? Minum skelegro sekali saja tenggorokannya rasanya sudah seperti terbakar.

Yuta membolakan kedua matanya dan menatap Xiaojun yang juga sudah menatapnya dengan tatapan memohon.

“aku akan kembali saat makan malam dan memastikan bahwa kau meminum obat itu,” putus madam pomfrey telak sebelum meninggalkan kedua murid slytherin itu disana.

“kau harus membantuku, hyung! Aku tidak mau tenggorokanku hancur hanya karena meminum obat itu,” 

“kau ini berlebihan sekali, tenggorokanmu akan baik-baik saja! Yang harusnya kau khawatirkan itu tanganmu, atau aku akan bingung bagaimana mencari penggantimu untuk pertandingan besok”

“omong-omong soal pengganti, aku sudah terpikirkan siapa yang bisa menggantikanku,” kata Xiaojun dengan semangat, ia menarik pergelangan Yuta dan membisikkan sebuah nama.

Yang lebih tua menatapnya bingung, “kau yakin? Kita sudah sering memintanya sejak tahun lalu, tapi dia tetap—”

“percaya lah hyung, kau tinggal bilang aku yang memintanya,” Xiaojun mengedipkan sebelah matanya yang malah membuat Yuta bergidik ngeri.

“baiklah, kalau dia menolak, aku tidak akan memaksanya, berarti kita harus mencari yang lain”

Pemuda berdarah China itu mengangguk dengan semangat dan memberi gestur agar Yuta cepat pergi menemui orang yang ia maksud.

Setelah meyakinkan kembali Xiaojun bahwa dirinya akan segera sembuh, Yuta beranjak untuk keluar dari ruangan tempat adik tingkatnya itu dirawat. Namun, langkahnya terhenti begitu melihat siapa orang yang berdiri di pintu masuk, menatap lekat tepat di matanya dengan tatapan tajam nan dingin, di tangan orang tersebut ada sebuah buku tebal yang ia tidak tahu tentang apa isinya, namun dalam hati takut kalau tiba-tiba buku itu melayang ke kepalanya.

Setelah beberapa detik bertukar pandang, akhirnya orang itu berjalan melewatinya tanpa menoleh sekali pun. Membuat Yuta yang membeku di tempatnya bahkan tidak sanggup untuk sekedar menahan lengan orang itu atau memanggil namanya. Ia hanya bisa berdiri di sana menatap kosong udara sebelum akhirnya melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan tersebut.

.

.

.

“profesor Kwon bilang begitu?” tanya Jisung dengan nada terkejut.

Chenle yang yang menyampaikan kabar hanya mengangguk dengan menggigit bibir bawahnya dan jemari tertaut. Berbanding terbalik dengan Jisung yang terlihat berpikir dengan menatap lembaran buku yang tengah ia baca di atas ranjangnya.

“ayo pergi!” seru Jisung.

“hah?! Pergi?? Sekarang??”

Pemuda China itu menggelengkan kepalanya heboh, diraihnya bahu yang lebih muda dan mengguncangkannya kecil, berharap dengan itu sahabatnya itu mau merubah pikiran.

“kau gila?! Kau tidak curiga bagaimana profesor Kwon tahu kita sedang menyimpan peta marauder?”

“beliau sudah tahu itu sejak lama,” jawab Jisung santai.

“m-maksudnya?”

“profesor Kwon sudah tau kalau kita dan 00 hyungdeul menyimpan peta itu,” jelas Jisung setelah meletakkan bukunya di atas meja, “beliau sudah tahu sejak tahun lalu, beliau pernah mengajakku bicara tentang peta itu. Dan bilang bahwa lain kali akan memanggilku jika membutuhkan bantuan peta tersebut, yang terpenting kita harus menjaga peta itu dengan baik”

Chenle terdiam mendengar penjelasan Jisung yang terdengar mustahil tapi juga masuk akal. Semua orang sudah tahu bahwa profesor Kwon bukan tipe pengajar yang terlalu ketat dalam mendidik muridnya, tapi tetap saja ia merasa khawatir kalau-kalau ternyata apa yang mereka lakukan tertangkap sebagai pelanggaran.

“ayo pergi!”

“sebentar!” Chenle menahan pergelangan tangan Jisung, “kenapa profesor Kwon tidak menyuruh mereka saja? Kenapa harus kita? Mereka lebih berpengalaman daripada kita!”

Jisung merotasikan kedua bola matanya malas dan menatap Chenle datar, “aku yakin ini masalah asrama kita, kau pikir siapa di antara mereka yang anggota asrama kita? Dan ini kesempatan kita untuk menambah pengalaman, tenang saja! Kita pasti berhasil!”

Keraguan kembali terlihat jelas di wajah yang lebih tua, ia tidak pernah berani mengambil langkah jika tanpa didampingi kakaknya, Renjun. Dan sekarang ia malah harus pergi bersama Jisung yang notabenenya lebih muda darinya.

“kau mau ikut atau aku akan pergi sendiri?”

Chenle menggigit bibir bawahnya ragu, di sisi lain ia juga tidak bisa membiarkan Jisung pergi sendiri.

“aku akan memanggilmu hyung selama satu bulan jika kau ikut”

“deal!! Ayo pergi!”

Dan Chenle dikalahkan oleh gengsinya yang sudah hilang sejak pertama jisung tidak pernah memanggilnya hyung.


Continua a leggere

Ti piacerà anche

123K 8.8K 56
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
50.3K 4.6K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
229K 34.3K 62
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
70K 7.2K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...