PACAR DISKON 30% [ New Versio...

By inag2711

155K 19.7K 1.8K

Berawal dari reuni Lucnut yang mengharuskannya bawa pasangan membuat Honey bertemu dengan F, salah satu stok... More

Prolog
Bab. 1 Her Private Life
Bab. 2 Bad Guy
Bab. 3 Boyfriend ( Encounter )
Bab.4 D-Day
Bab.5 Cheese in The Trap
Bab.6 I Miss You
Bab 7. Because it's My First Love
Bab.8 Best Chicken
Bab 9. Cinderella Man
Bab. 10 Kill it
Bab 11. Smile, You
Bab 12. Possessed
Bab 13. Cross
Bab 14. Miracle We Meet
Bab 16. Lie to Me
Bab 17. Healer
Bab 18. Alone in Love
Bab.19 Heartbeat
Bab 20. The Real has come
Bab 21. Not Others
Bab 22. About Time
Bab 23 Fall from the Sky
Bab 24. Sorry, I Love You
Bab 25. Failing in love
Bab 26. The Time
PO PACAR DISKON 30% 4 APRIL 2024

Bab 15. Confession

4.4K 666 62
By inag2711

Honey menghela napas panjang sembari duduk lemas dengan nyawa setengah melayang. Bahkan tatapan matanya kosong. Dia baru saja berhasil melewati masa kritis pertamanya.

Perkenalan lelaki asing yang ditolongnya karena kasihan, berubah menjadi bencana. Honey sekarang mengerti mengapa dirinya dilarang mendekati orang asing.

Honey bimbang antara memberitahu F atau tidak. Dia tidak ingin menjadi pengkhianat atau pembohong. Namun, juga takut kalau masalah ini akan membesar dan membuat hubungan mereka semakin kacau. Terlebih Leo, calon tunangannya mengatakan ingin mengenal Honey lebih dalam.

Lebih dalam. Honey tersenyum kecut. Dia merasa baru saja lolos dari lubang buaya, tapi masuk ke sarang beruang. Ingin menangis, tetapi tawa yang lepas. Miris.

Pikiran Honey amburadul. Dia jadi teringat lagi kejadian mendebarkan yang dialaminya tadi, membuatnya hanya bisa menganga, beku. Tubuhnya yang seberat sekarung beras kata F, mendadak tidak bisa digerakkan sama sekali. Keinginannya untuk bisa seringan kertas, tidak terkabul. Mungkin hal itu dikarenakan F menyebutnya Penguin.

"Ini keajaiban. Aku menghindari pertemuan kita, tetapi malah bertemu di sini," kata Leo tadi.

Honey menelan ludah. Tangannya masih digenggam erat oleh Leo. Ingin ditarik paksa, tetapi Leo terlalu kuat. Ternyata benar, yang bertulang lebih kuat daripada kumpulan daging.

"Karena kita sudah telanjur bertemu, bagaimana kalau kita mencobanya?" usul Leo.

"Mencobanya?" Dahi Honey berkerut. Firasatnya buruk.

"Perjodohan ini," jelas Leo.

"Aku sudah punya pacar," ujar Honey sembari mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Leo.

"Ah, sori," ujar Leo sembari melepaskan tangan Honey. Baru sadarmasih menggenggam erat tangan gadis itu."Aku tahu kalau kamu punya pacar, kok," imbuh Leomembuat Honey membulatkan mata.

"Dan kamu masih bersedia untuk dijodohkan meski sudah tahu itu?" tanya Honey tidak percaya.

"Kenapa nggak? Bukankah kamu dan pacarmu belum tentu selamanya bersama? Aku masih punya kesempatan, kan?" cerocos Leo.

"Nggak. Aku ini tipe yang setia, bukan pengkhianat!"

Leo menyunggingkan sebuah senyuman."Aku tahu. Karena itu, seorang gadis sepertimu nggak cocok bersama seseorang yang bahkan nggak tahu dia mencintaimu atau nggak."

"Hah? Sok tahu. Emang kamu kenal F?" tanya Honey.

Leo mengerutkan dahi. Bingung."F? Siapa?"

"Pacarku."

"Hah?"

Leo melongo.

"Kenapa bingung gitu, sih? Pacarku namanya F, kamu nggak kenal. Jangan sok tahu," ketus Honey.

"Kamu punya dua pacar?" tanya Leo bingung. Setahu dia, Galuh adalah pacar Honey, bukan F.

"Nggak! Aku setia!" teriak Honey lalu pergi meninggalkan Leo,merasa tersinggung. Bukan karena takut dibilang nggak setia, tetapi satu pacar saja didapatnya dengan sangat mahal. Bahkan, nyaris bangkrut dan melarat. Jadi, tidak mungkin mempunyai dua pacar. Honey masih waras, belum gila.

Honey menghela napas sekali lagi lalu menelepon F. Bagaimanapun respons F, dia akan menerima tanpa melawan. Dia merasa harus berterus terang. Terlebih, mereka pacaran. Kebohongan yang didiamkan hanya akan menimbulkan kekecewaan yang tidak tersembuhkan. Menurut Honey demikian.

Deringan pertama tidak diangkat. Deringan kedua, masih tidak diangkat. Deringan ketiga, di luar jangkauan. Honey tidak menyerah. Gadis berambut panjang itu,mencoba berulang kali sampai akhirnya kata sibuk yang didapatnya dari operator.

Honey mengernyit.

"Dia mati? Kok nggak diangkat, sih?" Honey kesal.

Gadis berpipi tembam itu pun memutuskan untuk mengirimkan pesan, mengajak F bertemu untuk membicarakan sesuatu.

Honey.

F, ayo ketemuan.

Ada yang harus aku bicarakan.

Darurat.

Pesan terkirim. Centang satu membuat Honey merenggut sebal. Gadis itu pun memutuskan tidur. Siapa tahu, di pagi hari, F akan meresponsnya. Namun, harapannya sia-sia. Sampai pagi menyapa, F masih belum membalas atau membaca pesan darinya. Handphonenya juga tidak aktif.

Kemungkinannya cuma dua. Baterai F lowbat atau sudah wafat. Itu yang Honey pikirkan. Walau tidak berharap yang kedua. Sayang, uangnya.

***

Galuh menguap. Bosan. Bahkan menitikkan air mata karena mengantuk. Parah. Kesadarannya semakin menipis, tetapi masih tersisa sepuluh menit lagi sebelum mata kuliah berakhir. Jadi, dia memutuskan untuk bertahan agar tetap sadar dengan sesekali mencubit lengan Leo, membuat lelaki berdarah Aceh itu membuat mimik wajah jelek yang pantas dijadikan meme.

"Sakit, Galuh!" protesnya, setengah berbisik agar tidak terdengar Dosen yang sedang menerangkan di depan.

"Ngantuk," sahut Galuh cuek.

"Kamu yang ngantuk, kenapa aku yang dicubit?"

"Mukamu pas dicubit kocak, sih, aku jadi bisa nyengir, lupa sesaat kalau udah mau lepas landas ke Jepang." Galuh tersenyum geli.

"Jepang? Nggak ke Arab sekalian? Ke Padang Pasir sana." Leo sewot.

Galuh tidak peduli, malah melanjutkan aksinya membuat Leo hanya bisa mengepalkan tangan atau berpura-pura ingin meninju sahabatnya itu.

"Ngapain masuk, sih? Tidur aja di rumah kalau sakit. Nyusahin amat," dengusnya BT.

"Hari ini aku mau ketemu seseorang," jawab Galuh yang membuat Leo cukup terkejut. "Siapa? Honey?"

Galuh menggeleng. "Bukan."

"Siapa, dong?Jangan bilang si Rena."

"Nggak, bukan dia," bantah Galuh membuat Leo menghela napas lega.

"Trus siapa?"

"Ada."

"Siapa?"

"Manusia."

"Emang kamu pernah ketemuan sama setan, Gal?"

Galuh menyengir.

"Belum, tapi kalau kamu mau mewakili, nggak apa-apa. Aku ikhlas, kok," sahut Galuh membuat Leo mendengkus kasar.

"Kampret emang kamu," ujar Leo kesal.

Galuh hanya tersenyum tipis.

"Oh ya, Gal," kata Leo tiba-tiba teringat sesuatu.

"Kenapa? Kamu mau pinjem uang?"

"Nggak, sembarangan! Kamu pikir aku udah bangkrut, huh?"

Galuh menyunggingkan senyuman mengejek Leo.

"Kamu kan nggak kerja, itu harta ayahmu selama beliau masih hidup," sindir Galuh.

"Jangan salah, sudah di atas tinta kalau semua harta milik ayahku akan jadi milikku. Kamu tenang aja, aku pasti akan membantumu saat melarat," balasnya.

Galuh terkekeh."Lantas? Kamu mau bicara apa? Serius amat."

"Hm, begini." Leo tampak masih ragu-ragu. "Ini misalkan."

Galuh memperbaiki posisi duduknya, ingin menyimak penjelasan Leo dengan saksama. Dosen masih menerangkan di depan, sementara dua mahasiswanya sedang mengobrol, tidak mendengarkan. Beruntung mereka duduk di barisan tengah sehingga luput dari pengawasan.

"Kalau pacarmu ternyata memilih untuk ditunangkan, apa yang akan kamu lakukan?"

Galuh diam sebentar untuk berpikir. "Aku nggak akan membiarkannya."

"Kamu akan membawanya kabur?"

Galuh menggeleng. "Honey tanpa uangnya seperti sayur tanpa garam. Aku nggak akan melakukan itu. Jangan khawatir," jawab Galuh yang entah kenapa membuat pemuda dengan alis tebal itu kesal.

"Matre," desis Leo.

Galuh hanya nyengir.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan agar perjodohan itu nggak terjadi?"

"Aku akan menemui Bunda Honey sekali lagi. Akan aku yakinkan dia kalau aku cowok yang pantas untuk anaknya."

"Kalau nggak berhasil?"

"Aku akan menemui calon tunangannya," jawab Galuh yang membuat jantung Leo berdegup kencang. Gugup, juga takut.

"Ke-kenapa menemui tunangannya? Kamu mau mengajaknya berantem, Gal?"

"Hah? Ngapain? Buang tenaga. Lagian, kalau aku yang kalah, malunya setengah abad kan?" bantah Galuh yang membuatnya menghela napas lega.

"Kenapa? Kamu aneh. Seperti kamu saja yang ditunangkan dengan pacarku," ujar Galuh membuat Leo semakin berkeringat dingin.

"Tapi, kalau benar itu kamu ...." Galuh menatap lekat Leo membuatnya menelan ludah pahit.

"Nggak mungkin, deh. Udah, kita hentikan saja pembicaraan ini. Sebentar lagi, aku akan melakukan perang yang lain. Nggak ada gunanya memulai peperangan denganmu sekarang," lanjut Galuh.

Keduanya pun fokus pada mata kuliah yang sedang mereka ikuti.

Saat mata kuliah berakhir, Galuh menjadi orang pertama yang meninggalkan kelas setelah dosennya keluar. Dia buru-buru meninggalkan kampus, menemui seseorang yang memang ingin sekali ditemui sejak dulu.

Galuh memarkirkan sepeda motornya lalu berjalan masuk terburu ke sebuah kafe.

"Gal!"

Seorang lelaki dengan tinggi 165 cm, wajah cantik dan imut melebihi perempuan itu melambaikan tangan. Kecantikannya tidak kira-kira sehingga membuat jiwa iri kaum hawa meronta-ronta. Bahkan, mungkin merasa gagal menjadi wanita.

Galuh berjalan menghampiri tempat duduk lelaki cantik itu lalu duduk di depannya.

"Thanks udah datang," ujar Han.

"Nggak usah makasih," sahut Galuh. "Jadi, kamu mau bicara apa?"

Galuh enggan berbasa-basi, terlebih kepada orang yang telah merebut kekasih yang begitu dicintainya. Seandainya bukan termasuk pelanggaran hukum, Galuh pasti sudah menghujani media sosial Han dengan komentar pedas dan negatif. Dia juga mungkin tidak akan segan untuk menyebutnya dengan kata-kata kasar. Namun, Galuh belum hilang akal. Sebenci apapun dirinya pada Han, dia tidak ingin masuk penjara hanya karena kemarahan bodohnya itu.

"Kamu suka jus jambu? Aku memesankannya untukmu," ujar Han sambil menunjuk ke jus jambu yang berada di dekat Galuh.

"Suka," jawab Galuh lalu meminum jus jambu yang Han berikan.

Membenci orang bukan berarti kita menolak pemberiannya. Begitu, prinsip Galuh. Lagipula, rezeki tidak boleh ditolak. Pamali.

"Terus? Mau bicara apa?"

Han menghela napas panjang, menyiapkan mental untuk membicarakan sesuatu yang terlihat sangat serius.

"Ini soal Rena."

Galuh mengernyit. "Rena? Pacarmu?"

Han menggeleng.

"Kami nggak pacaran, kok, Gal," bantah Han membuat urat kaki Galuh serasa lepas.

"Heh? Tapi dia meninggalkan aku demi kamu, Han." Galuh menekankan.

"Aku tahu. Aku yang minta dia melakukan itu," kata Han mengakui, membuat Galuh mengepalkan tangan. Emosinya mulai tidak stabil.

"Maaf, Gal. Aku pikir, dia akan menjadi milikku jika kalian nggak bersama. Makanya, saat dia datang memohon bantuanku dengan putus asa, aku memberikan syarat itu padanya. Tapi, sekarang aku menyadarinya, Gal. Rena sangat mencintaimu," jelas Han panjang-lebar.

"Setelah semua luka yang dia beri, kamu masih bisa menyebut dia mencintaiku?" Galuh tersenyum miring.

"Dia selalu menangis setiap hari, diam-diam. Hatiku sakit melihat itu, Gal. Kembalilah padanya," mohon Han.

Galuh menggeleng pelan."Terlambat, Han. Aku sudah punya pacar."

"Tapi, Gal. Kamu nggak benar-benar mencintai pacar barumu kan? Aku tahu, Gal. Aku masih melihat cinta di matamu untuk Rena," desak Han.

Galuh menghela napas panjang. "Maaf, aku nggak bisa, Han. Percuma meski kamu memohon padaku sekarang. Aku nggak bisa bersama Rena sekarang."

"Kenapa, Gal?"

"Karena apapun alasannya, dia seharusnya tidak meninggalkanku. Terlebih untuk mendapat uang untuk ayahnya saja. Tanpa uang ayahmu, kamu bahkan nggak akan sanggup membelikan bra untuknya."

Han menyipitkan mata. "Kamu nggak keterlaluan, tuh?"

Galuh hanya tersenyum geli.

"Oke, aku akan menganggap nggak dengar itu darimu. Tapi, kembalilah pada Rena." Han memohon sekali lagi.

"Aku nggak bisa, Han. Maaf," tegas Galuh.

Han tampak kecewa.

"Tapi, Gal ...."

"Han, tolong jaga Rena."

Galuh berdiri dari duduknya, berniat pergi.

"Dia milikmu sekarang, bukan punyaku lagi."

Galuh tampak serius. Dengan langkah mantap, dia meninggalkan Han.

"Gal!" panggil Han.

Galuh tidak peduli.

"Rena di rumah sakit sekarang."

Langkah kaki Galuh terhenti.

Galuh berbalik, menatap Han tidak percaya. Jantungnya mungkin akan meledak karena terkejut dengan yang Han katakan. Bahkan, meski Patrick mendadak jadi genius, atau Superman memakai celana dalamnya di dalam, Galuh tetap tidak bisa memutuskan.

Datangatau tidak. Hanya satu yang akan menjadi pilihannya.

***
TBC

Continue Reading

You'll Also Like

947K 54.1K 53
BELUM DIREVISI. "Suutttt Caa," bisik Caca. "Hem?" jawab Eca. "Sttt Caa," "Apwaa?" Eca yang masih mengunyah, menengok ke samping. "Ini namanya ikan ke...
766K 66.3K 42
Ini perihal yang pertama, yang datangnya tiba-tiba lalu pergi tanpa aba-aba. Semua dimulai dari ketidaksengajaan, kesalahpahaman, berlanjut pada per...
1.1M 118K 38
abis nongkrong bukannya langsung balik, si yogi malah berhenti di deket pohon mangga. alesannya cuma buat ngudud doang. soalnya kalo di rumah dibates...
18.5K 1.6K 43
[Dewasa Muda - Romansa] - [Tamat] Kalandra Efigenia, anak tunggal yang sukses menjadi 'content creator' di media sosial. Sayangnya, sifat yang ditunj...