(IND - ENG) Lovely, New Year...

By Cyrena0819

25.2K 1.8K 1.7K

Character : Singto/Phana Genre : Romance/Drama Just for fun XD Description : The couple face the new problem... More

(IND) Chapter One - Hometown Visited
(ENG) Chapter One - Hometown Visited
(IND) Chapter Two - Family Gathering
(ENG) Chapter Two - Family Gathering
(ENG) Chapter Three - Meet by Destined
(IND) Chapter Four - The Guest
(ENG) Chapter Four - The Guest
(IND) Chapter Five - Surprising Admirer
(ENG) Chapter Five - Surprising Admirer
(IND) Chapter Six - Love's Rival
(ENG) Chapter Six - Love's Rival
(IND) Chapter Seven - Accidentally Caught
(ENG) Chapter Seven - Accidentally Caught
(IND) Chapter Eight - Suspicious Attitude
(ENG) Chapter Eight - Suspicious Attitude
(IND) Chapter Nine - The Value of Honest
(ENG) Chapter Nine - The Value of Honest
(IND) Chapter Ten - Playing Both Side
(ENG) Chapter Ten - Playing Both Side
(IND) Chapter Eleven - Storm vs Termites
(ENG) Chapter Eleven - Storm vs Termites
(IND) Chapter Twelve - War Echoes
(ENG) Chapter Twelve - War Echoes
(IND) Chapter Thirteen - Heart's Trial
(ENG) Chapter Thirteen - Heart's Trial
(IND) Chapter Fourteen - The Confession
(ENG) Chapter Fourteen - The Confession
(IND) Chapter Fifteen - Annoying Strangers
(ENG) Chapter Fifteen - Annoying Strangers
(IND) Chapter Sixteen - February 14th
(ENG) Chapter Sixteen - February 14th
(IND) Chapter Seventeen - Uncertain Feelings
(ENG) Chapter Seventeen - Uncertain Feelings
(IND) Chapter Eighteen - Brother's Betrayal
(ENG) Chapter Eighteen - Brother's Betrayal
(IND) Chapter Nineteen - A Glimpse of Hopes
(ENG) Chapter Nineteen - A Glimpse of Hopes
(IND) Chapter Twenty - Unfinished Vacation
(ENG) Chapter Twenty - Unfinished Vacation
(IND) Chapter Twenty One - Missing Heart
(ENG) Chapter Twenty One - Missing Heart
(IND) Chapter Twenty Two - The Doomsday
(ENG) Chapter Twenty Two - The Doomsday
(IND) Chapter Twenty Three - Life is Beautiful
(ENG) Chapter Twenty Three - Life is Beautiful
(IND) Last Chapter Twenty Four - Lovely, New Year's Gift 2
(ENG) Last Chapter Twenty Four - Lovely, New Year's Gift 2
(IND) Extra Chapter - New Sex's Assistant
(ENG) Extra Chapter - New Sex's Assistant

(IND) Chapter Three - Meet by Destined

494 54 9
By Cyrena0819

Seoul....

Kim So Hyun, gadis yang ditolong oleh Pha sedang berkumpul dengan teman – temannya di sebuah bar langganannya.

"Apakah kau sudah bertemu lagi dengan penyelamatmu?" goda teman – temannya padanya.

"Aku sungguh ceroboh, aku lupa menanyakan namanya..."

"Tapi kau menyimpan nomor telephonenya, kan? Kenapa kau tidak langsung menghubunginya dan mengajaknya bertemu?"

"Er...dia sudah menikah..."

"Apa?! Sayang sekali!" komentar teman – temannya. "Kau pasti patah hati, kan?"

"Apa yang kalian katakan? Aku tidak berpikir ke arah sana!"

"Sungguh?"

"Aku hanya ingin berterima kasih dan melunasi utangku!"

"Semoga kau segera bertemu dengannya lagi..."

------------------------------------------------------------------------------

Tiga bulan bulan kemudian, Yung dan Rene memutuskan untuk menetap di Bangkok seperti usul Singto. Mereka menutup peternakan dan meneruskan bisnis ramen milik Pha, Pha memberikan 50% saham untuk mereka.

Namun kedua orang tua Singto menolak untuk pindah ke Bangkok, dan lebih memilih untuk menetap di kampung di rumah tua mereka, meskipun hanya tinggal berdua. Jane dan kakak – kakaknya yang lain kadang datang mengunjungi mereka, Yung dan Rene juga pulang mengunjungi mereka setiap tiga bulan sekali.

Sementara Ming memutuskan untuk melanjutkan S2nya di Korea, dan tinggal bersama Singto dan Pha, menimbang kampusnya tidak jauh dari rumah, selain itu ia juga belum lancar berbahasa Korea. Jadi Singto bersikeras menyuruhnya untuk tinggal bersama mereka, agar ia bisa mengawasinya.

Sore itu, setelah mengantar Ming mendaftar ke universitas dan mengurus segala prosedurnya, Singto mengajaknya ke gedung perusahaan Kong Ill, lalu mengajak Pha dan Joss makan malam bersama, merayakan di terimanya Ming di universitas.

Mereka mengunjungi sebuah restoran hot pot di dekat perusahaan.

"Aku akan pergi memilih bahan mentah, ada yang ingin ikut?" Tanya Joss, sembari bangun dari kursinya berjalan menuju lemari display bahan mentah dimana diletakkan sayur, daging, jamur, dll.

Pha membuka buku menu dan melihat – lihat menu dessert dan appetizer.

"Ada yang mau es krim atau snacks?"

"Aku skip!" jawab Singto. "Joss, aku ikut!" Singto segera menyusul pria itu, melihat itu Pha langsung menggertakkan giginya kesal.

"Aku ingin soju..." Ming menyebutkan orderan mengalihkan perhatian Pha.

"Aw, tapi kata Sing kau tidak bisa minum, yakin mau pesan soju?"

Ming mengangguk bersemangat. "Setelah dari sini kita langsung pulang, kan? Aku baik – baik saja, tidak perlu khawatir!"

Pha mengangguk ringan mengiyakan lalu memanggil pelayan.

"Er...akhir – akhir ini kau sering pulang malam, apakah istirahatmu cukup?" Ming membuka pembicaraan.

Pha mematung sesaat dan bingung kenapa tiba – tiba pria itu menanyakan hal itu padanya. "Ya, aku baik – baik saja, terima kasih atas perhatiannya..." jawab Pha sambil menyeruput minumannya.

"Apakah kau sudah melihat – lihat kampus barumu?" Pha mengalihkan topik.

"Aku akan melihatnya nanti begitu kuliah di mulai..." jawabnya to the point. "Aku ingin mencari pekerjaan, apakah kau bisa membantuku?"

Pha mengangguk dan membalas. "Tentu, itu masalah kecil! Kau juga bisa magang di perusahaan kalau mau, tetapi sebelumnya kau harus mengikuti kursus Bahasa Korea terlebih dahulu..."

"Tentu, aku sudah mendaftar kursus, jika diijinkan magang...mungkin aku bisa mulai dengan menjadi supirmu..."

Pha tercengang seketika dan terkejut bagaimana Ming bisa berpikir untuk menjadi supirnya, hal itu mengingatkannya pada dirinya dulu. Saat ayahnya menyuruhnya bekerja sebagai supir merangkap sekuriti.

"Kenapa kau ingin menjadi supir?" Tanya Pha penasaran.

"Agar aku bisa membantu P'Sing mengawasimu..." jawab Ming dengan ekspresi serius.

"Huh?! Sing bilang begitu padamu?"

Ming tertawa dan berkata. "Aku hanya bercanda..." lalu menghela nafas sejenak sebelum berkata serius. "Di sini aku hanya dekat denganmu dan P'Sing, aku juga tidak bisa Bahasa Korea, Bahasa Inggrisku juga buruk, jadi selain menjadi supirmu aku tidak tau pekerjaan apa lagi yang cocok denganku saat ini..."

"Lalu...kenapa kau tidak menawarkan menjadi supir Sing?"

"Aku tidak mau, dia pasti tidak akan membiarkanku bekerja dengan tenang dan selalu menceramahiku..."

Pha merasa alasannya masuk akal dan mengangguk. "Er...aku lebih suka menyetir sendiri, tetapi akan kupertimbangkan..."

"Terima kasih, Phi!" Ming tersenyum sambil meneguk soju dari botol dengan gugup.

Singto dan Joss kembali dengan dua nampan besar berisi daging dan sayur – sayuran mentah, kemudian memasukkan bahan – bahan tersebut satu persatu ke dalam panci yang berisi kaldu mendidih.

Mata Singto tertuju pada botol soju yang kosong di atas meja, dan menoleh pada Ming yang meneguk botol lainnya, ia segera merampasnya.

"Kau mau kupulangkan ke Thailand?" Singto memarahinya. "Apa kau masih ingat apa yang kau lakukan terakhir kali kau mabuk? Ma mengingatkanku agar melarangmu minum!"

"Er...kurasa hanya sebotol dua botol tidak apa – apa..." Pha membela Ming. "Usianya sudah 25 tahun, kau tidak seharusnya menegurnya di depan umum seperti ini!"

Ming menyeringai dan melotot pada Singto. "Tenang saja, Phi! Aku tidak akan mabuk dan merepotkanmu!" namun kepalanya mulai terasa melayang.

"Jika kau mabuk, aku akan meninggalkanmu disini!"

"Whatever..."

"Ahem..." Pha membersihkan tenggorokannya dan mengalihkan topik pembicaraan. "Aku lapar sekali, Apakah kita bisa makan sekarang, sayang?" ia memicingkan matanya menatap Singto dengan memasang ekspresi manja.

Singto menoleh pada Pha sejenak sambil menggigit bibir bawahnya berusaha menahan emosinya, kemudian mengambilkan semangkok sop untuk Pha dan dirinya.

Ming memperhatikan keduanya dan melanjutkan minumnya, sementara Joss hanya melirik sambil tersenyum cool.

Setelah selesai makan, Singto berinisiatif untuk kembali ke kantor mengambil laporannya yang tertinggal. Sementara Ming terlihat setengah mabuk setelah menghabiskan lima botol soju seorang diri. Singto pun meminta Pha untuk mengantarnya pulang terlebih dahulu. Joss menawarkan diri untuk mengantar Singto.

Awalnya Pha tidak setuju, namun ia tidak punya pilihan.

Saat di tengah jalan, Ming tiba – tiba menyuruh Pha untuk menghentikan mobil karena ia merasa ingin muntah. Ming pun mengeluarkan isi perutnya di sebuah trotoar di dekat tanaman hias. Pha membantunya mengurut punggung dan memapahnya kembali ke dalam mobil, lalu berlari menuju mini market di dekat situ untuk mmbeli minum.

Namun saat tiba di dalam supermarket, ia melihat seorang karyawan wanita sedang dimarahi oleh seorang pembeli karena dituduh mencuri olehnya, namun sialnya ia tidak bisa membuktikannya karena kebetulan CCTV tokonya rusak.

Manager toko tidak henti – hentinya minta maaf pada pembeli tersebut dan melototi karyawannya.

Tanpa sadar Pha dan si karyawan wanita saling bertukar pandang dan tercengang selama beberapa saat, Pha merasa wajahnya tidak asing. Namun belum sempat Pha mendapatkan ide tentang siapa orang itu, gadis itu langsung berseru girang.

"Kau, yang menolongku waktu di Chiang Khan!" ia segera berhambur menyapa Pha dan tidak menghiraukan ocehan managernya, membuat si atasan kesal bukan kepalang.

Akhirnya Pha mengingatnya dan menyapanya dengan ramah.

"Nona Kim...." Ia tidak bisa mengingat nama gadis itu.

"So Hyun...Kim So Hyun...kau masih ingat padaku?"

"Ya, tentu saja!" Pha segera menyadari situasi di sekeliling mereka. "Er...apa yang terjadi? Kau bekerja disini?"

"Ooh..." gadis itu segera menyadari kesalahannya dan memutar tubuh dengan gugup.

Pada akhirnya, Pha kembali membantunya dan minta maaf pada pembeli yang marah tersebut. Setelah itu So Hyun menawarkan diri mengantar Pha kembali ke mobil setelah membeli air minum untuk Ming, sebagai terima kasih karena Pha menolak menerima uang yang ingin dibayarkan oleh gadis itu, dengan alasan ia ingin berbuat baik dan ia tidak kekurangan uang saat ini.

"Kuharap kelak kita bisa bertemu dalam situasi normal..." guman So Hyun. "Setiap kali bertemu denganmu, aku selalu dalam masalah, dan kau selalu menjadi penyelamatku..."

"Jangan dipikirkan, mungkin aku berhutang padamu pada kehidupan sebelumnya..." ujar Pha.

"Sungguh?" ia memanyunkan bibirnya dan bersikap manja. "Tetapi, bagaimana jika kau kelebihan membayarnya, apakah pada kehidupan mendatang aku harus mengembalikannya?"

Pha tertawa seketika mendengar hal itu. "Jangan dipikirkan! Aku percaya setiap pertemuan merupakan takdir!"

"Maksudmu kita bertemu karena takdir?"

"Er..." Pha segera menyadari ucapannya yang salah dan tersenyum canggung. "Mungkin..."

Mereka tiba di depan mobil, So Hyun melihat sekilas ke dalam mobil dan menemukan Ming yang sedang tidur bersandar sambil memijat kepalanya sedang memperhatikan ke arah mereka.

"Oh, dia adik iparku, namanya Ming...dia berasal dari Thailand..." Pha segera memperkenalkan Ming.

So Hyun menganggukkan kepalanya sambil mendesah ringan, ia lupa sesaat kalau pria di depannya itu telah menikah.

Tiba – tiba ia teringat sesuatu yang penting. "Ngomong – ngomong aku belum mengetahui namamu, apakah kau juga berasal dari Thailand?" tanyanya pada Pha.

"Aku lahir dan besar di Thailand, aku datang dan menetap di Seoul sejak delapan tahun yang lalu. Namaku Phana Kong...Seung Min..."

"Hmm?" So Hyun mengangkat alisnya. "Kong Seung Min?" ulangnya. "Apakah aku boleh memanggilmu Seung Min Oppa?"

Pha mengangguk pelan dan tersenyum kikuk.

"Baiklah, aku harus pulang, sampai jumpa!" ia segera pamit dan masuk ke mobil lalu menyerahkan botol air pada Ming.

So Hyun melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal pada mereka dan menunggu hingga mobil Pha hilang dari pandangannya, barulah ia kembali ke toko dengan wajah berseri - seri.

--------------------------------------------------------------------

Sementara di dalam mobil....

"Kau tertarik pada gadis itu?" Tanya Ming to the point pada Pha, setelah merasa agaik baikan.

Pha tersentak kaget dengan pertanyaannya. "Kenapa kau...bertanya begitu?" ia melototi Ming. "Aku tidak tertarik pada wanita, aku hanya tertarik pada Sing!"

"Jadi maksudmu kau hanya tertarik pada pria?" Ming menatapnya curiga. "Jika P'Sing adalah wanita, apakah kau tetap tertarik padanya?"

"Pertanyaan apa itu? Tidak masuk akal!" hardik Pha. "Jika Singto adalah wanita, maka cerita kami akan berbeda..."

"Berbeda? Maksudmu kau tidak akan jatuh cinta padanya? Jadi kesimpulannya, tidak perduli siapapun asalkan pria, ada kemungkinan kau tertarik padanya?"

Pha mengerem mobilnya mendadak menyebabkan Ming terdorong ke depan, Pha lalu memutar tubuhnya menghadap pria itu dan menatapnya serius.

"Apakah kau curiga aku mengkhianati Phi mu?"

Ming terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak berpikir begitu, aku hanya menganalisa....jika suatu hari, kau bertemu dengan seseorang yang lebih baik darinya, seseorang yang bisa membuat hatimu bergetar, apakah kau akan meninggalkannya?"

Pha tidak menjawab, ia kembali menyalakan mesin mobilnya dan menyetir pulang ke rumah tanpa mengatakan apapun karena berpikir Ming sedang mabuk dan asal bicara.

Setelah tiba di rumah, Pha langsung menyerbu masuk ke dalam kamar mencari Singto yang baru saja kembali dari kamar si kembar setelah menidurkan mereka dan hendak mandi.

Namun Pha, selangkah lebih cepat, ia mengunci tubuh pria itu di dinding dan menciuminya mesra tidak membiarkannya menarik nafas.

"Bagaimana keadaan Ming? Kenapa kalian baru pulang, dari mana?" Singto bertanya dengan cepat saat ada kesempatan.

"Lalu kau? Apakah kau langsung pulang setelah mengambil dokumen?" Pha mengembalikan pertanyaannya.

"Tentu saja, memangnya kau pikir aku sepertimu?"

"Aw...memangnya aku kenapa?"

Singto malas berdebat. "Sekarang katakan padaku! Ming tidak mengajakmu lanjut ke bar, kan?" Singto menatapnya curiga.

"Tentu saja tidak! Aku tidak berani!" Pha berusaha menjelaskan dan menceritakan apa yang terjadi pada Ming dan kejadian di mini market.

"Aw, tidak disangka kau bisa bertemu lagi dengannya di Seoul..." Singto berpikir sejenak dan menggodanya. "Konon katanya, jika kau bertemu seseorang secara tidak sengaja sebanyak tiga kali berturut - turut, maka itu artinya kalian berjodoh..."

Pha mencoba mengingat – ngingat berapa kali ia dan Singto bertemu secara tidak sengaja, namun bagaimanapun ia mencoba menghitung, ia hanya ingat dua kali. Satu saat malam tahun baru dan yang kedua saat Singto mengalami kecelakan di depan tokonya.

Ekspresinya berubah sedih seketika. "Pertemuan kita yang tidak disengaja hanya dua kali, apakah itu artinya kita tidak berjodoh?" Tanya Pha.

"Mm..." Singto berpikir sejenak sebelum menjawab. "Berjodoh atau tidak, toh kita sudah bersumpah sehidup semati di depan Tuhan, kita juga sudah punya Seung Eun, Seung Gie dan Seung Hee..." ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Itu berarti, cinta tidak harus disatukan oleh takdir, namun pilihan..."

"Namun, tidak ada jaminan bahwa kita akan bersama selamanya, karena kita tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan..." tambahnya lagi.

Pha langsung menutup mulutnya dengan menciumnya mesra.

"Dengar, aku tidak mengjinkanmu mengatakan bahwa kita akan berpisah suatu hari nanti, kau adalah milikku satu – satunya, begitu juga aku bagimu..." bisik Pha. "Aku mencintaimu...selalu..." Pha lalu memeluknya erat.

"Aku mengerti..." balas Sinto sambil mengangguk dan membelai punggungnya lembut. "Baiklah, aku mau mandi dan melanjutkan membuat laporan, besok aku harus menyerahkannya sebelum rapat..."

Singto mendorong tubuh Pha dan bergegas masuk ke kamar mandi sebelum pria itu berubah pikiran dan menyusulnya.

Tiba – tiba Pha mendengar notif pesan masuk di ponsel Singto, Pha melirik ke pintu kamar mandi sejenak sebelum diam – diam mengambil ponsel dan mengeceknya.

Josswayar : 'P'Sing, laporan kita tertukar! Tetapi, aku punya ide, ayo kita saling mengerjakan laporan untuk satu sama lain, dan berdiskusi melalui video call! Kabari aku jika kau ingin mulai mengerjakannya!'

Ingin rasanya Pha menghapus pesan tersebut, namun ia segera menyingkirkan ide tersebut karena teringat ucapan Rene yang memberitahunya agar tidak posesif.

Pha lalu membalas pesan tersebut, memberitahu Joss bahwa Singto sedang mandi, dan memintanya agar tidak membiarkan Singto bekerja lembur hingga larut malam.

Meskipun Pha adalah presiden direktur Kong Il Corp, namun department di mana Singto bekerja, bersifat independent, yang artinya mereka berhak memutuskan sendiri project atau event, dengan biaya sendiri, dan hanya melaporkan laba dan aktivitas.

Mereka tidak hanya mengadakan event atau promosi untuk produk induk perusahaan, namun juga menawarkan dan menerima jasa untuk mempromosikan product perusahaan lain.

Singto selesai mandi dan keluar dengan penampilan menggoda, hanya mengenakan handuk di pinggang. Tentu saja pemandangan seperti itu sudah tidak asing di mata Pha, kadang – kadang pria itu terangsang dan langsung menerkamnya.

Namun tidak jarang ia hanya bersikap biasa, karena ia bisa mengerti kalau Singto lelah bekerja seharian di kantor, begitu juga dirinya. Kecuali weekend atau hari libur, ia tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja.

Singto langsung meraih ponselnya dan memeriksa chatnya, lalu menyalakan notebook dan menelpon Joss, sambil mengeringkan rambutnya.

Tidak perlu waktu satu menit, video callpun langsung tersambung. Singto meletakkan ponselnya di samping notebook dengan posisi tegak horizontal. Angle camera bisa memantau sudut 180 derajat, Joss bisa melihat Pha yang sedang berbaring sambil membaca buku di kasur, namun saat ini matanya tertuju pada tubuh seksi Singto.

Menyadari hal itu, Pha langsung melesat ke depan dan menyambar ponsel Singto, lalu menelungkupkan layarnya ke bawah, otomatis videonya menjadi gelap di layar ponsel Joss dan hanya menyisakan suara.

"Kau mau menggodanya dengan penampilan begitu?" protes Pha pada Singto, nada suaranya terdengar cemburu. "Sana, pakai dulu bajumu!"

"Aw, dia kan bukan wanita! Memangnya ada masalah?" Singto tak mau kalah. "Meskipun aku telanjang, dia juga tidak tertarik!"

"Kau mau ngajak perang?" Pha melototinya dan seraya mendorongnya masuk ke ruang ganti.

Singto keluar dengan mengenakan kaos dan celana panjang lima menit kemudian, lalu duduk di depan notebook dan mengembalikan ponsel ke posisi semula.

Pha mengawasinya dari belakang sambil mencuri – curi pandang, hingga akhirnya tertidur sambil menggenggam buku di tangannya.

Joss memperhatikannya dan mengambil kesempatan itu menggoda Singto.

"Kau tau darimana aku tidak tertarik, melihatmu telanjang?"

Suara Singto tertahan di tenggorokan, ia lupa kalau ia mengatakannya pada saat video call masih berlangsung. Dia menyalahkan Pha untuk itu, dan wajahnya memerah karena malu. Bulu kuduk Singto berdiri seketika dan segera menoleh ke belakang, ia menghela napas lega ketika melihat Pha sudah terlelap.

Perhatian Singto kembali lagi ke video dan membalas. "Kau ingin melihatnya, aku akan selfie dan mengirimkannya untukmu!" ujarnya bercanda.

"Tidak, terima kasih! Aku pasti tidak bisa tidur setelah melihatnya!"

Singto tertawa geli mendengar responnya.

"Baiklah, sampai besok di kantor!"

"Bye..."

Singto langsung menutup layarnya, naik ke ranjang, menyingkirkan buku dari tangan Pha, mematikan lampu, dan mengecup bibir kekasihnya lembut sebelum menyerahkan dirinya pada kasur, menutup lembaran hari ini.

to be continue.... 

Continue Reading

You'll Also Like

75.1K 2.3K 27
❝ why'd i enjoy being hurt ? things can go down pretty fast when two young, troublesome and horny ...
24.2K 2K 10
❝ A Thousand Feelings,A Countless Thoughts and A Million Memories . . .❞ Jeon JungKook × Kim SeokJin || a slice of life Highest Ranking; #1 in onesho...
19.4K 1.6K 29
[FANFICTION TRANS] Original author @jungjoonyoung5555 Beam berhenti. "Tidak apa-apa bagimu untuk tidak bercinta dengan siapa pun selama dua minggu, k...
1.4M 33.6K 46
When young Diovanna is framed for something she didn't do and is sent off to a "boarding school" she feels abandoned and betrayed. But one thing was...