Zea membelalakan matanya, lalu berlari ke arah Selina. Diikuti dengan Cleo, Serra, dan Karissa.
"Aduh mampus gue, kena kaka kelas dong!" kata Zea panik. "Kok lo oon banget sih bisa sampe kesana?!" ucap Karissa kesal sambil menoyor kepala Zea.
"Yah, si Selina berisik banget daritadi yaudah gue lempar aja. Mana gue tau kalo dia mau ke lapangan sebelah?!" ucap Zea dengan panik.
"ANJIR, KAK ARES YANG KENA ZEA. MATI LU!!" kata Selina sampil menoel-noel bahu Zea. Wajah Zea pucat pasi.
Aduh gimana nih? Gue gak mau ketemu dia!
"Duh, gue harus gimana dong?" tanya Zea sambil menggigit bibir bawahnya, kebiasaannya sejak kecil.
"Samperin lah gila! Lo minta maaf, jangan cari masalah sama Kak Ares deh," kata Karissa.
Gak, meskipun mereka ganteng kuadrat, tapi gue gak mau ketemu mereka. Apalagi mereka Calderioz, sebisa mungkin gue harus menjauh dari mereka. Gue gak boleh berurusan sama geng motor.
"Gu—gue gak bisa," kata Zea dengan muka memelas. "Gak bisa gimana?! Kan lo salah, ya minta maap dong! Duh, mending minta maap sekarang lo gak liat tuh Kak Ares udah bentak-bentak orang lain? Cepeten, jir!" kata Karissa.
Serra yang ngeliatin mereka cuma bisa geleng-geleng kepala aja. Kelakuan temannya emang gak ada yang bener.
"Shit. Shit. Shit!" umpat Zea.
"WHO THE HELL HIT ME WITH THIS SHIT BALL?!"
Di sisi lain Ares sedang mengamuk saat tahu bahwa orang yang melempari dia bola basket itu, tidak kunjung menghampirinya untuk minta maaf.
"Anjir, kepala lu, Res. AHAHAHAHAH!" tawa Aiden yang menggelegar.
"Diem. Cari siapa yang lembar ini bola!" perintah Ares. Begitu tahu Ares sedang marah, Moreo menepuk-nepuk Aiden dan menyuruhnya untuk berhenti tertawa kalau masih sayang akan nyawanya.
Mereka mendatangi lapangan sebelah dan mulai membuat rusuh untuk mengetahui siapa yang melempar bola itu.
Pak Ronald? Dia sudah kembali ke ruang guru sejak anak-anak free class. Dasar makan gaji buta.
"Lo, lo yang lempar gue bola?! Ngaku anjing!" bentak Ares.
Sejujurnya lemparan bola itu tidak sakit sama sekali bagi Ares. Hanya saja dia kesal karena sang pelaku tidak meminta maaf padanya. Dan menurut Ares, hal itu melukai harga dirinya yang ia junjung tinggi.
Seorang Ares dilemparin bola dan dia gak minta maaf? Cari mati tuh orang!
Rio, laki-laki itu sedang Ares seret ke tengah lapangan.
"LO YANG LEMPARIN GUE?! JAWAB!!" teriak Ares di depan muka Rio.
"Bu—bukan gue! Bukan gue yang le—lempar lo!" balas Rio dengan gemetar. Gimana gak gemetar coba? Seorang Ares ngamuk itu gak ada lagi yang namanya ketenangan.
Awalnya Zea masih bimbang, maju atau engga ya? Sumpah, dia gak mau berurusan sama Calderioz apalagi Ares. Tapi, begitu melihat Ares mulai memukuli Rio, Zea tidak bisa diam begitu saja. Itu bukan salah Rio.
"Kalo emang bukan lo pelakunya, gue gak peduli."
BUGH!
BUGH!
"Karena dia gak muncul-muncul, lo yang jadi penggantinya!"
BUGH!
Melihat Ares yang sedang brutal, tidak ada satu pun dari antara Aiden, Moreo, Jordan, dan Megan yang memberhentikannya. Percuma! Gak bakal berpengaruh.
"Keluar lo! Gak malu ya, sampe kesalahan lo orang lain yang tanggung?!" teriak Ares yang ditujukan untuk si pelaku, Zea.
Sumpah, ini tuh masalah kecil banget. Zea lempar bola — kena kepala Ares — Zea samperin terus minta maaf. Selesai.
Tapi jadi panjang kayak gini karena Zea gak minta maaf dan mood Ares yang daritadi pagi lagi gak bagus. Yaudah, jadilah Rio dia jadiin samsak, sekalian buat memperbaikin mood Ares.
Dengan segera Zea merampas kain sapu tangan yang kebetulan ada di bangku lapangan, dekat tempatnya berdiri, kemudian mengikat kain tersebut di kepalanya untuk dijadikan masker.
Bodo amat keliatan aneh, yang penting muka dia gak keliatan!
Zea maju kedepan, semua orang menatap kearahnya.
"Gue, yang lempar bola itu."
Kok nih orang berani banget?! Belom tau aja dia gimana berurusan sama Ares.
Teman-teman Ares yang melihat tersebut sedikit terkejut, ada seseorang yang sudah membuat Ares marah dengan gampangnya ngaku kayak gitu. Yang lebih mengejutkan lagi, seorang perempuan!
Zea semakin dekat dengan tempat Ares berdiri, lalu dia menundukkan kepalanya, agar wajahnya tidak terlihat.
"Gue minta maaf, gak sengaja."
Ares mendengus, dikira segampang itu?!
"Ngomong sama siapa lo?!"
"Ya sama lo lah! Masa sama setan? Gak jelas."
Moreo terkejut, kemudian dia tertawa keras. "Anjir, nih cewek nyari masalah banget! Kali-kali Ares di gituin," ucapnya pada Aiden.
Ares melirik Moreo, yang posisinya ada dibelakang Ares, merasa diperhatikan laki-laki itu langsung terdiam.
Lalu, Ares mengeraskan rahangnya kemudian mengepalkan kedua tangannya hingga urat-urat itu terlihat.
Kurang ajar!
"LO?!" bentak Ares dengan suara tertahan sambil menunjuk Zea. Ia menghembuskan napasnya perlahan, Ares sedang tidak ingin bertengkar.
TERUS DARI LO NGAPAIN BAMBANK? NYANYI BOY WITH LUV?!
"Kalo ngomong sama orang itu tatap matanya. Itu lantai lebih ganteng dari muka gue?"
Zea mendengus. Dasar kepedean. Tapi emang ganteng, gimana dong?
Zea mengelengkan kepalanya, "Gue udah minta maaf. Udah selesai kan? Gue permisi."
Ia mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari lapangan. Mendingan dia ganti baju aja deh. Tapi, sebelum ia berjalan jauh, tangannya sudah ditarik kebelakang oleh Ares hingga kepalanya menabrak dada cowok itu.
Sabar Zea, sabar. Orang sabar gampang digampar. Eh salah ya?
Ia mendongakan kepala karena laki-laki itu lebih tinggi darinya, Zea hanya se-dagu Ares. Lalu menatap laki-laki itu dengan nyalang.
"Lo apa-apaan sih?! Gue udah minta maaf ya!"
Semua orang membelalakan matanya, gimana mungkin Zea balesin Ares kayak gitu?
Ares yang mendengar hal tersebut pun langsung meledak, menyeret Zea dengan paksa. Ia mau membawa gadis itu ke tempat yang tidak ramai. Ke basecamp-nya mungkin.
"Sakit woi! Lo mau kemana?! Lepasin guee!"
Zea memberontak, si Ares tuh cengkram lengan dia kenceng banget. Emang gak punya perasaan itu cowok. Kesel deh.
Begitu melihat tidak ada respon dari Ares, Zea semakin brutal. Ia memukul-mukuli lengan Ares, "Lepasin gue! Lo denger gak sih?!"
Zea tuh malu banget, semua orang ngeliatin mereka berdua.
"SHIT, LEPASIN GUEE!!"
Mereka sudah keluar dari lapangan, dan sekarang berada di lorong. Telinga Ares memanas, ini cewek gak bisa diem banget. Jengkel mendengar teriakan dan gerakan brutal Zea, Ares memutuskan untuk berhenti berjalan, lalu memojokkan gadis itu ke tembok terdekat.
Terbengong-bengong Aiden melihat kelakuan Ares, saat menyadari Ares melangkah semakin jauh ia dan ketiga temannya segera mengikuti cowok itu.
"Mati lah, Zeaaa!!!" teriak Selina.
"Aduh, masa temen gue diseret gitu aja sih sama Kak Ares?! Tapi gapapa sih, Kak Aresnya ganteng banget gak kuat gue," balas Karissa.
"Kalian tuh ya! Malah bahas hal gak penting, mending sekarang ayo kita nyusul Zea, sebelum si Ares macem-macem," kata Serra menengahi.
Lalu mereka berempat pun menyusul ke tempat dimana Zea dan Ares berada.
***
"Mi—Misi lo!"
"Minggir, gak?!"
"Minggir, bodoh!"
"Lo mau apa lagi sih?! Bikin malu aja tau ga, mau di taroh mana muka gue," kata Zea yang sedari tadi tidak dibalas ucapannya, sambil mengusap kepala frustasi.
"Apa urusannya sama gue?" Ares memajukan badannya mendekati Zea.
Melihat gerak-gerik Ares yang mencurigakan, Zea memutuskan untuk kabur sebelum terjadi sesuatu yang berbahaya bagi dirinya.
1
2
3
LARIIIII!!!!
Tapi, Ares jauh lebih cepat darinya. Laki-laki itu menahan pundak Zea dengan kencang. Lalu, mengunci pergerakan Zea dengan meletakkan kedua tangan kokohnya tepat di sebelah kepala gadis itu.
"Ga—gak usah deket-deket! Udah sana minggir, urusan lo sama gue udah selesai!"
"Gak tau diri banget lo ya. Lo siapa berani ngatur-ngatur gue?" desis Ares dengan nada mengancam
Tap!
Tap!
Tap!
Terdengar suara sepatu orang berlari mulai berdatangan.
"Res, udah lah. Mending
kita ke kantin aja, yuk," ajak Moreo pada Ares.
Melihat Moreo yang sedang merayu Ares, Aiden gak mau kalah dong! "My honey, mending kita cabut aja deh, gak enak euy lawannya cewek."
"ZEA!!!"
"Zea, lo gapapa kan? Gak ada yang luka?!" tanya Selina sambil memeriksa tubuh gadis itu.
"Res, sorry ya. Bisa sekarang kamu lepaskn Zea? Dia udah minta maaf," kata Cleo pada Ares.
Ares pun menatap mata Cleo, dilihatnya tatapan gadis itu yang memohon. Ia mendengus kesal.
Cleo masih belum berhenti berusaha, ia mendekati Ares. Memegang lengan laki-laki itu, "Ayolah masa kamu gak mau maafin, udah ya? Kasian Zeanya, kita juga mau ganti baju."
Ares hanya diam saja, tidak mengatakan apapun.
Menyadari situasi semakin canggung Jordan berkata pada Karissa, "Ca, bawa temen kamu pergi aja, Ares lagi emosional dari tadi pagi, udah kamu pergi sana. Hati-hati ya, nanti pulang aku yang anterin."
Ica itu panggilan sayang dari Jordan untuk Karissa. Mendengar perintah dari calon pacarnya itu, Karissa pun segera melakukannya.
Dibawanya Zea kembali ke kelas diikuti ke tiga temannya yang lain.
"Gila sih, berani banget tuh cewek. Udah gitu make apaan lagi, kain-kain gak jelas di muka. Buat apaan coba?" tanya Moreo pada teman-temannya.
Ia melihat ke arah Jordan, meminta jawaban atas pertanyaannya. "Mana gue tau lah," balas Jordan.
Kemudian Moreo mengalihkan pandangannya ke arah Megan, dan laki-laki itu tidak berkata apapun, hanya mengendikan kedua bahunya pertanda ia tak tahu. Di tatapnya Aiden, nah mungkin laki-laki itu tau.
"Hmm, mungkin muka dia jelek kali. Terus dia malu sama diri sendiri, jadi yaudah deh dia tutupin," kata Aiden sok tahu.
"Iya yah, bisa jadi tuh! Mungkin muka dia jelek banget, penuh jerawat kali!" kata Moreo bergidik ngeri.
Mendengar teman-temannya yang malah membahas perempuan itu, Ares jadi kesel sendiri kalau mengingat kejadian tadi. Lalu, ia berjalan pergi meninggalkan teman-temannya.
"Res, mau kemana lo?!" teriak Jordan saat menyadari posisi Ares yang sudah berjalan jauh dari mereka.
"Berisik!"
***
follow ig❤️
@calderioz
@aresaldevaro
@queenzeanne
diketik dengan 1550 kata.