PACAR DISKON 30% [ New Versio...

By inag2711

156K 19.8K 1.8K

Berawal dari reuni Lucnut yang mengharuskannya bawa pasangan membuat Honey bertemu dengan F, salah satu stok... More

Prolog
Bab. 1 Her Private Life
Bab. 2 Bad Guy
Bab. 3 Boyfriend ( Encounter )
Bab.4 D-Day
Bab.5 Cheese in The Trap
Bab.6 I Miss You
Bab.8 Best Chicken
Bab 9. Cinderella Man
Bab. 10 Kill it
Bab 11. Smile, You
Bab 12. Possessed
Bab 13. Cross
Bab 14. Miracle We Meet
Bab 15. Confession
Bab 16. Lie to Me
Bab 17. Healer
Bab 18. Alone in Love
Bab.19 Heartbeat
Bab 20. The Real has come
Bab 21. Not Others
Bab 22. About Time
Bab 23 Fall from the Sky
Bab 24. Sorry, I Love You
Bab 25. Failing in love
Bab 26. The Time
PO PACAR DISKON 30% 4 APRIL 2024

Bab 7. Because it's My First Love

5.2K 719 61
By inag2711

Galuh berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan senyum merekah sempurna. Laki-laki tampan itu berencana menemui Rena dan menyerahkan uang yang ditabungnya. Dengan begitu, Rena tidak perlu mengkhawatirkan biaya rumah sakit ayahnya dan mereka bisa balikan.

Galuh berjalan santai sembari menyandang sebuah tas ransel berisi uang. Dia berpikir pasti Rena akan sangat terkejut saat tahu dirinya mampu membantu mantan kekasihnya itu. Galuh bisa saja meminjam uang pada Leo, sahabatnya dari SMP yang berasal dari konglomerat, tetapi dia tidak ingin memanfaatkan kekayaan teman untuk mendapatkan perempuan impiannya. Cinta harus diperjuangkan. Galuh berprinsip demikian.

Sejak dua bulan lalu, Galuh mendirikan sebuah kafe kecil-kecilan. Meskipun masih dalam pengembangan dan setengah modal yang didapatkannya juga berasal dari Leo, Galuh sangat bersemangat untuk maju. Sebagai seorang yatim-piatu yang dibesarkan oleh Mafty, nenek angkatnya—Galuh merasa harus mandiri. Itu sebabnya, urusan keuangan untuk Rena, dia ingin mengusahakannya sendiri.

Langkah Galuh terhenti saat melihat Rena bersama Han. Han adalah kekasih Rena, juga lelaki yang sudah merebut Rena darinya. Kedua sejoli itu tampak bahagia, tersenda gurau dan tertawa bahagia. Pemandangan itu telah membuat urat-urat Galuh serasa lepas. Bahkan mendadak kesulitan bernapas. Meski lama putus, dia masih menyimpan rasa dan asa untuk Rena.

***

Honey dan Galuh sedang berkencan. Pacar tampan Honey itu tiba-tiba saja mengajak pergi bersama. Walau begitu, dia berusaha untuk tidak melakukan kontak fisik dengannya. Meskipun Galuh sering menggodanya, bagi Honey, kontak fisik dengannya akan sangat menyusahkan. Lagipula, sengaja atau tidak sengaja, Galuh sering membuatnya membayar, kecuali lelaki itu sedang baik.

"Kamu sudah bangkrut?" Galuh tersenyum, senang menggoda Honey.

Honey mengepalkan tangan dengan bibir yang ditahan sekuat mungkin agar tidak mengumpat.

"Kita bahkan belum berpacaran selama seminggu dan kamu sudah bangkrut?" Galuh sepertinya tidak tahu cara memfilter mana ucapan yang menyinggung atau tidak.

"Lagipula, jika kamu tidak punya uang, aku tidak keberatan kamu berutang," katanya menambahkan membuat Honey ingin mempunyai kekuatan memanggil palu seperti Thor lalu menghantamkannya ke kepala Galuh.

"Aku belum bangkrut," sanggah Honey dengan penekanan kuat.

"Bola matamu nyaris copot, tuh," ujar Galuh santai membuat Honey segera mengedipkan mata beberapa kali. Panas. Memelotot membuat urat-urat matanya bekerja keras.

"Jadi, ada mendesak apa sampai mengajakku bertemu?" Honey penasaran. Dalam surat kontrak, memang tidak disebutkan kalau hanya pihak klien yang dapat mengatur tempat dan waktu mereka bertemu, tetapi sangat mengherankan bila Galuh tiba-tiba mengajak bertemu. Walau Honey tentu tidak keberatan karena sedang bosan.

"Nggak ada apa-apa. Aku hanya ingin berkencan denganmu seperti orang pacaran lainnya, nggak boleh?" Galuh menatap Honey dalam, sedikit memelas membuat Honey segera menggelengkan kepalanya.

"Bukan, aku pikir kamu hanya akan datang saat aku minta, seperti pacar sewaan di film atau drama," jelas Honey.

"Ah, pada awalnya aku memang seperti itu, tapi ada hal di luar dugaan yang terjadi, itu sebabnya lebih baik kita saling berkomunikasi dengan baik. Jadi, kamu tidak bisa memaksaku melakukan sesuatu yang tidak aku mau, aku pun juga begitu."

Honey mengerutkan kening, "Hal diluar dugaan? Dengan klienmu sebelumnya?"

Galuh mengangguk, "Dia klien kedua atau ketiga, aku lupa, hanya sebulan. Kontrak kami berakhir sebelum tiga bulan, dia melanggar kontrak," terang Galuh.

Honey hanya manggut-manggut mengerti, tidak menyangka kalau Galuh pernah mengalami kejadian buruk.

"Kalau begitu, traktir aku es krim," pinta Honey.

"Kenapa?"

"Karena kamu yang mengajakku berkencan."

"Baiklah."Dia menyanggupi membuat Honey kegirangan.

"Mau rasa apa?" tanya Galuh saat mereka sudah berdiri di penjual es krim yang berada di depan XXI.

Honey tampak melihat menu. Berpikir sejenak sebelum memutuskan.

"Itu," ujar Honey sambil menunjuk rasa yang diinginkan.

"Satu, Kak," pesan Galuh.

"Kok, cuma beli satu? Kamu nggak beli?" Honey heran

"Nggak, gigiku sensitif," jawabnya membuat Honey mengangguk-nganggukkan kepalan, baru tahu kalau gigi F sensitif. Di deskripsi situs tidak tertulis tentang itu.

"Jadi, apa saja yang kamu suka?" Honey mencoba mengenal pacar sewaannya lebih jauh.

"Uang."

Honey menahan napas, mencoba bersabar.

"Tinggal di mana?"

"Bumi."

Honey mengelus dada. Masih berusaha tetap sabar.

"Kampusnya?"

"Masih berdiri dan belum kena tsunami."

Honey merapatkan gigi, berusaha untuk tidak menancapkan taring di leher F.

Gadis itu mengembungkan pipi. Kesal. Bahkan melahap es krimnya dalam beberapa kali suapan saja. Melihat itu Galuh hanya mengulas senyuman tipis. Geli. Tak menyangka Honey bisa selucu itu. Dia jadi teringat tentang ucapan Leo, sahabatnya, kalau patokan imut kakeknya seperti Hamtaro. Dia merasa Honey sedikit mirip tokoh kartun itu.

"Kita mau kemana, nih? Dari tadi cuma muter-muter nggak jelas," keluh Honey.

Galuh mengajak Honey ketemuan di mal. Namun,tidak memberikan tujuan pasti. Mereka hanya melewati XXI, dia sama sekali tidak mengajaknya menonton, hanya jalan-jalan dalam arti denotatif.

"Kamu lapar?" Galuh mengartikan keluhan Honey sebagai tanda kelaparan.

"Iya, saking laparnya pengen makan orang," jawab Honey sedikit sewot.

"Waduh, gawat, dong," responsnya tidak peka.

"Gawat kenapa? Kamu nggak bawa uang?"

"Bukan, kalau kamu ingin makan orang, ntar kamu berubah jadi ular piton, dong," ujarnya membuat Honey memasang ekspresi datar.

"Nggak, bukan ular piton," bantah Honey.

"Apa? Zombie?"

"Bukan."

"Terus?"

"Anakonda."

Galuh terbahak membuat mata sipitnya tenggelam. Walau begitu, ketampanannya sama sekali tidak berkurang. Hal itu membuat Honey kesal. Kini dia tahu mengapa laki-laki tampan bebas melakukan apa saja.

"Jangan menatapku begitu, kamu terlihat seperti orang hamil sedang memandangi mangga muda," tegur Galuhmembuat Honey segera mengalihkan pandangannya.

"Si-siapa juga yang lihat kamu," bantah Honey lalu berdeham dan berjalan cepat.

"Hei, Bee. Tunggu, dong."

Galuh segera mengejar Honey, mencoba menyamakan langkah kaki mereka. Honey yang merasa pipinya mendadak panas hanya berusaha berjalan lebih cepat, tidak ingin Galuh salah paham. Kalau jatuh cinta, seluruh hartanya akan lenyap seperti daun tertiup angin. Gadis itu tidak mau itu terjadi. Bahkan sekadar memikirkannya saja membuat bulu kuduk Honey berdiri. Merinding.

"Oh," lenguh Honey tertahan, nyaris menjerit saat melihat Fatah. Laki-laki yang sudah lama ditaksirnya itu sedang memilih-milih baju di bagian diskon. Wajahnya tampak serius. Selain pertemuan yang tidak terduga, Honey merasa bahagia karena Fatah sendirian.

Sendirian. Senyum Honey melebar, kesadarannya kembali dengan segera, meninggalkan raganya yang sebenarnya ingin ditukar-tambah jika bisa.

"Bee."Galuh memanggil Honey tetapi pacarnya seolah sudah tuli dan melupakan semuanya, termasuk dirinya.

"Hei, Bee!" Dia mencoba untuk memanggil Honey sekali lagi. Namun dibaikan lagi.

Galuh mengikuti arah pandang Honey, mencoba mencari tahu apa yang membuat gadis itu seperti kehilangan roh.

"Ah, cowok itu," gumamnya setelah tahu Honey memperhatikan Fatah. Dia tidak mengenal Fatah, tetapi sekilas melihatnya di reuni waktu itu. Dari desas-desus yang didengarnya, Honey menyukai Fatah.

"Mau ke sana?" Galuh menawarkan.

Honey tidak merespons, membuat Galuh menggandeng paksa tangan Honey, menghampiri Fatah.

"Hai," sapanya membuat Fatah yang sedang konsentrasi menoleh ke arahnya.

"Oh, hai," balas Fatah ramah.

"Kamu teman Honey, bukan?"Galuh memulai pembicaraan.

Fatah mengangguk lalu menoleh pada Honey yang hanya tersenyum lebar.

"Hai, Honey," sapanya sambil mengulurkan tangan.

Honey hendak menerima uluran tangan Fatah, tetapi batal. Galuh sudah lebih dulu menyalami Fatah.

"Aku pacar Honey," katanya memperkenalkan diri membuat pupil mata Honey membulat sempurna.

"Ah, salam kenal, aku Fatah, teman Honey. Aku melihatmu saat reuni, maaf nggak sempat berbasa-basi, kamu terkenal sekali di sana, banyak teman cewek mengerumunimu waktu itu," jelas Fatah tanpa diminta.

Galuh hanya mengangguk, "Lantas, bagaimana denganmu? Apa kamu datang sendiri ke sini?"

Fatah mengangguk, "Iya," jawabnya.

"Gadis cantik di reuni waktu itu, ke mana?" Honey tanpa sadar bertanya.

Fatah tersenyum kecil, "Kami sudah putus," jawabnya santai.

Chance. Jantung Honey seakan mau meledak. Bahkan merasa sesak. Cinta yang sudah lama dipendam mendadak menagih untuk diutarakan. Mulutnya bahkan terasa gatal.

"Ah begitu, yasudah, kami pergi dulu," pamit Galuh.

"Eh?" Honey dan Fatah melongo bersamaan.

"Ayo."Galuh membawa Honey menjauh membuat Honey menatap Fatah dengan tangan terjulur, tidak rela. Fatah yang melihat itu hanya mengerjapkan mata. Bingung. Setelahnya fokus lagi memilih baju diskonan.

"Ih, apaan, sih!"

Honey melepas paksa genggaman tangan F. Keduanya berdiri berhadapan.

"Ilermu netes." Galuh menunjuk pada bibir Honey membuat gadis itu kelabakan, "Tapi bohong," lanjutnya membuat Honey melotot marah pada Galuh, merasa dipermainkan.

"Apaan, sih? Aku lagi seneng kok diajak pergi?" Honey protes.

"Kamu pacarku!"

"Trus?"

"Jangan ngeliat cowok lain dengan nafsu gitu, dong. Pengkhianat!"

"Hah? Pengkhianat?" Honey menganga tidak percaya.

"Iya, pengkhianat. Cewek yang nggak setia, aku nggak suka."

Galuh menatap lekat membuat Honey mengernyit. 

Honey bingung kenapa F tiba-tiba marah. Bahkan menyebutnya pengkhianat. Padahal hubungan mereka hanya kontrak belaka. F seharusnya tidak mencampuri urusan pribadinya.

"Asal kamu tahu, Fatah itu cinta pertamaku. Bertahun-tahun, aku hanya mencintainya. Jangan seenaknya ngomong aku pengkhianat, dong. Lagipula, kamu dan aku pacaran karena aku membelimu, jangan banyak tingkah. Kamu bahkan nggak setampan Fatah."

Honey kehilangan kesabaran. Kata-kata menusuk dari gadis itu membuat jantung Galuh seolah diremas. Tatapan mata Honey saat ini terlihat sama seperti tatapan Rena ketika memutuskan hubunganmereka.

"Cinta pertama? Kamu pikir hanya kamu yang memiliki cinta pertama, huh? Jangan asal bicara jika kamu tidak tahu rasanya dikhianati seseorang yang kamu kira akan menjadi cinta pertama dan terakhirmu."

Galuh tampak terluka membuat Honey mendadak menjadi merasa bersalah.

"Aku akan pulang sekarang."

"Ya, silakan."

"Minta uang dua ratus ribu."

"Buat apaan?"

"Gandengan tangan dua kali."

"Hah?"

Honey menatap F tidak percaya.

"Mana?" desaknya.

Honey terpaksa mengeluarkan uang dua ratus ribu lalu memberikannya pada Galuh.

"Makasih."

"Iya."

Dasar rentenir! Honey mengumpat tidak terima diperas, padahal tangannya digandeng bukan atas kemauannya. Tidak adil.

***

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 133K 28
Sudah terbit dan dihapur sebagian. Dapatkan versi cetak Pramitha's Make Up di Grassmedia Grup atau Lotus Publisher. Pramitha geram kala dirinya sela...
15.1M 1.9M 71
[ π™‹π™šπ™§π™žπ™£π™œπ™–π™©π™–π™£! π˜Ύπ™šπ™§π™žπ™©π™– π™¨π™šπ™¨π™–π™©! ] . Amanda Eudora adalah gadis yang di cintai oleh Pangeran Argus Estefan dari kerajaan Eartland. Me...
596K 69.9K 61
[FOLLOW SEBELUM MEMBACAβ™‘] Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdoa supaya uang bergambar monyet di dalamnya digunakan untuk kebaikan. Lalu, saat...
1.1K 161 23
"Woi bebek! Kalo Jumat ini gua mau ngedate sama kak Juyeon kira-kira lu mau nganterin nggak?" "Nggak. Gua cemburu. Gua nggak suka. Lu jangan pergi, o...