PACAR DISKON 30% [ New Versio...

By inag2711

156K 19.8K 1.8K

Berawal dari reuni Lucnut yang mengharuskannya bawa pasangan membuat Honey bertemu dengan F, salah satu stok... More

Prolog
Bab. 1 Her Private Life
Bab. 2 Bad Guy
Bab.4 D-Day
Bab.5 Cheese in The Trap
Bab.6 I Miss You
Bab 7. Because it's My First Love
Bab.8 Best Chicken
Bab 9. Cinderella Man
Bab. 10 Kill it
Bab 11. Smile, You
Bab 12. Possessed
Bab 13. Cross
Bab 14. Miracle We Meet
Bab 15. Confession
Bab 16. Lie to Me
Bab 17. Healer
Bab 18. Alone in Love
Bab.19 Heartbeat
Bab 20. The Real has come
Bab 21. Not Others
Bab 22. About Time
Bab 23 Fall from the Sky
Bab 24. Sorry, I Love You
Bab 25. Failing in love
Bab 26. The Time
PO PACAR DISKON 30% 4 APRIL 2024

Bab. 3 Boyfriend ( Encounter )

6.4K 866 67
By inag2711

"Bego," umpat Honey pada dirinya sendiri dengan mata panda yang cukup besar.

Jika ditanya darimana mata panda besar itu, jawabannya karena kegabutannya membaca ulang pesannya dengan F. Dia baru menyadari bahwa dirinya telah menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan diskon 40%. Ini semua karena otaknya yang rada konslet waktu itu. Keserakahannya yang terlalu antusias untuk pacaran dengan F yang dianggapnya Fatah telah membuat kepintarannya memudar.

"Bego," umpatnya lagi sambil memukul-mukul pelan kepalanya. Tak berani memukul keras, selain karena tidak mau gegar otak, juga pasti terasa sakit.

"Apes," sesal Honey dengan bibir yang sengaja dicebikkan.

Tok. Tok.

Bunyi ketukan pintu disertai panggilan namanya membuat Honey menghentikan tindakannya.

"Non Honey, sarapan, Non."

Itu bukan suara hati, tapi suara Surti, pembantu Honey. Wanita berusia dua puluh lima tahun yang sudah menjadi pembantu rumah tangga di rumah Honey sejak belia. Asalnya dari Jember, pernah sekolah di Mojokerto dan suaminya dari Papua.

"Non, sarapan, Non. Sudah ditunggu Nyonya," ujar Surti lagi.

"Iya, Bi Sur," sahut Honey lalu keluar kamar.

Bi Sur, bukan bisul. Please, jangan salfok.

Surti mengulas senyum menyambut Honey. Wanita dengan rambut keriting dan berkulit kecokelatan itu segera berjalan lebih dulu untuk pergi ke dapur.

Honey pun menuju ruang makan. Di sana, Sindy, Ibu tirinya telah menunggu. Wanita itu memakai pakaian kantor dengan riasan tipis yang membuat wajahnya yang cantik semakin terlihat mempesona.

"Pagi, Honey," sapa Sindy.

"Pagi juga, Bun," sahut Honey yang terbiasa memanggil Sindy dengan panggilan Bunda.

Sindy mengulas senyum lantas mengambilkan sepotong roti yang sudah dilapisi selai dan madu untuk Honey. Setelahnya memberikannya pada anak kesayangannya itu.

"Makasih, Bun," ucap Honey.

"Sama-sama, Dear," sahut Sindy lantas melanjutkan makannya kembali.

Honey pun mulai menyantap sarapannya pagi ini. Mulutnya mulai sibuk mengunyah gumpalan roti.

"Honey, uang bulananmu masih ada, kan?" tanya Sindy yang seketika membuat Honey tersedak.

Gadis dengan pipi bulat itu batuk-batuk membuat Sindy segera menyodorkan segelas susu yang langsung diteguk Honey dengan ganas. Jantungnya serasa mau meloncat keluar mendengar pertanyaan Sindy.

"Ke-kenapa, Bun?" tanya Honey dengan bibir bergetar, gugup.

"Nggak, Bunda cuma mau ngingetin kalau uang bulananmu sebagian ditabung. Jangan boros-boros, oke?" nasehat Sindy.

"O-oke, Bun," sahut Honey dengan senyuman kaku.

"Bagus," ucap Sindy yang membuat Honey menghela napas lega.

"Kamu nggak berencana menghabiskan uangmu dalam sekejap dan untuk hal yang nggak penting, kan?" tanya Sindy dengan tatapan mata penuh curiga.

"Ng-nggak, kok, Bun. Mau buat apa coba, ya kan? Haha."

Honey meradang. Keringat dingin telah mengalir deras dari tubuhnya yang gempal. Ini pertama kalinya Honey berbohong dan dia baru tahu kalau berbohong seperti menahan kentut, bikin sakit perut dan kepala.

"Iya, Bunda percaya sama Honey, kok," ucap Sindy yang membuat rasa bersalah Honey makin meninggi.

"Oh ya, Honey nanti ada acara?" tanya Sindy.

"Ada, Bun," jawab Honey.

"Hm? Apa? Aku kira senggang. Bukannya kamu nggak ada jadwal kursus hari ini?" tanya Sindy merasa heran.

"Ada janji, Bun," jawab Honey.

"Janji? Sama siapa?"

"Teman," jawab Honey.

"Teman? Teman yang mana?" tanya Sindy lagi. Rasa penasarannya mulai muncul. Sindy bukanlah ibu yang kepo, melainkan tahu betul bahwa Honey hanya keluar rumah untuk hal-hal yang dianggapnya penting.

"Teman..." Honey mulai memaksa otaknya untuk berpikir keras. Dia memang bukan seorang yang ahli berbohong tetapi meyakini bahwa seseorang dalam keadaan terdesak biasanya menjadi genius. Itulah yang disebut dengan the power of kepepet.

"Teman sekolah dulu ya?" tebak Sindy.

"Eh?"

"Kan besok Honey reuni, ya kan?" tanya Sindy yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Honey.

"Iya, Bun. Besok Reuni, haha," kata Honey dengan tawa yang dipaksakan.

"Honey mau datang?" tanya Sindy.

Honey mengangguk mengiyakan.

"Sudah punya pacar emangnya atau Honey berencana menjadi Pohon Bonsai?" tanya Sindy membuat bibir Honey kembali melengkungkan sengiran penuh kenestapaan.

"Honey nggak akan jadi pohon, kok, Bun," bantah Honey.

"Oh, punya pacar?" tanya Sindy dengan mata yang membulat tak percaya.

Honey mengangguk mengiyakan.

"Ganteng nggak?"

Honey terdiam.

"Ah, jelek ya? Selama nggak parah banget jeleknya nggak apa-apa, kok. Kesetiaan nomer satu," ucap Sindy setengah menggoda anak tirinya.

"Ganteng, kok, Bun. Tinggi, kurus, unyu dan..."

Mahal.

Honey tak bisa melanjutkan ucapannya. Bibirnya mendadak terasa kaku.

Sindy tersenyum geli.

"Iya, iya, Bunda percaya. Pacar Honey pasti ganteng, kan Honey imut banget," puji Sindy.

Honey hanya mengulas senyuman tipis.

"Makasih, Bun," ucapnya tulus meski ada rasa bersalah yang kembali menyelusup di dalam hatinya.

Sore ini Honey akan bertemu dengan dengan F, pacar yang dibelinya dari situs www.jual-belipacar.com. Gadis itu berencana memastikan 'wajah' F sebelum datang ke reuni besok. Dia memang tak bisa membatalkan pembelian, tetapi setidaknya dia bisa menyiapkan mental jika ternyata sosok F tidak sesuai dengan harapan.

Honey tidak ingin kecewa atau mengecewakan orang lain. Seandainya F jelek pun, dia tak ingin sampai membuat pemuda itu merasa tidak nyaman atau terhina. Dia tahu betul bagaimana rasanya dihina karena suatu kekurangan yang terdapat di dalam diri seseorang. Oleh karena itu, dia tak ingin orang lain merasakan apa yang pernah dirasakan olehnya.

Tubuh Honey memang kebanyakan lemak, tetapi hatinya masih berfungsi dengan baik. Gadis bulat itu bukanlah manusia dengan seonggok daging dengan hati mati.

"Mana ya," gumam Honey dengan gelisah sembari melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam empat lewat lima belas menit.

Honey dan F sepakat bertemu jam empat sore di sebuah Mall. Selain untuk melakukan pembayaran secara Tunai seperti apa yang F minta, Honey juga ingin bernegosiasi tentang hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pacaran. Terlebih F mengatakan bahwa dirinya memiliki aturan tertulis mengenai hal itu. Honey yang merasa hanya membutuhkan F untuk reuni pun tidak merasa keberatan sama sekali dengan itu.

"Telat amat," dengus Honey lagi. Gadis itu mulai cemberut, BT. F telah membuatnya menunggu di pertemuan pertama mereka.

"Dia penipu bukan, sih? Kok, nggak datang-datang ya?"

Honey mulai meragukan kesungguhan F. Meski begitu, dia tak ingin buru-buru mengambil kesimpulan. Dia masih berusaha menunggu kedatangan atau sekadar kabar dari F. Walau tadi F tidak menjawab pesan atau telpon darinya.

"Unch, si lebah di sini."

Teguran itu seketika membuat Honey menoleh secara otomatis. Perasaannya yang sudah buruk menjadi semakin buruk ketika melihat wajah Laila. Bukan Laila Majnun melainkan Laila Fitriani, teman sekolah yang dulu menjadi salah satu perisak Honey.

"Ngapain bengong sendirian? Lagi liatin cowok-cowok buat dipungut dan dibawa ke reuni besok ya?" ejek Laila.

"Jangan nyari di sinilah, tempat sampah, tuh! Atau TPA sekalian, ya nggak?" imbuh Laila sembari meminta dukungan teman-temannya.

Bak burung Beo, dua teman Laila hanya mengiyakan. Mereka terlihat seperti seorang perisak dan dayang-dayangnya.

"Sudahlah, Gendut. Terima saja kenyataan kalau nggak ada yang mau sama kamu. Kenapa nggak Operasi plastik atau lemak aja sih? Kekayaanmu itu jadi sia-sia lho, ya kan?" oceh Laila yang kembali mendapat dukungan setia dari kedua temannya.

"Aku datang, kok," ungkap Honey. "Dengan pacarku."

"Oh ya?" tanya Laila meragukan.

Honey mengangguk mengiyakan.

"Iya, sekarang aku sedang menunggunya. Sepertinya dia kena macet jadinya terlambat," jawab Honey.

"Macet? Jam segini? Yakin dia dari Bumi bukan planet lain?" ledek Laila.

"Kamu akan tahu dia besok," ucap Honey. "Aku harus pergi dulu. Sampai jumpa."

Honey berlalu pergi bahkan tak menoleh ke belakang sama sekali. Gadis berpipi tembem itu menghela napas lega setelah tahu bahwa Laila lebih memilih untuk pergi daripada mengejarnya.

"Mati aku, pasti dia akan mengerjaiku habis-habisan besok," sesal Honey. Dia memang terlihat cukup berani tetapi tak pernah berlangsung lama. Dia akan segera menyesali apapun yang sudah dikatakan atau dilakukannya.

"Kenapa aku selemah ini coba," ratapnya.

Suara dering telpon membuat Honey menghentikan ratapannya. F menelponnya.

"Ya?"

"Maaf, Bee. Hari ini aku nggak bisa ketemu. Ada urusan darurat. Bisa kita ketemu langsung di acara reuni saja? Aku pasti datang, kok."

Honey terdiam, terpukau dengan suara khas lelaki yang terasa begitu dalam, berat tetapi lembut. Ini pertama kalinya dia mendengar nada suara lelaki yang sangat terdengar 'hangat' kepadanya.

"Halo? Bee, kamu di sana kan? Nggak apa-apa ya nggak ketemu sekarang?" tanya F sekali lagi.

"Ng-nggak masalah, kok. Iya, ketemu langsung di reuni nggak apa-apa," jawab Honey yang mendadak speechless.

"Makasih, Bee. Maaf juga baru ngabarin," ucap F merasa bersalah.

"Nggak masalah, kok. Kamu nggak harus minta maaf sama aku," sanggah Honey.

"Harus minta maaf, dong," bantah F.

"Kenapa?"

"Kan kamu pacarku," jawab F yang membuat Honey serasa melayang ke kayangan.

Gadis itu hanya terus senyum-senyum sendiri sampai telpon berakhir. Dia bahkan tak tahu apa yang sudah mereka bicarakan tadi.

Honey mulai melangkah dengan girang sambil sesekali bersiul.

Pacar.

Satu kata itu telah membuat kewarasan Honey hijrah dari Bumi secara sukarela.

***
TBC.

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN WATTPAD, INSTAGRAM DAN TIKTOK INAG2711 YA. YANG MAU FOLLBACK, PC AJA YA. JUGA, JANGAN LUPA NABUNG AGAR PAS PO ( KALAU TERBIT ), BISA LANGSUNG IKUTAN. THANKS.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 73.9K 22
[Telah diterbitkan oleh Namina Books. Tersedia di Toko Buku Online dan Google Play Store] Link PlayStore: https://play.google.com/store/books/details...
18.4K 12.8K 35
Berpijak di tempat yang sama, belum tentu akan bersama selamanya. Ada sebuah rasa yang tersisip, tapi terpaksa direlakan hanya karena sebuah prinsip...
27K 1.7K 24
"Dasar cacing pita",ucap Ara yang mendengus kesal "Lo cacing kremi,idih jijik gue"sahut Devan "LO CACING PITA!"bentak Ara "Masih mending cacing pita...
4.4M 113K 32
(WARNING 18+ FOLLOW DULU BARU BACA) "Metta mau nenen" "Iya, Samudra" "Metta mau peluk" "Sini" "Metta mau buat anak" "Ayo" Ini cerita tentang Samudra...