[DS#2] Between Me, You and Wo...

By Fionna_yona

906K 54.7K 1.9K

Cerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai... More

Wajib Baca
Prolog
Mr. Gio Armano Kenneth Dimitra
Little Girl
Bingung ๐Ÿ˜ฎ
What I've Done?
Kemarahan Arman
Would You Forgive Me?
Start Falling
Asha
bukan update
Arman's Anger
Atasan Aneh!
Bisa-bisa Jatuh Cinta
Gadis Kesayangan
I'm Right Here
Pretty Boy
Yes, I Would
I'm The Only One
Mempertahankan!
Serigala Betina๐Ÿบ๐Ÿบ
He's Back
Dimitra's Future Daughter-In Law
Give You All Of Me
Malu ๐Ÿ™ˆ
Arman's Promise
He Did It
Have A Nice Dream
Girl's Quarrel
Pencarian Dimulai
Lega
Kemungkinan Terburuk
Aku Janji โœŒ
Tolong Jaga Dia
Keras Kepala
Pengusiran
Meminta Penjelasan
Pamit
Heran
Saving Her
Penjelasan
Janji
Meminta Restu?
Sempurna
Calon Menantu Dimitra
Selamat Malam ๐Ÿ˜ด
Apa Aku Pantas?
Like an Alpha ๐Ÿบ
Pantas Saja!
Bad Party
Bad Party, or Not?
Fitting
๐ŸŽŠThe Day๐ŸŽŠ
The Happy Ending? or Not?
Sucker
Sweetness in Ibiza
๐Ÿ›ซ Flight Home ๐Ÿ›ฌ
Sehat-Sehat
Kemurkaan Arman
Tunggu Sebentar
Princess Ella
Ketenangan
A Day With Ella
Welcome To The World
Prahara
Maaf
Jangan Pergi!
Maafkan Aku
Awas Saja!
Baiklah
Remarried
Takut
Selamat Malam๐Ÿ˜ด
Scary Couple
Alvian Sakit
Anak Serigala๐Ÿบ
Kembar Berdebat
Janji Arman
Ketika Si Kembar Berkelahi
Cepat Bangun!
Cepat Sembuh
Pelajaran Kecil ๐Ÿ˜ˆ
Good Daddy
Dimitra's Next Daughter In Law
Insecurity
Like Father Like Son
Like An Angel
The Wise Albern
Terima Kasih (End)
Special Part 1 #1

Like A Child

10.9K 620 8
By Fionna_yona

"Aku pulang dulu," Arman beruujar sambil mengecup kening Natasha dengan sayang.

"Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Aku akan langsung kesini," sambungnya.

Natasha mengangguk. Dia memeluk Arman dan menyandarkan kepala di dada bidang Arman sambil menghirup wangi pria itu sebanyak yang dia bisa.

"Alesha menemanimu. Kalau kamu masih takut, tidur dengannya saja. Dia tidak akan keberatan. Dia sejak kecil ingin sekali punya kakak perempuan,"

"Hn..."

Arman mengusap punggung Natasha dengan perlahan sampai gadis itu melepaskan pelukannya dan menjauhkan diri darinya.

"Aku pulang, ya,"

"Hati-hati di jalan,"

Arman tersenyum. Dia berbalik dan berjalan menuju lift. Sementara Natasha menutup pintu apartment itu. Arman mengeluarkan mobilnya dari parkiran apartment dan segera menuju ke pinggiran jakarta. Daerah pergudangan tua yang sudah lama tidak terpakai.

Satu setengah jam perjalanan, Arman sampai disana. Dia memarkirkan mobilnya di salah satu gudang yang di depannya sudah ada beberapa mobil terparkir. Arman turun dan masuk ke dalam gudang itu.

"Dia orangnya?"

"Iya, tuan muda,"

Arman menatap bengis orang-orang di depannya. Dia mengambil kursi dan duduk disana.

"Ayahku tahu hal ini?"

"Tidak tuan muda. Tuan tidak tahu,"

Arman mengangguk kecil. Dia mengeluarkan sepasang sarung tangan karet dari kotaknya. Dia memakai sarung tangan itu.

"Selagi aku masih berbaik hati, sebaiknya kalian akui apa yang kalian lakukan pada gadisku,"

"Sa-saya tidak tahu apa-apa,"

"Tidak tahu apa-apa?"

Pemuda di yang tadi berbicara langsung terdiam saat mendengar nada suara Arman. Dengan lambat pria itu meneguk ludahnya.

"Kami hanya dibayar untuk membawa badannya ke dalam ruang penyimpanan itu,"

"Siapa yang membayar kalian?" Tanya Arman.

"Seorang pria,"

Bugh!

"Aku bisa lakukan itu lebih dari yang kau bayangkan," ancam Arman setelah melayangkan bogemannya ke pipi pria di depannya.

Pria itu meringis dan diam. Arman mulai kehabisan kesabaran dia menarik kerah baju pria itu dan mengangkat tangannya.

"No!" Pekik pria satunya.

Arman menoleh ke arahnya. Pria berperawakan tinggi dengan wajah western yang sangat nampak jelas.

"Ronald. He told us to do that. He paid us,"

Arman melepaskan tangannya dari pria di depannya.

"Be ready," ujar Arman.

"For what?"

Arman diam saja. Dia hanya melepas sarung tangan karet di tangannya sambil berbalik.

"Sebarkan berita tentang mereka dan hubungan mereka berdua. Lepaskan mereka besok pagi dengan keadaan naked di ruang yang sama dengan tempat mereka mengurung Natasha. Lalu, cari Ronald dan bawa dia kesini,"

"Baik tuan,"

Arman pergi dari sana. Dia bergerak menuju ke apartment-nya kembali. Alesha baru saja menghubunginya.

"Ada apa?" Tanya Arman saat dia sampai.

Alesha masuk ke dalam mobil Arman.

"Kenapa kakak melakukan itu?" Tanyanya.

"Melakukan apa?"

"Kakak tahu maksudku,"

Arman mengerutkan keningnya.

"Menandai kak Natasha," Alesha akhirnya berujar.

"Oh itu..."

Arman mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia mencari parkiran yang cukup jauh dari mobil-mobil lainnya.

"Kak,"

"Aku hanya tidak mau dia terpuruk karena tahu pria bajingan itu menyentuhnya," ujar Arman.

"Aku tidak mengerti,"

"Alesha, coba kamu bayangkan. Kamu berada di posisinya. Apa yang kamu rasakan?"

Alesha mengerutkan keningnya. Dia tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Natasha. Dia hanya mendengar versi singkat dari sang ayah tadi.

"Kamu berada di kampus lalu, ditarik ke kamar mandi, dibius, dan saat kamu sadar kamu berada di ruang penyimpanan dengan keadaan basah kuyup dan hampir naked,"

Alesha menganga. Dia terlalu kaget mendengar apa yang dialami oleh Natasha.

"Kalau kamu menjadi Natasha, saat kamu menemukan bekas kissmark di badanmu apa yang akan kamu lakukan?"

Alesha mengerti. Dia paham kenapa kakaknya memilih bertindak seperti pria mesum yang "menandai" miliknya. Kakaknya hanya ingin melindungi Natasha dari rasa takut. Dia paham kenapa kakaknya menutup semua kissmark itu dengan kissmark baru yang sang kakak berikan.

"Kakak takut kak Natasha berpikir dirinya sudah 'ternoda'?"

Arman mengangguk. "Dia sudah memikirkan itu tadi. Saat kakak datang dia memeluk kakak dengan ketakutan. Lalu, dia terlelap. Saat dia baru terlelap, dia menjerit-jerit. Kakak tanya padanya apa yang terjadi padanya,"

"Kak Natasha menceritakannya?"

"Hn. Lengkap dengan pemikiran dan ketakutannya tentang dirinya yang ternoda,"

"Tapi, orang itu tidak melakukan apapun pada kak Natasha, kan?"

"Tidak. Dia tidak melakukannya. Mungkin jika tadi sampai malam kakak tidak menjemputnya, dia akan melakukannya,"

"Keterlaluan sekali orang itu,"

"Dia sudah hampir memperkosa Natasha dua kali. Jika hari ini kakak tidak datang mungkin itu akan menjadi kesempatan baginya untuk melakukan itu,"

Alesha bisa melihat kemarahan besar di mata kakaknya. Dia tahu kakaknya sangat menyayangi Natasha. Well, Alesha sendiri juga menyayangi gadis itu. Dia orang yang mudah disayangi. Dengan kecantikan wajah juga hatinya, sikapnya yang sopan dan santun, kepintarannya, ketanggapannya, dan tingkat kesabarannya yang tinggi, membuat dia mudah disayangi semua orang.

"Ya sudah. Alesha mau masuk ke dalam. Mau menemani kak Natasha. Selamat malam kakak,"

Arman tersenyum. Dia mencium kening Alesha dan mengucapkan "selamat malam" pada adik bungsunya itu.

"Besok kakak kesini lagi?"

"Tentu saja,"

"Belikan aku pizza saat kakak kesini besok,"

"Okey. Akan kakak bawakan,"

Alesha berjalan memasuki apartment Arman sendiri melajukan mobilnya menuju ke gedung kantornya. Dia memilih tidur di kantornya saja.

........

Pagi-pagi benar, Arman sudah ada di depan pintu apartment miliknya. Dia duduk di sebelah pintu apartment itu. Arman menundukkan kepalanya dan menyandarkannya di lututnya.

"Apa yang kau banggakan darinya? Dia hanya anak seorang jalang! Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya!"

"Jika dia jalang itu artinya kau adalah gigolo gila yang mengejar harta! Apa yang kau lakukan padannya adalah bukti kalau kau orang yang menderita kelainan jiwa!"

"Dia pantas diperlakukan begitu!"

Bugh!

"Sialan kau! Membela jalang itu sampai seperti itu!"

"Berani kau sebut dia jalang, aku akan menghabisimu!"

"Hahaha! Dia adalah jalang yang akan selalu menjadi jalang! Mau kau memandikannya dengan air tujuh sumur dan memakaikannya pakaian mahal sekalipun dia memang rendah dan murahan!"

Jleb!

"Sudah aku katakan untuk tidak menghinanya. Jangan salahkan aku kalau aku menghentikanmu dengan caraku!"

Arman menghela berat. Dia baru saja kembali dari gudang tua. Dia tidak tidur semalaman. Kini yang ingin dia lakukan adalah memastikan gadisnya beristirahat dengan nyaman tanpa rasa takut. Pintu di sebelahnya terbuka dan saat itu Arman mengangkat kepalanya.

"Sayang," panggil Arman dengan senyum di bibirnya.

Ya. Sosok yang baru saja membuka pintu itu adalah Natasha. Arman tersenyum lega saat melihat gadisnya baik-baik saja. Arman berdiri dan langsung memeluk Natasha dengan erat.

"Kamu dari tadi disana?" Tanya Natasha.

"Ya,"

"Ayo masuk!"

Arman mengangguk. Dia masuk dan langsung duduk di sofa. Alesha baru saja turun dari atas dan langsung mencolek pinggang kakaknya.

"Apa, de?"

"Pizza mana?"

"Pesan sendiri, nanti kakak bayar,"

Alesha tersenyum. Dia memesan pizza dari toko pizza yang buka 24 jam. Arman membaringkan badannya di sofa. Tak butuh waktu lama dan dia terlelap. Sebelumnya di meletakan dompetnya di atas meja dan mengatakan pada Alesha untuk membayar pesanannya dengan uang di dompetnya itu.

"Kak..." panggil Alesha membangunkan kakaknya.

Setelah memanggil sang kakak sampai sepuluh kali, Alesha menyerah dan memilih memakan pizza itu berdua dengan Natasha saja.

"Kak Natasha,"

"Hm?"

"Kapan kakak akan menikah dengan kak Arman?"

"Hm? Mungkin nanti,"

"Oh begitu..."

Keheningan kembali menghampiri mereka. Baik Natasha maupun Alesha sama-sama sibuk dengan pemikiran mereka.

"Kak, bulan depan aku ujian, lalu, menunggu kelulusan. Aku jadi kuliah di tempat kakak ya?" Ujar Alesha.

"Kakak saja mau pindah kuliah,"

"Kenapa?"

"Kakakmu meminta kakak pindah,"

"Ya sudah. Nanti kalau kakak kuliah di tempat baru, beritahu aku. Kalau tempatnya nyaman dan menyenangkan, aku mau kuliah disana,"

Natasha mengangguk kecil. Selesai makan, dia mulai membersihkan tempat tinggalnya itu. Dia mencuci pakaiannya, mengelap perabot di rumah itu, menyapu bahkan mengepel rumah itu. Beruntungnya, mesin cuci di apartment itu cukup senyap. Jadi, Natasha tidak perlu takur Arman akan terbangun karenanya.

Pukul 3 siang, pekerjaan rumahnya baru selesai. Alesha juga sedikit membantu tadi, meski tidak bisa serapi Natasha.

"Mau dibuatkan makan malam apa?" Tanya Natasha pada Alesha sambil membuka kulkas.

"Aku sih mau nasi goreng, kak,"

Natasha mengangguk. Dia memilih mengeluarkan bahan untuk membuat puding.

"Alesha suka buah apa?"

"Hampir semua buah aku suka. Kecuali, buah duku dan yang sejenis itu..."

"Hmmm... kakak mau membuat puding cokelat, mangga, vanilla, dan mungkin stroberi. Kamu mau?"

"Boleh. Cokelat saja kak. Aku lebih suka puding cokelat,"

Natasha mengangguk dia membuat puding dengan dua rasa berbeda. Satu loyang untuk rasa cokelat, satu loyang puding vanilla, dan tentu saja satu loyang dengan rasa mangga.

"Arman..." panggil Natasha saat hari mulai sore.

"Arman..." Natasha duduk di lantai dia menggoyangkan lengan Arman dengan perlahan.

Butuh usaha keras untuk membuat Arman terbangun. Setidaknya saat ini Natasha sudah melihat tanda-tanda Arman akan bangun.

"Arman, ayo bangun! Tidak baik tidur saat hampir magrib," ujar Natasha sambil mengingat pesan ibunya.

Meski agamanya bukan muslim akan tetapi, ibunya selalu mengingatkannya untuk tidak tidur saat mendekati waktu magrib. Pamali kalau kata orang tua jaman dulu.

"Hm?"

"Bangun Arman, sudah mau magrib,"

"Nat..." rengek Arman.

"Kata mama aku dulu, tidak baik tidur saat hampir magrib. Ayo bangun dulu! Nanti baru lanjut tidur lagi,"

Menurut Arman membuka matanya dan tersenyum. Tangan kekar Arman menarik tengkuk Natasha agar kepala gadis itu mendekat ke arahnya.

Cup!

Arman mengecup kening dan ujung hidung Natasha. Arman melepaskan Natasha dan bangun dari posisinya. Sungguh, Natasha ingin tertawa melihat Arman yang baru bangun. Rambutnya acak-acakkan, mata dan bibirnya masih agak bengkak akibat baru bangun.

"Aku ambilkan air minum dulu,"

Arman meraih pinggang Natasha dan tidak membiarkan gadis itu pergi. Dia bahkan merengek pada Natasha hingga Natasha terbahak.

"Kamu seperti anak kecil, Arman,"

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 112K 59
"Walaupun ูˆูŽุงูŽุฎู’ุจูŽุฑููˆุง ุจูุงุณู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุงูŽูˆู’ุจูุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.4M 131K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
1.3M 188K 57
Type istri idaman Janu Praba Cakrawala itu gadis seperti Kanina; cerdas, dewasa, mandiri, serta selalu membuat nyaman. Konyolnya dia justru dijodohka...
2.1M 125K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...