HALAQAH CINTA

By fitriana2912

3M 269K 12.3K

SEGERA TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut sa... More

SEGERA TERBIT!!!
Prolog
CAST & ROLEPLAYER
HC 1
HC 2
HC 3
HC 4
HC 5
HC 6
HC 7
HC 8
HC 9
HC 10
OFFICIAL TRAILER
HC 11
HC 12
HC 13
HC 14
HC 15
HC 16
HC 17
HC 18
HC 19
HC 20
HC 21
HC 22
HC 23
HC 24
HC 25
HC 26
HC 27
HC 28
HC 29
HC 30
HC 31
HC 33
HC 34
HC 35
HC 35 (b)
HC 36
HC 37
HC 38
HC 39
HC 40
HC 41
HC 42
HC 43
HC 44
HC 45
HC 46
HC 47
HC 48
HC 49
HC 50
OFFICIAL TRAILER 2
HC 51
HC 52
HC 53
HC 54
HC 55
HC 56
HC 57
HC 58
HC 59
HC 60
HC 61
HC 62
HC 63
HC 64
Epilog
Extra Part
Official Instagram & Tiktok
Tertanda, Annisa Shaqina Azzahra
Tertanda, Annisa Shaqina Azzahra (2)
BISMILLAH CINTA

HC 32

32.5K 3.3K 58
By fitriana2912

"Biarkan semua berjalan apa adanya dan berlalu semestinya."

Annisa tidak bisa menutupi rona bahagia saat tau perasaannya berbalas. Nama yang selalu terselip dalam semoganya benar memiliki rasa yang sama, tetapi dia tidak bisa untuk mengatakan 'aku cinta kamu' layaknya apa yang selama ini ingin diungkapkan.

"Empat tahun itu lama, saya tidak tau takdir yang Allah tulis saat saya menunggu Gus Malik. Saya takut kecewa dan mengecewakan."

Dia bisa saja kuat menunggu Malik selama itu. Menjaga perasaannya hanya pada satu laki-laki, tapi Annisa tidak ingin mendahului kehendak. Jika nantinya Malik bukan jodohnya, penantiannya akan sia-sia dan hatinya akan kecewa. Bukan hanya dirinya, Malik juga, keduanya akan sama-sama tersakiti.

Lalu untuk apa komitmen selama itu jika akhirnya tidak bersama? Setan akan menertawakan mereka, yang ada hanya buang waktu untuk menunggu yang tidak pasti. Ikatan cinta mereka belum pada tempatnya. Belum sah dan tidak terikat syariat.

Untuk apa Annisa menjaga cintanya dalam diam untuk tetap suci? Jika pada akhirnya akan berlumur dosa.

Wajah bahagia Malik saat menyatakan perasaan berganti menjadi raut kekecewaan. Harusnya dia juga sadar kalau Annisa akan menolaknya. Dia tau belasan laki-laki sudah ditolak, maka dari itu dia juga harus sadar diri.

Tetapi Malik hanya tidak ingin terlambat. Meskipun ditolak, setidaknya Annisa tau jika dia memiliki perasaan untuknya. Tidak apa, mungkin cukup sampai di sini.

"Ya, tidak apa. Mungkin perasaan saya yang salah tempat. Terima kasih, setidaknya kamu tau sebelum saya pergi jauh," berat sekali mengatakan ini. Malik mencoba melawan. "Sekarang sudah pasti, harapan saya bukan lagi abu-abu. Setidaknya saya tau, pergi saya bukan untuk kamu nanti."

"Assalamualaikum, Annisa." Malik berbalik, melangkah pergi meninggalkan balkon. Senja di langit Jogja seperti tertawa atas patah hatinya.

Annisa menggigiti bibir bawah bagian dalam. Permata bening sudah menggenang di pelupuknya, siap meluncur.

Maaf, Gus. Saya ndak bisa jujur. Sampai setelah hari ini pun, Gus Malik masih menjadi harapan dalam doa saya.

Menyesal, itu pasti. Ini lebih menyakitkan daripada Annisa menolak Elang dulu. Saat itu Annisa sedih karena telah menyakiti hati Elang sampai kakak kelas itu kecelakaan, Annisa menyalahkan diri.

Sekarang lebih dari itu, dia telah membohongi perasaannya. Annisa tau Malik akan sakit hati karena ucapannya meskipun itu tolakan halus. Tetapi dia lebih menghargai komitmen dirinya sendiri untuk tidak pacaran sebelum menikah.

Malik memang tidak mengajaknya pacaran, tetapi sebuah ikatan sebelum pernikahan bukankah itu sama saja? Dia hanya akan terus zina hati saat dalam penantian nanti terus memikirkan dan khawatir akan Malik. Lebih baik dia berserah diri.

Annisa memandang punggung Malik yang semakin menjauhinya. Air matanya telah sukses turun, dia terisak kecil. Membohongi diri jika tidak mencintai laki-laki itu menyakitkan. Seperti makan hati.

"Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu.

Karena saya takut, saat kalimat 'aku cinta kamu' yang terlantun tanpa ridho Allah, itu adalah langkah pertama saya untuk kehilangan kamu."

Annisa mengatakannya pelan. Jujur itulah yang dia rasakan. Namun dia tidak ingin Malik tau sebelum dirinya benar-benar siap. Dia masih kecil, baru tujuh belas tahun. Bukannya Malik tadi juga bilang bahwa siapnya untuk melamar adalah setelah lulus kuliah?

***

Maghrib kali ini semua peserta shalat masing-masing di kamar, tidak seperti sebelumnya yang mampir dulu ke masjid.

Di kamar 305, Sinta menjadi imam dari ketiga teman lainnya. Annisa, Dewi, dan Alya, salah seorang adik kelas yang mengikuti kegiatan ini dan anggota rohis. Tangisan yang tadi sudah berhenti, kembali jatuh tat kala Sinta melantunkan ayat-ayat cinta dari Allah dengan merdunya.

Ada rasa bersalah yang menelusup dalam hati. Bersalah karena telah memupuk hatinya dengan perasaan dan menyakiti Malik. Sebenarnya dia bahagia pemuda itu memiliki rasa yang sama dengannya, bahkan dia sempat tidak percaya. Annisa juga ingin mengungkapkan apa yang dirasakan, namun komitmen hatinya untuk tetap menyimpan semua itu dalam diam sampai waktunya lebih kuat.

Maaf, Gus Malik. Sekarang belum waktunya. In Syaa Allah, jika saya adalah bagian dari tulang rusukmu, saya akan kembali.

Semoga rasamu akan tetap sama. Nanti, di waktu yang tepat.

Selesai shalat berjamaah Annisa diberondong pertanyaan oleh teman-teman sekamarnya. Mereka khawatir karena tangis Annisa tidak juga berhenti sampai selesai shalat. Gadis itu juga tidak mau menjelaskan apa yang terjadi padanya.

"Aku nggak papa. Cuma tadi keinget aja yang bikin sedih," alasannya.

"Beneran nggak papa, nis? Jangan ditutupi kalo nggak kuat. Kita ini teman," kata Dewi yang disetujui oleh Sinta.

Sinta juga merasa aneh dengan sikap Annisa yang mendadak sendu. Sahabatnya itu selalu pandai menutupi masalah pribadi, hampir tidak pernah Sinta tau cerita tentang Annisa.

"Aku nggak papa. Tadi cuma lagi sedih aja, abis ini enggak kok."

Tidak ada yang tau jika setahun terakhir Annisa telah jatuh cinta pada sosok Malik Ahmad Multazam. Pemuda idaman para akhwat dan mertua. Annisa sukses menyimpan perasaannya begitu rapi, hanya Allah yang tau lewat lantunan doa yang dipanjatkan setiap selesai shalat.

Pilihannya sudah tepat. Mungkin Allah tidak mengizinkan mereka bersama sekarang, siapa tau beberapa tahun lagi. Annisa juga bertekad untuk menunggu Malik sampai laki-laki itu selesai kuliah di Mesir. Meskipun Malik tidak tau dan melupakannya. Itu juga kesalahan Annisa karena tidak mau jujur.

Sekarang Annisa hanya ingin pasrah. Rumit memang jika cinta belum tepat pada waktunya.

Ponsel di atas kasur berdering nyaring. Annisa bangkit dan mengambil ponsel itu, ada telepon dari sepupunya yang memang tinggal di Jogjakarta. Tangannya segera mengusap air mata dan menetralkan suara agar terdengar baik-baik saja.

"Assalamualaikum, halo?"

[Waalaikumussalam. Ketemuan yuk, aku udah di Malioboro sama Bang Ihsan.]

"Kok ndadak banget bilangnya. Kata Bang Ihsan abis Isya' ketemuannya."

[Biar surprise, lagian deket kan sama hotel? Tinggal jalan doang.]

Annisa mendengus, Arka senang sekali menyusahkannya. "Lagian kenapa nggak kamu aja yang ke sini? Bisa ketemu di hotel, lagian ini kan punya papa kamu."

[Enak di Malioboro, sini lagi bagus. Lima belas menit, aku tunggu.]

Gadis itu hendak menyela, namun bunyi tut tut sudah terdengar. Arka memutuskan panggilan sepihak, membuat mood Annisa semakin tidak baik.

Inginnya Annisa menenangkan diri dulu sebelum bertemu dengan Ihsan dan sepupunya, Arka. Namun paksaan dari Arka yang mau ketemu saat ini tidak bisa dia bantah. Lagian mereka juga sudah menunggu, Annisa tidak mau menyusahkan.

Setelah melepas mukena, Annisa langsung memakai pashmina berwarna coral yang tadi sore dia pakai. Pashmina itu pemberian Malik beberapa bulan yang lalu setelah selesai kelas mengaji. Tadi sore Malik juga memujinya karena memakai pashmina itu, mendadak hatinya kembali ngilu.

"Mau ke mana, nis?" tanya Sinta.

"Mau ketemu Abang sama adek aku. O ya, nanti kalau kalian mau keluar koordinir dulu sama Naufal. Bilang juga ke dia, aku pergi bentar." Annisa buru-buru mengambil flat shoes dari rak belakang pintu.

"Nggak ditemenin, nis? Ini baru selesai maghrib." Dewi menawarkan.

Annisa menggeleng, menolak tawaran Dewi. "Nggak usah, kalian istirahat aja dulu. Aku udah hafal kok jalanan sini. Assalamualaikum."

Setelah pamitan Annisa langsung turun ke lantai dasar dengan lift dia sudah tidak sabar untuk bertemu kakak laki-lakinya. Siapa tau dengan pertemuan nanti suasana hatinya kembali baik.

***

Malik baru selesai makan saat melihat Annisa keluar dari hotel. Dia yang sebelumnya hendak kembali ke kamar jadi urung, ingin mengikuti gadis yang pergi sendirian di malam ini.

"Riz, duluan saja ke kamar. Saya mau keluar sebentar," ucapnya pada adik kelas sekamarnya.

"Nggak ditemenin, mas? Saya mau loh nemenin," tawar Rizky namun Malik menolak.

"Nggak usah, saya cuma mau nyari angin."

Dia tidak mau disangka penguntit yang mengikuti Annisa atau pikiran-pikiran yang lain. Biar dirinya saja yang tau tentang perjalanan ini.

"Ya wes, saya duluan ke kamar, mas. Hati-hati."

Setelah Rizky kembali ke kamar lebih dulu, Malik langsung keluar dari hotel. Langkahnya cepat mencari jejak Annisa. Dia tidak mau kehilangan jejak, meskipun telah ditolak Malik hanya ingin memastikan Annisa baik-baik saja.

Hatinya merasa tidak baik, selain karena kejadian tadi sore ada sesuatu yang mengganjal. Dia khawatir, tentu. Annisa masih jadi bagian dari hatinya. Keadaan Annisa juga tidak baik, terlihat dari matanya yang sendu. Oleh karenanya, Malik ingin menjaga gadis itu dari kejauhan.

Sampai dia melihat gadis dengan gamis merah muda sedang berjalan ke arah Malioboro, Malik bisa mengikuti dari jarak tiga meter. Sesekali dia membalikkan badan atau bersembunyi di antara jubalan para pejalan kaki saat Annisa menoleh ke belakang.

Setidaknya sebelum benar-benar saling menjauh, Malik ingin merasa dekat meski sebentar saja.

-Halaqah Cinta-

Tulungagung, 18 Juni 2019

Continue Reading

You'll Also Like

19.5K 1.8K 29
Alby yang suka ketenangan, dan Naura yang selalu membawa keramaian. Bagaimana jika mereka disatukan? Bagi Naura, Alby hanyalah laki-laki dingin, tega...
2M 8.7K 5
!Republish Secara Bertahap! Start: 05 Mei 2018 Finish: 10 Januari 2019 Highest rank : #458 in romance (23 November 2018) #59 in romance (26 November...
19.1K 2.2K 32
[SONGLIT - ROMANCE - RELIGI] Mencintai diam-diam adalah hal yang biasa, namun berani bersaing secara nyata tidak banyak orang yang bisa. Itulah yang...
5.8K 879 36
Bagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Lang...