PACAR RAHASIA : Bukan Lagi

By DNF_17

891K 39.2K 8.9K

Sequel of Pacar Rahasia. Boleh loh kalo mau follow dulu :) Cerita untuk remaja 17 tahun ke atas cover by @d34... More

PACAR RAHASIA 2 : BUKAN LAGI
Bos ???
Cemburu?
Daffa
Viona
Marah
Gengsi
Kak Shane Gila
Manja
Tunangan
Kenyataan
BonBin
Hancur
Belum
Maaf
Semoga Ini Benar
Sesak
Mas
Dedek Bayi
Ancaman
Menikah
Jahatnya Suamiku
Monyet
Dasi
Noda Kopi
Pedas
Sakit Perut
Jatuh Cinta Lagi
Kebiasaan Baru
Ngidam
Nangis
Pelampiasan
Imutnya
Jodoh
Kecewa
Cantik Katanya
Jangan Manja Lagi
Kok Gini Sih?
Lelah
Terserah
Hm?
Rasa Apa Ini?
Sakit Luar Biasa
Shane Kecil
Anak Papa Katanya
Modus
Gak Lucu
Ada Apa Ini?
STOP
Grup Chat
Lagi dan Lagi
BEKA
BeKa Sudah Update
🎁GIVE AWAY TIME🎁
PENGUMUMAN GIVEAWAY
Extra Part 1
Extra Part 2
Extra Part 3
Extra Part 3 bagian 2
Extra Part 3 bagian 3
Tanya Dong, Jawab Yak
Extra Part 4
Extra Part 5
Extra Part 6
Extra Part 7
Extra Part 7 bagian 2
Extra Part 9
Extra Part 10

Extra Part 8

11.3K 493 234
By DNF_17

Kandunganku sudah membesar, kira- kira sudah 7 bulan aku mengandung. Selama itu juga aku melakukan aktivitasku di tempat tidur.

Kehamilanku kali ini berbeda dari yang pertama. Badanku rasanya lemah sekali dan aktivitasku di batasi.

Bahkan kak Shane juga melarangku melakukan apapun. Inilah yang membuatku bosan sekaligus sedih.

"Mama, mama" Dedek kuki berlarian masuk ke dalam kamarku. Kini aku sedang duduk bersandar sambil memijit kakiku. Rasanya nyeri nyeri, padahal aku tidak jalan kemanapun.

"Iya sayang?"

"Mau andi, mau andi" Dedek kuki mendekat.

"Mau mandi?" tanyaku, dedek kuki pun mengangguk.

Memang sudah jarang sekali aku memandikan dedek kuki. Kak Shane dan Mama Gina lah yang biasa melakukannya, mereka jugalah yang melarangku memandikan dedek kuki.

"Tunggu papa pulang ya" ucapku perlahan.

"Huaa mau andi sekalang" dedek kuki menarik- narik tanganku.

"Sayang, kaki mama sakit"

Dedek kuki diam sebentar menatapku, di sudut- sudut matanya masih mengalir bulir air mata. Aku kasihan juga melihatnya.

"Dedek nanti kalau adik udah lahir, mama janji bakalan mandiin dedek setiap hari" ujarku.

Detik berikutnya dedek kuki sudah naik ke atas ranjang dan duduk didekat kakiku.

"Aki mama akit?"

"Iya sayang"

Betapa terharunya aku melihat dedek kuki mulai menekan pelan kakiku bermaksud untuk memijat.

"Yang ana mama? Yang ini?" tanya dedek kuki sambil menunjuk kaki kananku. Aku hanya mengangguk melihat tingkahnya.

Tiba- tiba tak lama kemudian kak Shane datang lalu menghampiriku.

Cup

Kak Shane mengecuk keningku, itu adalah hal pertama yang pasti kak Shane lakukan.

"Anak papa lagi ngapain sih?" Tanya kak Shane yang di abaikan oleh dedek kuki.

"Dedek" panggil kak Shane.

"Ya?" kali ini dedek kuki menoleh tanpa berhenti memijit kakiku. Walaupun sebenarnya hanya dielus dan di tekan sedikit dengan jari- jari mungilnya.

"Lagi ngapain sih anak papa?" kak Shane mengulangi pertanyaannya.

"Adek ijitin mama bial mama bica andiin adek"

Aku benar- benar tidak bisa membendung air mataku. Aku kasihan sekali melihat dedek kuki.

"Uh pinternya anak papa" kak Shane menggendong dedek kuki. Dedek kuki pun mulai menangis.

"Huaaaaa hikss hikss mau andi cama mama" tangisan dedek kuki semakin kencang membuat hatiku semakin sakit melihatnya.

"Cup cup cup, mandi sama papa ya dek? Biasanya juga mandi sama papa" kak Shane menepuk- nepuk berusaha menenangkan.

"Hikss hikss" dedek kuki mengangguk.

Kak Shane lalu membawanya ke dalam kamar mandi. Tak butuh waktu lama dedek sudah selesai mandi. Kini giliran aku yang memakaikannya baju.

Dedek kuki berdiri di atas ranjang dan kak Shane menyiapkan baju.

"Dingin ya dek?"

"Yaya inginn" katanya sambil berpose seperti orang kedinginan.

"Hehehe sini sini peluk mama"

"Nanti bacah, adek ganti aju dulu"

Lucunya anakku, tidak mau memeluk hanya karena tidak ingin aku basah.

"Ini sayang" ucap kak Shane.

"Makasih ya kak, ayo sini dek mama pakekin baju"

"Yeayy" seru dedek kuki.

Dedek kuki tersenyum lebar sekali, beberapa menit kemudian aku telah selesai memakaikan baju. Aku merapikan rambut dedek kuki, tanpa sadar air mataku kembali menetes.

"Sayang, jangan nangis" bisik kak Shane.

"Dek, main sama kak Airin dulu yuk" ajak kak Shane.

"Yaa" lirih dedek kuki sambil menunduk.

Tak lama setelah kak Shane membawa dedek kuki keluar, kak Shane datang dengan membawa satu piring makan dan satu gelas susu.

"Kenapa belum makan?" tanya kak Shane.

"Gakpapa" lirihku sambil mengusap pipiku yang masih basah.

"Kamu tuh udah aku bilangin berapa kali? Jangan lupa makan, jangan sampe terlambat, kalau Bibi bawa makanan ke kamar jangan di tolak lagi" kak Shane marah.

Aku hanya mengangguk dan menunduk diam.

"Makan sekarang, aku suapin" ujar kak Shane tegas membuatku mendongakkan kepalaku lagi.

Aku mengunyahnya perlahan sambil menunduk. Aku tahu kak Shane terus memperhatikanku.

"Udah selesai ngunyahnya?"

Aku menggeleng.

"Gaksuka makanannya?"

Aku kembali menggeleng.

"Yaudah di makan lagi, ayo"

Tiba-tiba saja ponsel kak Shane berdering, kak Shane meletakkan piring dan mengambil ponselnya.

"Halo, ada apa dokter Mila?" ujar kak Shane pada ponselnya. Aku sedikit kaget mendengarnya. Apalagi saat kak Shane berdiri dan keluar kamar.

Dokter Mila, kak Shane lagi- lagi masih menyimpan nomornya.

Ahh tak apa mungkin memang sedang ada urusan

Aku cepat- cepat menghabiskan setengah nasi dan meminum susu itu. Setelahnya aku berbaring.

"Udah selesai makannya?" tanya kak Shane yang baru saja kembali.

Aku mengangguk

"Jangan tidur, gak baik tidur sore- sore"

"Iya"

Kak Shane masuk ke dalam kamar mandi, sepertinya mandi. Sedangkan aku hanya bisa menatap langit- langit kamar. Mengapa harus seperti ini? Dulu aku kuat- kuat saja saat hamil dedek kuki.

"Kak Shane mau kemana?" tanyaku saat melihat kak Shane sudah rapi lagi.

"Mau keluar sebentar"

"Kemana?"

"Ada sedikit urusan sebentar"

"Dokter Mila ya kak?"

"Emm iya"

Aku tidak bertanya lagi dan membiarkan kak Shane pergi. Aku percaya pasti ada sesuatu yang harus di urus.

"Pergi dulu ya" pamit kak Shane.

"Iya, hati- hati kak Shane"

Tapi, setelah kak Shane pergi. Bermacam pikiran menghantuiku. Aku baru menyadari bahwa keadaanku sekarang sangatlah tidak baik, aku tidak make up sama sekali. Aku bahkan mandi hanya di lap itu pun di bantu oleh Mama Gina. Aku memakai baju seadanya. Apa mungkin kak Shane bosan?

"Ocha"

"Eh Mama" aku kaget melihat Mama Gina sudah di kamarku.

"Mau mandi sekarang cha?"

"Iya boleh ma"

Mama Gina membantuku turun dari tempat tidur dan memapahku ke kamar mandi.

"Ma, wajah Ocha kusut banget ya?"

"Enggak kok"

"Maafin Ocha ya ma, gara- gara Ocha mama jadi repot gini"

"Gakpapa sayang, Mama seneng kok, ini kan juga demi kebaikan menantu dan cucu Mama"

"Hikss"

"Loh kamu kenapa nangis"

"Ocha pengen sehat kayak dulu"

"Gakpapa, nanti kalau adeknya udah lahir pasti Ocha bakalan sehat kayak dulu" Mama Gina mengelus pelan rambutku.

"Hikss makasih ya ma"

"Iya sekarang Mama lap dulu ya"

Beberapa menit kemudian aku telah selesai. Mama Gina kembali membawaku ke tempat tidur.

"Ma, Ocha mau ngaca bentar, boleh minta tolong?"

"Yaudah sini" Mama Gina membantuku duduk di depan cermin.

Aku mencoba melihat wajahku di cermin, memang tak sesegar dulu. Mama Gina juga memperhatikanku.

"Ocha, Mama sisirin ya" tawar Mama Gina, aku pun mengangguk.

"Ocha?"

"Iya Ma?"

"Mau enggak Mama kepangin rambutnya?"

"Hehe boleh Ma, tapi jangan semua"

"Iya, pasti cantik deh kamu"

Mama tampak serius sekali mengepang dan merapikan rambutku. Bahkan mama membubuhkan jepit rambut yang sangat cantik.

"Taraaaaa cantik banget mantu mama"

"Ahh mama bisa aja, mama pinter banget"

"Ini mah aslinya yang punya rambut cantik"

"Ehehe mama bikin Ocha malu aja"

"Ohiya mau mama make- up in sekalian?"

"Emm" aku berpikir sejenak.

"Udah udah sini mama bedakin"

"Ma, jangan tebel- tebel tipis aja"

"Siapp"

Aku tersenyum, senang sekali memiliki mertua seperti Mama Gina. Tidak memarahiku sama sekali. Sayang sekali padaku seperti Bubun.

"Ma, mama beneran mau nyusul papa tinggal di luar negeri?"

"Iya, kalau adik nya dedek kuki udah lahir tentunya"

"Hm, pasti Ocha bakalan kangen mama"

"Harus dong"

"Hehe iya Ma"

"Mama kok bisa sih tinggal pisah sama papa lama banget?"

"Hm, awalnya Mama juga gak bisa, karena keadaan dan udah biasa jadi gakpapa"

"Ocha gak bisa kayak Mama, Ocha gak bisa jauh jauh dari kak Shane, Ocha gak sanggup. Ocha takut di tinggal kak Shane Ma, Ocha takut kak Shane bosen sama Ocha"

"Siapa yang mau ninggalin kamu, Siapa juga yang bosen sama kamu" suara kak Shane mengagetkan aku dan Mama.

Aku dan Mama menoleh ke arah belakang.

"Shane, ngagetin aja kamu" ujar Mama.

"Udah nih, istrinya udah cantik, kangen kamu tuh, gak mau di tinggal katanya" goda Mama lalu pergi keluat kamar.

Kak Shane mendekat padaku, aku malu.

"Sayang"

"Hm?"

"Sini aku bantuin ke tempat tidur"

Aku kira kak Shane hanya akan memapahku tapi ternyata dia membopongku. Aku kaget lalu mengalungkan tanganku pada leher kak Shane.

"Kak Shane" geramku.

"Hehe maaf"

Kini kak Shane membantu duduk bersandar. Entah ada apa, kak Shane memegangi tangaku dan menciumnya beberapa kali.

"Ada apa?" tanyaku.

"Enggak, kamu cantik hari ini"

"Kemarin- kemarin gak cantik?"

"Cantik kok, tapi hari ini berkali- kali lipat lebih cantik"

"Tapi dokter Mila berkali- kali lipat lebih cantik setiap hari, iya kan kak Shane?"

"Kok kamu ngomongnya gitu sih?"

"Ya eman...."

Cup

"Kak Shane ihhh hikss hikss" aku kesal.

"Loh kok nangis sih?"

Cup

"Kak Shane.....ihh gak suka, dedek bayinya gak suka di cium kak Shane hikss hikss"

"Kamu kenapa sih sayang?"

"Gakpapa hikss hikss"

"Sini sini ah, bilang aja pengen di peluk iya kan?"

"Hikss hikss"

Kak Shane duduk disampingku dan memeluku.

"Cup cup cup, bumil jangan cengeng dong"

"Biarin"

"Aku tinggal nih"

"Tinggal aja sana"

"Yaudah aku tinggal beneran nih ya" kak Shane melepaskan pelukannya dan beranjak pergi.

"Huaaaaaaa jahat"

"Hahaha" tawa kak Shane melihatku.

Kak Shane dengan cepat kembali mendekat dan memelukku.

"Bumil nya siapa sih ini, imut"

Kak Shane mengeratkan pelukannya padaku.

"MAMA PUNA NA ADEK" teriak dedek kuki.

(Mama punyanya adek)

Ternyata dedek kuki sudah berdiri di depan pintu. Aku dan kak Shane pun tertawa melihat dedek kuki dengan wajahnya yang lucu.

***

Udahan dulu ya extra partnya

Hehehe

Sampai ketemu di lain waktu






Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 181K 48
Elang menikahi Nadella, karena orangtuanya menyuruhnya. Sungguh, dalam pikirannya tidak pernah sekali pun terlintas menikahi gadis yang bahkan seumur...
802K 71.7K 65
Alana Putri tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan berubah menjadi begitu rumit karena harus terjebak dalam sebuah ikatan konyol bernama perni...
627K 85.5K 38
17+ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! ******* "Semoga lo nggak dapat jodoh! Dasar cowok brengsek!" "Kalau gue nggak dapat jodoh, Tuhan harus adil, lo juga...
2.5K 244 40
Bagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu k...