[DS#2] Between Me, You and Wo...

By Fionna_yona

905K 54.7K 1.9K

Cerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai... More

Wajib Baca
Prolog
Mr. Gio Armano Kenneth Dimitra
Little Girl
Bingung 😮
What I've Done?
Kemarahan Arman
Would You Forgive Me?
Start Falling
Asha
bukan update
Arman's Anger
Bisa-bisa Jatuh Cinta
Gadis Kesayangan
I'm Right Here
Pretty Boy
Yes, I Would
I'm The Only One
Mempertahankan!
Serigala Betina🐺🐺
He's Back
Dimitra's Future Daughter-In Law
Give You All Of Me
Like A Child
Malu 🙈
Arman's Promise
He Did It
Have A Nice Dream
Girl's Quarrel
Pencarian Dimulai
Lega
Kemungkinan Terburuk
Aku Janji ✌
Tolong Jaga Dia
Keras Kepala
Pengusiran
Meminta Penjelasan
Pamit
Heran
Saving Her
Penjelasan
Janji
Meminta Restu?
Sempurna
Calon Menantu Dimitra
Selamat Malam 😴
Apa Aku Pantas?
Like an Alpha 🐺
Pantas Saja!
Bad Party
Bad Party, or Not?
Fitting
🎊The Day🎊
The Happy Ending? or Not?
Sucker
Sweetness in Ibiza
🛫 Flight Home 🛬
Sehat-Sehat
Kemurkaan Arman
Tunggu Sebentar
Princess Ella
Ketenangan
A Day With Ella
Welcome To The World
Prahara
Maaf
Jangan Pergi!
Maafkan Aku
Awas Saja!
Baiklah
Remarried
Takut
Selamat Malam😴
Scary Couple
Alvian Sakit
Anak Serigala🐺
Kembar Berdebat
Janji Arman
Ketika Si Kembar Berkelahi
Cepat Bangun!
Cepat Sembuh
Pelajaran Kecil 😈
Good Daddy
Dimitra's Next Daughter In Law
Insecurity
Like Father Like Son
Like An Angel
The Wise Albern
Terima Kasih (End)
Special Part 1 #1

Atasan Aneh!

11.6K 661 16
By Fionna_yona

Note:

Numpang tanya bentar. Itu part yg Arman's Anger ke up berapa kali ya kak, di hp kalian? Soalnya di tempat aku dia g ke publish terus. Jadi akunya publish ulang terus dari kmrn...

Klo dia memang notifnya jadi berkali2 di hp kakak2, saya mohon maaf...

Anyway, selamat baca kakak...

.............

Natasha menatap Arman dengan raut terkejutnya. Arman tidak menggubris tatapan itu. Dia terlalu sibuk menatap ke arah pria di depannya.

"Jadi, lebih baik anda pergi dari sini, sebelum polisi yang akan menyeret anda," ancam Arman.

Pria itu pergi. Arman menggeser badannya dan Natasha agar sedikit merapat ke dinding.

"Tunggu disini sebentar, okey,"

Arman mengurus masalah pembayaran segelas jus tadi yang dia ambil dari pelayan. Lalu, Arman menghampiri meja keluarganya.

"Pi,"

"Kamu mau pulang?"

Arman mengangguk. Dia yakin, keluarganya melihat apa yang terjadi tadi. Jadi, Arman memilih mengangguk saja.

"Nanti aku jelaskan. Tolong jangan beritahu oma Agatha,"

Semua orang mengangguk. Arman pamit dan kembali ke tempat Natasha.

"Asha?" Panggil Arman.

Natasha menundukkan kepalanya. Arman melihat kedua tangan Natasha saling meremas dan sedikit gemetar. Arman menarik napasnya dalam-dalam. Dia memegang tangan Natasha yang saling meremas itu, menggenggamnya dengan sedikit kuat.

Natasha mengangkat kepalanya dengan cepat saat melihat tangan besar yang menggenggam kedua tangannya.

"P-pak..." panggil Natasha dengan terbata.

Arman menarik tangan Natasha yang dia genggam. Dia mendorong bagian belakang kepala Natasha ke arah bahunya. Dia menahan kepala Natasha untuk tetap berada di bahunya dengan tangan kirinya.

"Ssstt... don't be afraid! You'll be fine,"

Menunggu sampai Natasha tidak terlalu gemetar, Arman mengusap pelan tangan Natasha yang masih dia genggam di tangan kanannya. Sampai dia merasa Natasha sudah tenang, Arman baru melepaskan kepala Natasha.

"Ayo, kembali ke kantor!" Ajak Arman.

Arman pergi bersama Natasha dari reatorant itu. Dia tidak menyadari apa yang dia lakukan pada Natasha menarik perhatian para pengunjung. Termasuk di dalamnya ayah dan keluarganya.

"Alesha rasa, kak Natasha bukan hanya sekedar sekretaris bagi kakak,"

"Maksud kamu?" Tanya Julio.

"Aku berani bertaruh, kakak akan menjalin hubungan dengan kak Natasha nanti,"

"Aku setuju, om," ujar Alexander, paman dari Arman dan Alesha.

Bahkan Alvaro mengangguk.

"Anakku sudah menemukan orang yang bisa menghilangkan kearoganannya..."

.............

Natasha menatap Arman yang sejak tadi duduk di sebelahnya dengan tatapan yang tetap menatap ke arah lembaran kertas di depannya. Sesekali tangan Arman mencoret beberapa bagian sebelum dia kembali menekuni kertas itu. Natasha merasa dia sudah cukup lama duduk di sebelah boss-nya ini. Bukan apa-apa, dia hanya merasa sikap boss-nya hari ini agak sedikit berbeda dari sewaktu dirinya magang dulu.

"Kenapa?" Tanya Arman tanpa menoleh membuat Natasha terkejut.

"Eh?"

"Kenapa menatap saya terus seperti itu? Ada debu menempel di wajah saya?"

"Hah? Ti-tidak, pak. Tidak ada. Wajah bapak baik-baik saja,"

Arman mengerutkan keningnya dan menoleh ke arah Natasha, membuat gadis itu terlonjak kaget dan kini menatap Arman dengan rasa takut.

"Apa tadi katamu?"

"Wa-wajah bapak... baik-baik saja," jawab Natasha dengan takut-takut.

Natasha takut Arman akan marah dengan kelakuannya. Akan tetapi, bukannya marah, Arman malah terbahak dengan keras. Natasha sampai kaget mendengarnya. Dia tertegun mendengar dan melihat tawa lepas dari sosok arogan di depannya.

"Maaf... tapi, ucapanmu benar-benar aneh,"

"Hah?"

"Wajah saya baik-baik saja? Oh, ya ampun! Kamu mengatakannya seperti wajah saya habis terkena angin topan atau pukulan saja,"

Natasha mengerti maksud Arman jadi dia terkekeh kecil. Dia mengakui ucapannya memang agak aneh. Setelah tadi Natasha tertegun, kini gantian Arman yang tertegun. Dia tidak pernah menyangka akan ada seorang perempuan selain ibu dan adiknya yang memiliki senyum semenawan itu. Hanya Natasha. Hanya gadis itu saja yang mampu membuat Arman merasa ada kehangatan dan letupan dalam dirinya saat melihat Natasha tersenyum dan terkekeh.

'Dia cantik,' batin Arman.

Eh-tunggu dulu! Apa tadi dia bilang? Natasha cantik? Fixed! Otak Arman bermasalah.

Arman tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk merapikan rambut Natasha yang menutupi wajah cantiknya. Arman menyelipkan rambut yang nakal itu ke belakang telinga Natasha. Tawa Natasha langsung terhenti. Dia menoleh dan saat itu matanya juga mata Arman saling menatap.

Arman berdeham kecil. Dia menarik tangannya dan memilih duduk dengan posisi semula di kursinya. Arman memeriksa kembali lembaran kertas di depannya. Natasha sendiri langsung duduk dengan tenang di sebelah Arman.

"Nanti malam, kamu ada acara?" Tanya Arman setelah dia menenangkan dirinya.

"Tidak, pak,"

"Hnn..."

Natasha memejamkan matanya dengan kepala tertunduk. Dia berusahan menenangkan degub jantungnya yang benar-benar cepat dan keras. Natasha sampai takut Arman akan bisa mendengar suara detakan jantungnya.

"Temani saya malam ini, ya?"

"Hah?!" Natasha menjawab dengan kaget.

Dia merasa telinganya sudah bermasalah. Dia juga langsung menoleh ke arah Arman dengan cepat.

"Temani saya malam ini. Kita makan malam bersama,"

Natasha semakin yakin dia sedang berhalusinasi. Sangat aneh baginya mendengar ajakan yang baru saja Arman lontarkan. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Asha?"

Merasa tidak ada jawaban, Arman menoleh dan mendapati wajah Natasha yang merona hebat tengah menatap ke arahnya juga. Demi Tuhan! Arman merasakan jantungnya yang baru saja tenang kembali berulah. Bahkan Arman bisa mendengar detakan jantungnya sendiri saat ini.

"Ba-bapak se-serius?" Tanya Natasha dengan tergagap.

Arman terkekeh kecil. Dia mengangguk. Tangan Arman tergerak untuk mendarat di atas puncak kepala Natasha. Dia mengacak pelan rambut di puncak kepala Natasha.

"Saya yakin, kamu punya banyak hal yang ingin ditanyakan tentang hal tadi dan mungkin permintaan maaf saya juga," ujar Arman.

"Permintaan maaf?"

Arman mengangguk. Dia menjauhkan tangannya dari rambut halus Natasha.

"Nanti akan saya jelaskan. Jadi, mau menemani saya malam ini?"

"Te-tentu,"

Arman terkekeh kecil mendengar Natasha menjawabnya dengan tergagap akibat kegugupannya. Arman membiarkan Natasha keluar dari ruangannya. Dia sendiri melanjutkan pekerjaannya. Selain itu, Arman juga mengambil sebuah amplop cokelat yang lumayan besar dari laci mejanya. Dia mengeluarkan isi amplop itu.

"Natasha Wijaya," gumam Arman saat membaca kertas di tangannya.

Tangan Arman tanpa sadar mengusap foto di kertas itu.

"Mi, dia cantik. Apa mami setuju kalau dia menjadi menantu mami?" Gumam Arman pada foto ibunya yang ada di meja kerjanya.

Arman membaca lembaran kertas itu dengan serius. Semua biodata dan keseharian Natasha ada disana. Termasuk di dalamnya alasan Natasha berhenti kuliah selama dua tahun.

"Well, dia terlalu baik. Mereka melakukan hal ini padanya,"

Arman memikirkan sesuatu sebelum akhirnya dia menghubungi seseorang.

"Bian, tolong bersihkan apartment milikku,"

Senyum di bibir Arman terbit. Arman segera memasukan kertas iu ke dalam amplop dan dia kembali memasukan amplop itu ke dalam laci. Arman meraih ponselnya di meja saat ponsel itu bergetar.

"Ya, pi?" Tanya Arman pada ayahnya.

"Papi bercanda?"

"Oh, ya Tuhan!"

"Tentu saja, pi. Tentu,"

Arman menutup panggilan itu. Bibirnya tersenyum lembut namun, senyum itu tidak bertahan lama.

"Dia kembali. Bagaimana kalau dia masih tidak memaafkanku?"

"Mami... tolong bantu Arman, mi,"

Arman menghempaskan tubuhnya ke kursi kebesarannya. Dia mendongakkan kepalanya dan menghela gusar. Dia senang jugat takut. Menjelang pukul lima, Arman menutup semua pekerjaannya. Dia keluar dengan amplop cokelat besar di tangannya.

"Asha," panggilnya.

"Ya, pak?"

"Sudah selesai?"

"Sedikit lagi, pak,"

Arman mengangguk. Dia memilih duduk di kursi kosong di sebelah Natasha. Dia memperhatikan Natasha yang nampak sibuk dengan pekerjaannya. Natasha juga mengikat rambut panjangnya menjadi ponytail.

"Sudah?" Tanya Arman saat Natasha merapikan mejanya.

"Sudah,"

Arman mengangguk dan berdiri. Dia menunggu Natasha dan dia berjalan.

"Jalan di sebelah saya, Asha,"

Natasha menjawab dengan gugup. Dia mengangguk dan berpindah menjadi ke sisi kanan Arman. Sampai di lobi, Arman dan Natasha berjalan bersama. Dia melihat beberapa pegawai pria menatap Natasha tepat ke arah leher gadis itu. Memang leher Natasha cukup jenjang dan menggoda siapapun untuk mengecupnya.

"Eh?" Natasha terkejut saat tangan Arman tiba-tiba berada di kepalanya dan menarik ikat rambutnya hingga kini rambutnya terurai.

"Jangan pernah menguncir rambutmu kecuali saat jam kerja!"

"Ba-baik pak,"

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 230K 61
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
31.7K 5.7K 17
Dewa adalah sosok pria yang posesif, keras, tidak terbantahkan dan kejam. trauma masa kecilnya membuat dia berubah menjadi seperti itu. dia mengengga...
3.6K 972 32
SELESAI || PART MASIH LENGKAP Allah akan menguji iman masa mudamu dengan didatangkannya sosok yang dulu pernah diminta. Seseorang yang selalu riuh da...
132K 7.5K 28
"Kamu harus nikah sama saya" ucap Denis. Mata Renita membulat kaget "Idih, apa-apaan? Enak aja" katanya dengan nada jijik. "Tidak ada penolakan! Kamu...