Heyyoww, acha is backkk! makasih banyak yang udah mau baca, suka dan ramein LEANDER <3
Jangan lupa follow ig ku @achaamrn buat baca versi AU nya 🏁🖤
***
MEISYA terbangun begitu mendengar pengumuman sebentar lagi mereka akan sampai di tempat tujuan.
Biasanya kalau ketiduran, lehernya terasa sakit-sakit dan pegal tapi kali ini entah kenapa kepalanya terasa ringan, seperti menindih sesuatu yang empuk.
Wait... what? DIA KETIDURAN?!!!
Sontak Meisya terlonjak ketika membuka matanya dan sadar bahwa sedari tadi dia tertidur... di bahu Devan.
"Bangun juga lo akhirnya. Berat tau ga?" keluh Devan seraya memijat pundaknya sendiri.
"Katanya berat tapi lo biarin gue tidur di pundak lo, lawak amat," batin Meisya.
"Udah ngiler. Ngigo lagi. Ga malu lo?"
Jantung Meisya seketika mau copot. "H-Hah?! Ng-Ngigo gimana?"
"Lo ngigau, bilang... 'Devan, please, kiss me," jawab Devan. Siapapun, tolong tampar Meisya sekarang juga!!
"T—Terus?" Meisya mendadak gagap.
"Y—Ya.. Gue cium lo lah," jawab Devan membuat wajah Meisya langsung merah padam.
Cewek itu langsung menyentuh bibirnya sendiri. Jadi dari tadi dia...
Devan malah mendengus menahan tawa. "Gue bercanda anjir."
"SIALAN, GA LUCU BERCANDA LO!!" teriak Meisya malu sementara Devan malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi cewek itu.
"Emangnya lo mau gue seriusin, hm?" tanya Devan membuat wajah Meisya kembali memanas.
Saking kesalnya, ia memukul lengan kekar lelaki itu keras-keras. "NAJIS!!!"
"Bercanda kali. Lagian ogah banget gue nyium lo. Mulut lo bau menyan tau gak?" Devan melirik Meisya remeh. "Ya walau ga bau menyan sekalipun, mau bau melati, atau bau surga sekalipun, gue juga gak akan cium lo kali. Gausah kegeeran."
"J—JADI LO BALES DENDAM?!!"
***
"Jiakkkhh, Si Boss ngelamun mikirin Mei-Mei."
Suara berat itu membuat Devan yang tengah mengenakan tali sepatu conversenya di depan musholla menoleh dan menemukan cowok berwajah garang dengan tubuh kekar namun lembek kalau sudah bucin.
Siapa lagi kalau bukan Gio, Sang Perisai REVOLVER?
Well, saat ini Devan dan Gio masih berada di musholla rest area selesai melaksanakan sholat dzuhur. Karena perjalanannya cukup jauh, jadi bus mereka berhenti dulu di rest area.
Jangan tanya yang lain di mana. Rey masih dzikir di dalam musholla. Sementara Raffa baru ambil wudhu.
"Ck, ngapain juga gua mikirin dia? Mending gua mikirin cara ngurus bebeknya Raffa dari pada titisan Badarawuhi itu," balas Devan ketus namun Gio malah tertawa dan duduk di samping dia. Meliriknya dengan tatapan meledek.
"Lo beneran suka kan sama Meisya?" tebak Gio membuat jantung Devan hampir copot.
"Y—YA KAGAK LAH!! GILA LO YA?!!" teriak Devan refleks.
Gio terkekeh. "Kagak salah lagi, kan?"
"Inget, Gi. Gue bisa depak lo kapan aja kapanpun yang gue mau," ancam Devan tanpa menatap Gio sama sekali. Cepat-cepat dia menenteng ransel hitamnya di pundak kiri dan meninggalkan Gio. "Udah gausah bahas dia lagi!! Denger nama dia aja bikin gue badmood tau gak?!"
"Lo bisa ngelak, tapi mata lo ga bisa bohong," ujar Gio seraya berjalan menyusul Devan.
Dan itu membuat Devan tambah malu hingga harus memalingkan wajahnya yang terasa panas.
Mau ditaruh di mana harga dirinya kalau Gio sampai melihat Sang Ketua REVOLVER nge-blush?
"Terserah lo dah, intinya gue gak suka sama Mei! Lo tau kan tipe gue kayak gimana? Gue itu suka sama cewek baik, kalem, anggun. Bukan cewek rese kayak gitu! Udah mulut kayak toa mesjid, kelakuan kayak nenek lampir, sok bener lagi gayanya. Cih, najis amat!!" sanggah Devan.
"Lo tau gak? Setiap lo bohongin dan hindarin perasaan lo sendiri, secara gak langsung perasaan itu malah semakin besar?" Gio masih saja tak berhenti.
"Kayaknya lo seneng bener gangguin gue," ujar Devan kesal. "Gak ada kebahagiaan lain selain itu?"
"Gak ada." Gio tertawa. "Kebahagiaan gue ya... cuma interact sama anak-anak REVOLVER, terutama lo. Dalam bentuk apapun itu. Gitu aja gue udah bahagia."
Langkah Devan terhenti. Ia menatap Gio dengan alis tebalnya yang bertaut.
Kenapa tiba-tiba topiknya jadi serius?
"Makanya gue berterima kasih sama lo, Dev." Gio tersenyum, namun Devan bisa melihat kilat terluka di mata emerald lelaki itu.
"Makasih udah diriin REVOLVER sebagai rumah gue. Satu-satunya tempat di mana gue bisa ketawa, bisa berkeluh kesah, saling bantu satu sama lain... Well, even gue 'gak punya' keluarga, tapi gue gak merasa sendirian dan kesepian lagi. So, i just want to say thank you," lanjut Gio mengusik relung hati Devan. Seketika ia merasa bersalah.
Karena sebenarnya, semuanya tidak seindah seperti yang Gio kira.
"Sorry, Gi," batin Devan.
***
Dua jam berlalu. Semua murid XII-IPA 1 akhirnya sampai di Planetarium "Sirius Palace" milik Ketua Yayasan SMA Atlaska yang luar biasa sangat mewah, indah, futuristik dan realistik hingga seakan mereka benar-benar berada di luar angkasa.
Pada awalnya semua murid harus berkeliling Planetarium sambil mendengar penjelasan guru sekaligus melakukan observasi.
Tapi bukan anak SMA Atlaska namanya kalau tidak berulah. Bukannya mendengar penjelasan guru, mereka malah ada yang selfie bareng, ada yang bucin, tiktokan atau sibuk merekam video di Planetarium ini buat konten.
Kecuali Yutha, Si murid teladan yang capernya naudzubillah di depan guru. Dia malah inisiatif jadi 'pemandu wisata' teman-temannya.
"Kalau yang ini namanya Orion. Salah satu rasi bintang paling terang dan paling indah di langit malam," jelas Yutha membuat semuanya berseru kagum. "Terletak di ekuator langit hingga bisa terlihat di seluruh bagian bumi."
"Waaaahhhh..."
"Bintangnya cantik banget, ya?" tanya Nindya pada Winona di sampingnya.
"Iya. Kayak kamu," sambar Rey dari belakang.
SHIT!! JANTUNG NINDYA PINDAH KE LAMBUNG!!
Seketika semua pura-pura batuk. "Uhukk!!"
"R—Rey, lo kenapa sih suka banget godain gue?" tanya Nindya salah tingkah.
"Biar saya bisa liat kamu senyum. Manis," jawab lelaki pemilik mata biru tersebut membuat hati Nindya kejedar-kejedur.
Bukannya bilang terima kasih atau apa, Nindya malah kabur dari sana dan lari sekencang-kencangnya.
"Lah? Nin! Lo mau ke mana?!" teriak Winona heran.
"Nyari UKS!!"
"Hah? Ngapain?"
"MAU PINGSAN!!!"
"MUMPUNG LAGI DI PLANETARIUM MENDING LO PINDAH PLANET SEKALIAN, NIN!!!" saran Winona.
"OTW MARS!!!!"
Rey yang melihat itu dari kejauhan tertawa pelan. Lucu sekali. Dia jadi gemas dan tambah ingin menjahili gadis itu kan?
"Kenapa gue punya temen begini amat, Ya Gusti." Kila memijit pelipisnya pening. Memang dua anak itu suka bikin malu.
"Ninin aja kali, gue mah masih waras," protes Winona.
Raffa tiba-tiba muncul entah dari mana dan mendekati Winona. "Neng Wina mau dibikin salting juga gak?"
"Ga. Lo bau kandang babi," tolak Winona menusuk.
"Hahah mamam. Makanya abis berternak minimal mandi, Fa," sambar Sarah.
"Kena nista mulu gua perasaan. Kapan punya doinya kalo kek gini," batin Raffa tertekan.
Sementara yang lain ribut, Meisya dan Devan saling diam-diaman. Meisya masih canggung akibat kejadian di bus tadi. Sementara Devan kepikiran dengan kata-kata Gio.
"Lo tau gak? Setiap lo bohongin dan hindarin perasaan lo sendiri, secara gak langsung perasaan itu malah semakin besar?"
***
Kerja kelompok dimulai. Semua murid pun mulai mencari teman kelompok. Meisya memutuskan sekelompok dengan Nindya, Winona dengan Shintya dan Kila, Sarah dengan Cheryl, begitu juga dengan anak-anak REVOLVER.
Hanya Sonia yang belum mendapat kelompok.
Bukan karena tidak ada yang mau sekelompok dengannya. Banyak!! Apalagi anak-anak cowok! Tapi Sonia menolak mereka tanpa alasan yang jelas.
Dan sekarang Sonia malah menghampiri Meisya yang kini berjalan sendirian di tengah kerumunan. Tampaknya gadis itu mau ke toilet.
"Meisya, kamu udah ada kelompok?" tanya Sonia ramah.
"Udah," jawab Meisya.
Melihat Sonia yang kini menyipitkan mata sambil memperhatikan wajah Meisya dengan bingung, Meisya mengerenyit heran.
"Kenapa?"
"Itu kamu pake apa di bibir kamu? Kok merah banget?" tanya Sonia dengan suara keras membuat semua orang memperhatikan Meisya.
Meisya mengerenyit. "Gak tau makeup ya?"
Dengan muka polos, Sonia menggeleng. "Aku gak pernah makeupan sih, lebih suka natural. Daripada dibilang cantik karena makeup hehe."
"Terus itu lo dempul pake apaan di muka? MBK? Bedak ketek?" balas Meisya savage.
Sonia merasa tertampar dengan kata-kata Meisya. Tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk tak terpengaruh dan tetap tersenyum ramah. "Oh, i—ini cuma bedak bayi sih—"
"Sejak kapan bedak bayi ada shade-nya? Bedak yang lo pake itu two-way cake shade 23 natural beige," ujar Meisya tepat sasaran. Menampar Sonia untuk yang kedua kalinya.
"Gue tepok muka lo sekarang juga ngebul tuh dempul," sarkas Meisya.
Dan kali ini Sonia benar-benar membeku di tempat.
Malu? Jelas! Apalagi Meisya mengatakannya lebih keras lagi sampai semua orang dengar.
"Lain kali belajar makeup yang lebih natural. Biar ga keliatan boongnya," tutup Meisya seraya berjalan meninggalkan Sonia yang masih terpekur di tempatnya.
Dia... salah cari lawan.
Meisya Ratu Jelita terlalu berbahaya dan mustahil untuk dijatuhkan.
***
EXTRA PART REY-NINDYA LOVE STORY UDAH ADA DI KARYAKARSA 🤍
Cek di bio wattpad aku!
SPOILER:
Follow IG @devanodrian @meisyaraatu buat info terupdate tentang cerita ini 🖤
Pleasee buat kalian yang suka sama cerita ini bantu aku buat rekomendasiin di IG, Tiktok, Twitter atau apapun yang butuh rekomendasi wp yaaa!! makasih banyaakkk🤍🤍🤍
Minta tolong buat tetap setia dan dukung cerita-ceritaku yaa, karena kalian se berarti itu & mood bgt buat akuu🥰🥰🥰
Jangan lupa juga buat SS PART INI + tag @revolverwp biar di repost yaa! ilysm guyss 🏁🖤
SEE YOU NEXT PART 🏁🏁🏁