Istri Paruh Waktu | Nakamoto...

Por Motonoona

2.3M 358K 84.8K

Nakamoto Yuta. Dia adalah suamiku. Suami yang sah secara agama dan hukum. Suami yang memintaku datang saat f... Más

C A S T
P R O L O G
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Spin Off : Selang
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Spin Off : Jadi dia?
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Empat (2)
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat

Enam Belas

57K 8.8K 2.1K
Por Motonoona

©motonoona



Ada sesuatu yang menghimpit perutku. Juga, hembusan hangat yang menerpa leher. Merasakan gerakan di antara kaki, disertai dengan dengkuran lembut.

Kala kepala tertorehkan ke belakang, menemukan sosok Johnny dalam keadaan terpejam. Wajahnya tampak tenang, dengan sudut bibir yang sedikit terangkat.

Aku memalingkan wajah. Menekan kuat dada ini, mencoba meredam detak jantung yang sempat menggila.

Walau dia Kakak kandungku sendiri, tetap saja aku terkejut.

Lagi pula, tidak biasanya Johnny datang ke kamar dan memelukku seperti ini. Kebiasaan yang sudah lama hilang. Hanya dilakukan saat kami masih sama-sama berusia belasan. Ketika dia bermimpi buruk atau baru saja dimarahi oleh Mendiang Bunda, kamarku akan menjadi tujuan utamanya.

Mencari ketanangan lewat sebuah pelukan.

Sebenarnya, dia lebih manja dari pada aku.

Kulirik jam di atas nakas. Sudah pukul setengah lima pagi. Belum waktunya Kakakku bangun.

Bergerak sepelan mungkin, berhati-hati mengangkat tangan Johnny dari perut. Aku membalikkan badan, membuat posisi kami saling berhadapan.

Kurasakan Johnny bereaksi, tangannya lebih merangkul erat pinggang. Membawa semakin dekat dalam pelukan. Wajahnya dia benamkan diceruk leherku.

Kenapa aku merasa kami seperti pasangan suami istri dibanding Kakak dan Adik?

Melihat dari usia yang sudah sama-sama berkepala dua, interaksi ini terlalu berlebihan. Johnny memelukku layaknya dia sedang mendekap sang kekasih.

Tapi, kalau boleh jujur...aku menyukainya.

Bukan, bukan dalam artian menyukai dari sisi perempuan kepada pria. Aku menyukainya karena rindu. Sudah berapa lama sosok dihadapan tidak merengkuhku sehangat ini?

Aku merindukannya.

Merindukan bagaimana cara Johnny memperlakukan.

Merindukan bagaimana cara Johnny menuturkan setiap kalimat yang sulit untuk aku mengerti.

Merindukan bagaimana cara Johnny melindungiku dengan larangan-larangan anehnya yang terkesan mengekang.

Merindukan...aku hanya merindukan Seo Johnny.

Takdir, tolong jangan ganggu kami dulu. Aku ingin tetap seperti ini untuk beberapa saat.

"Maaf."

Johnny bergumam pelan. Kepalanya dia jauhkan dari leher, kemudian mencari posisi nyaman dibantal. Bersamaan dengan tangannya yang menarik tubuhku hingga bergeser. Kini, jarak wajah kami sangat dekat. Merasakan hembusan lembut menerapa permukaan kulit, aku tersenyum.

Apa yang sedang Kakakku ini pikirkan? Dia sedang meminta maaf kepada siapa?

"Maaf."

Lagi, gumamannya masih sama. Senyumku semakin melebar. Sedikit merasa terhibur melihat Johnny seperti ini. Seolah, semua dinding pembatas yang sempat memisahkan kami telah runtuh. Membawa kembali sosok Johnny yang kukenali dengan utuh.

Mengangkat tangan, aku menekan kening Johnny yang berkerut. Alisnya nyaris bertaut. Apa dia tidak menikmati bunga tidurnya?

"Grace, Kakak minta maaf."

Aku terhenyak. Menghentikan gerakan tangan, membiarkannya menggantung diudara. Kembali mendengar kalimat yang sejak kemarin tidak hentinya Johnny ucapkan.

Terus-menerus meminta pengampunan, padahal aku tidak ingin memusingkan. Sudah membujuknya untuk berhenti, mencoba memberi pengertian kalau semakin sering dia meminta maaf, semakin sering dia mengundang luka basah untuk datang.

Aku hanya ingin melupakannya. Belajar ikhlas, menerima jalan takdir yang sudah tergambar.

Sangat bersyukur, Johnny kembali setelah semua yang kulewati selama ini. Tidak merasa sendirian lagi, sekarang aku punya pundak untuk mencurahkan isi hati.

Menangkup satu pipinya, aku mengusap pelan wajah Kakakku. Menyalurkan ketenangan lewat sentuhan kulit, berharap dia selalu bahagia, walau dalam mimpi sekali pun.

"Semua akan baik-baik saja."

Senyumku merekah. Bersamaan dengan hilangnya kerutan dikening dan alis Johnny. Melihat sudut bibirnya yang kembali terangkat, seolah kini kami sedang tersenyum bersama.

"Kita harus bahagia, paman Johnny."


*****




"Saya buatkan bubur ya, Nyonya?"

Aku menggeleng. Tersenyum hangat kepada pelayan yang baru saja datang. Mencoba menolak tawaran, tanpa meninggalkan kesan tidak sopan.

"Bagaimana kalau teh hangat? Nyonya mau?"

Kembali aku menggerakkan kepala. Memberi respon yang sama, membuat sosok disisi menghela nafas pasrah.

Merasa tidak enak, tapi mau bagaimana lagi? Aku sedang tidak ingin mengkonsumsi sesuatu. Bahkan, tidak memiliki niatan untuk sekedar beranjak posisi. Terus berdiam diri di meja makan, sesekali merebahkan kepala kala pusing kembali menyerang.

Jangankan untuk menelan, membuka mata saja aku enggan.

Tubuhku lemas luar biasa.

Sempat bimbang, ketika Johnny menawarkan untuk meminta libur sehari kepada Yuta. Berpikir mungkin aku butuh istirahat lebih, namun sepertinya semesta tidak mengizinkan.

Tepat sebelum meraih ponsel, benda pipih itu berdenting lebih dulu. Menampilkan pesan singkat dilayar, dari sosok yang baru terpikirkan. Yuta memintaku datang. Katanya, Mama dan Papa akan berkunjung.

Pupus sudah harapan. Pun, dengan keinginan Johnny untuk menghabiskan waktu liburnya bersama sang Adik.

"Saya baik-baik saja. Kalau nanti butuh sesuatu, akan saya ambil sendiri."

Kasihan juga melihat salah satu pelayan di rumah Yuta itu terus-terusan berdiri, hanya demi menunggu keinginan yang tak kunjung kuucapkan.

Merasa sia-sia kalau terus memaksa, akhirnya dia mengangguk. Membungkukan badan, berpamitan ingin melanjutkan pekerjaan. Mengiringi langkahnya dengan senyuman, sampai sang punggung menghilang dibalik pintu belakang.

Kembali menghela nafas, aku memijat pelan pelipis. Membuka tutup aroma terapi dengan tangan yang lain, kemudian menghirup aroma yang menguar.

Sedikit menenangkan.

"Gue mau kopi."

Baru saja hendak merebahkan kepala, suara baritone tak asing memecah kesunyian. Menarik seluruh atensi, aku menoleh tidak bersemangat.

"Tidak, gue mau teh. Dan roti juga."

Yuta menarik kursi tepat disebelahku, setelah sebelumnya menyampirkan jas kerja di sandaran. Langsung mengoperasikan iPad yang dibawa, tanpa sadar kalau tangannya salah meyimpulkan ikatan dasi di leher.

"Gue masu susu saja."

"Jadi, kamu mau apa?"

"Susu."

"Susu?"

"Tidak, kopi saja."

"Kopi hitam atau kopi susu?"

"Teh sepertinya lebih enak."

"Buat saja sendiri."

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Tidak tahu pula darimana datangnya keberanian untuk menjawab seperti itu. Menipis pelan tangan Yuta yang sejak tadi tidak berhasil memakai dasi dengan benar. Mengambil alih, mencoba memasangkan pada posisi seharusnya.

"Nakamoto Yuta mau apa?"

Keheningan menjawab. Aku yang sudah selesai dengan urasan dasi, menggulirkan netra. Menatap sosok pria disisi, yang ternyata juga sedang menatapku.

"Apa yang sedang lo lakukan?"

"Memakaikan kamu dasi."

Bibir Yuta terbuka, seperti hendak mengucap sesuatu, namun kembali tertutup. Menghiraukannya, aku mencoba beranjak menuju dapur. Memaksa diri sendiri melawan semua rasa mual yang kembali datang.

Terlalu malas kalau harus berdebat dengan sang empunya rumah. Sudah aku bilang, aku sedang tidak bertenaga. Untuk berkedip saja malas, apalagi harus beradu mulut.

Berniat membikinkan semua yang tadi Yuta sebut. Masa bodoh terkesan membuang-buang, Tuan muda yang menginginkan. Biar saja nanti dia yang memutuskan, ingin menengguk yang mana?

Tangan baru saja hendak menyalakan kompor, kala sesuatu itu kembali mengganggu. Menyerang perut dan kepala disaat bersamaan. Lagi, merasakan sebuah gerakan pelan dari dalam sana.

Semakin lama semakin menjadi. Aku ingin muntah lagi.

Segera berpindah, menuju bak cuci disisi lemari pendingin. Menumpukan tangan dipinggiran, sambil memejamkan mata dan mencoba mengeluarkan apa saja yang sejak tadi berontak ingin dikeluarkan.

Nihil.

Hasilnya masih sama.

Tidak ada apa pun.

"Gue mau buah saja, jangan roti."

Suara Yuta kembali menyapa indera pendengaran. Mengusik fokus yang sedang mencari ketenangan. Aku tidak langsung merespon, masih sibuk mengatur nafas.

Sungguh, ada sesuatu yang mendesak diujung tenggorokan. Meronta minta dimuntahkan. Tidak tahu harus bagaimana, sejak semalam aku tersiksa dengan keadaan.

"Grace?"

Bisa kurasakan Yuta mendekat. Menebak dari aroma khasnya yang semakin membelai lembut pangkal hidung, sepertinya kini pria itu hanya berjarak beberapa langkah di belakangku.

Untuk kemudian, sesuatu yang mengganggu itu hilang. Perlahan tergantikan dengan ketenangan, bersamaan dengan indera pencium yang terus menghirup aroma menguar disekitar.

Menyadari sesuatu, aku berbalik. Menatap Yuta di tempatnya.

"Lo pucat."

Tidak sempat mendengarkan. Yang kulakukan didetik selanjutnya adalah berjalan mendekat. Langsung melingkarkan tangan dipinggangnya, seraya memejamkan mata.

Terus saja menghirup semua aroma yang bisa digapai penciumanku.

"Apa yang lo─"

"Sebentar saja."

Demi semesta, aku benci untuk mengakui. Benci untuk membiarkan tubuhku bergerak sendiri. Melawan perintah dari saraf pusat, tahu-tahu sudah bersandar pada dada bidang Nakamoto Yuta.

Tapi, aroma suamiku ini benar-benar menenangkan. Berhasil mengusir semua rasa menyiksa yang sejak tadi mengusik.

Bergumam pelan, aku semakin merangsek ke dalam dekapan.

"Sebentar saja. Your baby needs you."

Seguir leyendo

También te gustarán

441K 27.4K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
Love Hate Por C I C I

Novela Juvenil

2.9M 207K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.5M 6.7K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
600K 25.9K 41
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...