Di kamar mandi rumah Rasyid, disitulah Mika berada sekarang. Saat ini perasaannya benar benar kacau.
Tadi tanpa di sadari Rasyid, Radith, dan Latif, Mika mendengar semua pembicaraan mereka. Awalnya ia ingin memanggil sang kakak untuk makan bersamanya. Tapi tanpa diduganya ia malah mendengar penuturan kakaknya soal dirinya yang akan di khitbah Rasyid.
Apa itu benar ?
Pertanyaan itulah yang membuatnya tak karuan.
Mika memandang dirinya di cermin kamar mandi. Dilihatnya wajahnya yang kacau. Kacau karena ia ingin tersenyum bahagia tapi itu tak bisa. Karena yang didengarnya masih belum tentu benar adanya.
Perlahan air mata jatuh membasahi pipinya. Sebutlah itu air mata bahagia dan sedihnya.
"Apa aku sesuka ini sama kak Rasyid?" Batin Mika mulai mengusap pipinya yang basa
"Ya Allah hamba harap ini bukan sekadar nafsu. Tapi ini benar benar lillahita'ala karenamu". Lanjut batinnya
Mika membasuh wajahnya dengan air kran lalu sejenak melihat kearah cermin dan seolah olah ia sedang meyakinkan dirinya akan satu hal.
Setelah itu dibukanya pintu kamar mandi lalu keluar dari sana. Saat keluar, ia pergi menuju tempat dimana ia melihat Rasyid terakhir kali. Namun saat sampai di ruang tengah, tak ada seorang pun di sana. Ia pun pergi ke dapur, ruang makan, namun nihil Rasyid juga tak ada. Hanya ada kakaknya dan Latif yang dilihatnya tengah makan bersama yang lain.
Saat ini Mika ingin sekali menanyakan kebenaran soal penuturan kakaknya tadi langsung pada Rasyid yang bersangkutan.
Sudah lama ia menyukai sosok itu tanpa tahu apa yang ia sukai juga sama menyukainya.
Jadi ia tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk mengetahui kebenarannya.
Masa bodo dengan perasaannya yang saat ini bertolak belakang dengan keinginannya.
Karena kini yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia bertanya.
Hampir di seluruh ruangan Mika mencari Rasyid, tapi sampai sekarang ia belum menemukan orang itu. Bahkan ia bertanya pada sang kakak juga keluarga Rasyid. Tapi juga sama mereka tak mengetahuinya.
Hufffttt
"Apa yang aku lakuin sekarang udah benar?" Batin Mika mulai frustasi
"Loh kamu disini? Masih nyari Rasyid?" Tanya Dinar ketika melihat Mika berada di pintu belakang saat ia ingin pergi ke gudang
Mika hanya tersenyum halus, menanggapi.
"Tadi kakak telfon dia. Katanya lagi keluar beli tempe dan karena suasananya lagi lebaran, makanya dia susah dapetnya" jelas Dinar
"Tapi dia udah di perjalanan pulang kok. Kamu tunggu aja di depan" tambah Dinar
"Ehm nanti aja deh kak. Soalnya Mika udah harus balik ke pesantren"
"Loh ngapain? Cepat banget"
"Tadi dapat telfon katanya ustadzah Zahira nyari aku kak"
"Yaudah nanti kalau Rasyid udah pulang, nanti kakak bilangin kalau kamu cari dia ya?"
"Iya kak. Kalo gitu Mika pulang ya?" Pamit Mika lalu pergi
Memang benar yang Mika katakan tadi soal ia yang dicari ustadzah Zahira. Makanya saat ini ia akan segera kembali ke pesantren diantar oleh kakaknya tanpa memberi tahu Fatimah dan Akira.
Radith baru saja menelponnya dan mengatakan bahwa ia sudah berada di dalam Mobil. Mika pun segera bergegas keluar. Namun saat ia baru saja ingin melangkahkan kakinya keluar dari pintu depan, ia melihat Rasyid yang tengah berjalan kearahnya.
Melihat itu mika diam sejenak.
"Itu kak Rasyid. Apa aku tanya sekarang? Tapi bang Radith udah nungguin aku" batin Mika lagi
Selagi Mika sedang berdiskusi dengan hatinya, ia baru saja sadar bahwa di depannya ada Rasyid yang berdiri.
Ia pikir Rasyid tadi akan melewatinya. Tapi ternyata malah berhenti di hadapannya.
"Kata Radith kamu cari saya?"
Mika mendongak. Dilihatnya Rasyid yang juga melihat kearahnya namun sudah pasti bukan dimatanya.
"Eh i iya " jawab Mika gelagapan. Entah kenapa sekarang ia merasa jadi susah untuk menanyakan hal yang tadi
"Ta tapi nanti saja Ustadz, saya harus pergi. Assalamualaikum" lanjutnya lalu berlalu melewati Rasyid
"Waalaikum mus sallam" balas Rasyid merasa ada yang aneh dengan gadis yang baru saja melewatinya itu
"Mika tunggu. Kamu mau ke pesantren kan? Nanti saya nyusul. Kita bicara disana!"
Ujar Rasyid berbalik menghentikan mika.
Mendengar panggilan Rasyid, Mika berhenti tapi ia tak berbalik. Tidak tau kenapa, perkataan Rasyid soal ia akan menyusulnya dan kata kita yang digunakan, membuat ia salting dan tak berani menoleh.
♣
Sudah enam jam setelah Rasyid mengatakan ingin menyusul Mika di pesantren. Namun hingga kini ia belum juga beranjak dari rumahnya.
Selepas sholat ashar tadi, ia malah asik berkutat dengan dirinya. Macam macam persoalan yang bisa saja membuat Mika seperti tadi mulai terbayang di pikirannya.
"Apa mungkin dia dengar omongan Radith tadi?" Gumam Rasyid menduga duga
Rasyid berdiri dari kasurnya mengambil kunci mobil di atas nakas lalu beranjak pergi dari rumahnya.
Ia memutuskan untuk pergi ke pesantren dan menanyakan langsung apa yang ingin ditanyakan Mika tadi.
Saat sampai ia tak langsung pergi ke tempat Mika. Melainkan ia mencari Riki, anak kecil yang sering bersamanya akhir akhir ini di pesantren.
Ia menyuruh Riki memanggil Mika dan mengajaknya untuk pergi ke lapangan yang disana akan ada dirinya nanti.
Sekitar lima menitan Rasyid menunggu, akhirnya dilihatnya Riki yang berjalan kearahnya bersama Mika.
Sebenarnya Rasyid tak ingin melakukan ini. Tapi ia terlanjur mengatakan pada Mika untuk bicara dengannya.
Disisi lain saat jarak Mika semakin dekat dengan Rasyid, kegugupan Mika semakin menjadi bahkan keringat di tangannya sampai keluar.
Mika menghentikan langkahnya tepat dua meter di hadapan Rasyid. Sedangkan Riki anak kecil itu seolah mengerti dengan isyarat Rasyid, ia pun mengambil duduk di saung dekat mereka.
"Kamu dengar yang di omongin Radith tadi?" Tanya Rasyid memulai pembicaraan karena tahu saat ini Mika tengah gugup
Mika mendongak sebentar lalu kembali menunduk.
"Omongan bang Radith? Soal apa ya ustadz?" Tanya Mika balik, seolah tak tahu apa yang dimaksud Rasyid
"Jadi kamu gak dengar?" Tanya Rasyid lagi dan diangguki Mika
"Maafkan Mika ya Allah" batin Mika karena berbohong
"Terus apa yang tadi kamu mau bilang ke saya ?"
"Saya mau bilang itu kalau
"Kalau?" Tanya Rasyid menunggu kelanjutannya
"Kalau hasil wawancara yang waktu itu, ustadzah kasih nilainya bagus ustadz. Iya itu. Saya cuma mau bilang itu" ucap Mika sambil cengar-cengir guna menghilangkan kegugupannya. Dan lagi lagi ia berbohong.
"Yakin cuma itu?" Tanya Rasyid masih ragu dengan jawaban Mika
"Iya ustadz. Kalau gitu saya permisi dulu. Assalamualaikum " pamit Mika namun baru saja ia ingin berbalik pergi, Rasyid menahannya.
"Tunggu. Kamu yakin gak dengar soal Radith yang bilang kalau saya bakal ngekhitbah kamu?"
Mika diam. Perlahan ia beranikan dirinya untuk melihat Rasyid. Raut wajahnya saat ini seolah sedang menunjukkan tanda tanya untuk Rasyid.
"Jadi itu benar?"
Rasyid diam sejenak lalu kembali bersuara.
"Iya itu benar. Saya memang berencana buat ngekhitbah kamu sepulang dari singapur. Jujur saya suka sama kamu"
Hay Hay Hallow Manteman🤗
Assalamualaikum🌻
Jangan lupa vomentnya yaa 😂
Salam Manis 🌙
@adindaslsblh