Istri Paruh Waktu | Nakamoto...

By Motonoona

2.3M 358K 84.8K

Nakamoto Yuta. Dia adalah suamiku. Suami yang sah secara agama dan hukum. Suami yang memintaku datang saat f... More

C A S T
P R O L O G
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Dua Belas
Spin Off : Selang
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Spin Off : Jadi dia?
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Empat (2)
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat

Sebelas

47.5K 8.5K 3.1K
By Motonoona

©motonoona


Aku belum tidur. Baru saja keluar kamar mandi dengan rambut basah. Menggunakan handuk untuk mengeringkan, aku meraih ponsel di atas meja.

Pukul 19.30

Waktu makan malam sudah lewat. Seperti yang lalu-lalu, aku dan Johnny makan terpisah. Dia di kantor kesayangannya, aku berdiam diri di rumah.

Tidak ada pesan dari Johnny, yang artinya, Kakakku itu sebentar lagi akan pulang. Sebuah kebiasaan, dia akan mengabari kalau harus menginap di luar.

Aku menaiki tangga, menuju kamarku di lantai dua. Ngomong-ngomong, aku memakai kamar mandi di kamar tamu. Tiba-tiba saja, air di kamarku tidak menyala.

Aku akan memanggil tukang esok.

Melewati kamar Johnny yang tak sepenuhnya tertutup, kemudian melirik ke dalam. Hanya menemukan kertas dan pakaian berserakan, aku tidak berani untuk mengambil tindakan.

Ingin hati membersihkan, namun, aku tidak tahu mana yang harus dibuang dan mana yang harus disimpan.

TING TONG!

Aku terperanjat. Suara bel yang nyaring langsung memenuhi penjuru rumah. Berpegangan pada pagar pembatas, nyaris terpeleset ke belakang.

Kenapa akhir-akhir ini jantungku lemah?

Mudah terkejut, bahkan pada suara pelan sekaligus. Ingatkan aku untuk mengganti benda itu juga. Bisa berpotensi serangan jantung pada usia muda kalau begini caranya.

Aku memutar kepala ke bawah, ke arah asal suara. Pintu utama.

TING TONG!

Ada tamu.

Siapa pun, dia pasti bukan Johnny.

Kakakku itu tidak akan membuang-buang waktunya udah sekedar menekan bel.

Berbalik, aku kembali menitih anak tangga satu persatu. Selesai mandi dan aku bolak-balik disini? Rasanya, seperti olahraga pagi.

Membukakan pintu, untuk menemukan sosok yang paling tidak ingin aku lihat saat ini.

Bukan, bukan Nakamoto Yuta.

Dia, Jung Jaehyun.

"Selamat malam, Grace."

Tersenyum lebar sampai garis matanya membentuk lengkungan bulan, memamerkan lesung pipinya yang dalam.

Aku terdiam. Masih sedikit tidak percaya dengan yang kulihat.

Dia disana.

Di teras rumahku.

Dia disana.

Dengan setelan santai berkunjung.

Dia disana.

Sosok terakhir yang kuharapkan.

Tersenyum miris, sesuatu dalam dadaku berdenyut perih.

"Johnny belum pulang?"

"Kenapa kemari?"

Hampir bersamaan, dia langsung menatapku kembali. Setelah sebelumnya celingukan memandang ke dalam.

"Gue kangen lo."

Lagi, dia tersenyum. Kali ini sambil menunjukkan deretan giginya. Memasukkan kedua tangan dalam saku mantel, dan sedikit menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Menggemaskan.

Lagi, hatiku berdenyut.

"Di rumah hanya ada aku. Kamu gak boleh masuk."

Disini hanya ada aku. Kamu gak boleh melangkah lebih jauh. Tolong, kasihani hatiku.

"Hm?"

Seolah tidak mengerti, dia mengkedip-kedipkan matanya beberapa kali. Menatapku dengan sorot binar, semakin membuat rasa sakit dihatiku terpendar.

Tuhan, pertahananku hampir hancur. Aku tidak ingin pria di hadapan ini melihat kelemahanku.

Beralih pandang, aku menatap ke arah mana saja, asalkan tidak pada matanya. Kakiku semakin lemas saja.

Bisa kudengar bisikan-bisikan mengejek dari sekitar. Semesta sedang menertawaiku. Menyaksikan aku tidak berdaya, di depan pria yang paling dicinta. Kembali menampar jiwa, dengan kenyataan bahwa kami tidak akan pernah bersama.

Harus menyalahkan siapa aku sekarang? Diriku sendiri atau takdir Tuhan?

"Grace, are you ok?"

Tertarik kembali pada kesadaran, aku dibuat membeku oleh tindakan yang Jaehyun lakukan. Satu sisi wajahku sudah berada dalam tangkupan tangannya.

Merasakan usapan lembut pada permukaan kulit, sesuatu yang basah jatuh mengalir.

Apa aku...menangis?

"Lo kenapa? Ada yang sakit?"

Hatiku.

Jung Jaehyun tolong dengarlah, aku sakit.

Aku membutuhkanmu, harapanku.

Menggeleng pelan, aku melepaskan tangan Jaehyun dari pipi. Mencoba tersenyum, menutupi semuanya dalam garis baik-baik saja.

"Johnny masih di kantor, mungkin sebentar lagi pulang. Kamu mau menunggu?"

Bersamaan dengan kalimat terlontar, terdengar suara rintikan hujan di luar. Membasahi bumi dengan butirannya, membawa aroma khas penyejuk suasana. Semakin lama semakin deras.

Bahkan, sekarang alam sedang meledekku?

Jaehyun menghembuskan nafas pasrah. Sekali lagi menangkupkan tangan, dia mengelus pipiku pelan.

"Bilang ke gue kalau ada apa-apa. Jangan dipendam, gue siap pasang badan."

Tersenyum, aku hanya mengangguk. Kembali menepis tangannya, kemudian menarik mantel yang Jaehyun kenakan. Membiarkan dia masuk lebih dulu, sementara aku menutup pintu.

Untuk di detik berikutnya, jantungku kembali dibuat berhenti berdetak.

Ujung mataku menangkap sebuah bayangan.

Di sana.

Di halaman rumah.

Berdiri seseorang yang kukenal.

Dengan setelan kemeja dan jas ditangan.

Tepat dibawah guyuran hujan.

Menatap interaksi yang sejak tadi kulakukan.

Nakamoto Yuta.



*****




"5 menit atau potong gaji."

Aku menghembuskan nafas pasrah. Menengadahkan kepala, menatap angkasa, sambil mencoba menahan diri. Niatan untuk melempar ponsel ditangan, sudah berkelibatan sejak tadi.

Ini masih pagi. Pukul lima saja belum. Tapi, si Nakamoto Yuta itu sudah memerintah sesuka hati? Lewat sebuah pesan singkat?

Dia pikir, dunia berputar mengelilinginya?

Disini lah aku sekarang. Dibawah naungan langit gelap dengan siluet bulan, di depan hunian sang anime berjalan.

Hendak menekan bel, aku kembali menghembuskan nafas. Rasanya, dadaku bergejolak. Sangat-sangat-sangat ingin berteriak.

Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak melanggar kontrak?

Jam kerjaku pukul tujuh, bukan pukul lima kurang dua puluh menit seperti ini.

Aku bahkan harus rela mengeluarkan kocek lebih banyak dari biasanya untuk biaya transportasi.

Johnny? Mana sudi dia bangun lebih awal hanya untuk mengantarkan Adik kecilnya yang sudah dijual ini.

Tidak ada suara apa pun diinterkom, pun tanda-tanda akan dibukanya gerbang hitam ini. Kala tanganku ingin menekan kembali, terdengar suara berderit nyeri. Sang gerbang terbuka sendiri.

Masa bodoh, aku tidak akan memikirkan kemana suara Nyonya Oh yang biasa menyambut. Melangkah masuk dengan langkah kelewat cepat, membuka pintu utama, dan melesat menuju kamar Nakamoto Yuta.

Lihat saja. Akan kugantung dia.

Kau berani, Grace?

Tidak, bodoh. Itu hanya ungkapan kekesalan. Aku masih sayang kuliah dan nyawa.

Tangan sudah terulur ingin mengetuk pintu kamar sang empunya rumah, ketika benda di depanku terbuka lebih dulu. Menampilkan siluet sang Tuan muda, masih lengkap dengan piyama.

Aku diam. Tanganku menggantung di udara. Fokus memperhatikan wajah, melihat hidung Yuta tersumpal tisu basah.

Pun, wajahnya sedikit memerah.

"Kenapa lihat-lihat?"

"Kamu sakit?"

Bersamaan. Pertanyaan kami terlontar dalam waktu yang sama. Membuat terdiam, sebelum Yuta berdeham.

"Masak. Gue mau bubur."

Dia melewatiku begitu saja. Bahkan, menubruk bahu sampai sedikit oleng. Menuju ruang tengah, aku berlari menyusul.

"Yuta, kamu sakit?"

Reflek aku menempelkan punggung tangan ke dahi Yuta yang baru saja duduk.

Astaga.

Badannya panas sekali.

Mungkin sekitar...tiga puluh sembilan derajat?

Dia mau memasak telur dikeningnya?

Tanganku ditepis kasar. Sang anime membenarkan letak tisu yang menyumpal hidungnya, sambil sesekali mengucek mata.

"Bubur. Cepat. Buat diri lo berguna."

"Sudah minum obat?"

"Bubur."

"Apa kamu batuk dan pilek?"

"Bubur."

"Kenapa malah menyumpal dengan tisu basah?"

BRAK!

Aku terperanjat. Menatap sekitar, melihat remote tv sudah melayang menghantam laci di dekat tv.

"Bu. bur."

Langsung berlari menuju dapur. Berpapasan dengan beberapa pelayan, yang sepertinya baru bangun tidur. Aku terburu-buru, sampai mengabaikan sapaan yang mereka beri.

Harus cepat. Tuan milyader sudah hampir meledak.

Tidak butuh waktu lama. Hanya sekitar lima belas sampai dua puluh menit, dan bubur ala-ala tanganku siap disajikan.

Semoga saja Yuta tidak mati karena memakannya.

Menuangkan ke dalam mangkok, mengambil nampan. Tidak lupa menyiapkan sendok dan kecap, juga beberapa lembar rumput laut siap makan. Aku kembali melangkah menuju ruang tengah.

"Ini. Ayo dimakan. Setelah itu minum obat."

Yuta melirik sekilas pada isi nampan yang kuletakkan di atas meja. Terdengar dengusan pelan dari arahnya.

Eh, dia meremehkanku?

"Tangan gue lemas."

"Aku bantu kamu pegang sendoknya."

"Tangan gue lemas."

"Aku akan pegang mangkoknya, agar kamu lebih mudah."

"Bodoh."

"Ayo cepat dimakan, Yuta. Selagi masih panas."

"Gue mau disuapin."

Untuk kedua kalinya dipagi ini, aku kembali dibuat takjub. Kali ini dengan sebuah permintaan langka, yang bahkan sebelumnya tidak pernah aku bayangkan. Memalingkan pandangan dari benda di tangan, aku fokus menatap pria dihadapan.

Yuta pun tengah menyorot netraku. Cukup untuk membuat membeku.

"Tuli ya lo?"

Aku segera meraih mangkok dan sendok. Mengaduk-aduk sebentar, agar tidak terlalu panas saat ditelan.

"Buka mulutnya."

Yuta menurut. Melepas tisu yang menyumpal hidung, lalu membuka mulutnya. Melahap bubur yang kusuapkan, kemudian mengunyah pelan.

Dengan tampilan seperti ini, setelan piyama, sebagian besar wajah memerah, pun dengan gaya duduknya yang bersila di atas sofa, aku seperti tidak mengenali sosok Nakamoto Yuta.

Bayi siapa yang tengah kusuapi sekarang?

Aku menahan tawa. Sedikit terbatuk, kala lenganku disenggol dengan tenaga kelewat kencang. Nyaris membuat mangkok di tangan oleng melayang.

Yuta masih menatap sinis, namun mulutnya terbuka, meminta suapan.

"Cewe murahan kaya lo bisa masak juga."

Aku diam. Kegiatan yang sedang mengaduk bubur, terhenti seketika. Kepalaku berputar pelan, menatap wajah sang lawan bicara.

Apa dia bilang?

C-cewe murahan?

"Gadis yang sedang sendiri di rumahnya, mengizinkan seorang pria kenalannya untuk masuk lebih dalam. Setelah sebelumnya, melakukan aksi bermesraan. Padahal, statusnya adalah istri bayaran."

Seolah mengerti dengan ketidakpahaman yang menyerang, Yuta menjelaskan. Dengan netra yang tak lepas dariku. Semakin menyadarkan, apa saja yang sudah kulakukan.

Tanpa alasan yang jelas, aku merasa marah. Sudah biasa direndahkan, tapi kali ini berbeda. Aku merasa tidak terima.

Melatakkan mangkok kembali pada nampan, aku menantang pandang.

"Seorang pria berdiri dibawah guyuran hujan, masih lengkap dengan setelan. Menatap aksi bermesraan sang gadis. Hanya memberikan alasan "bosan" dan "iseng" saat ditanyai. Dia pria dungu, ya?"

Aku bangkit berdiri. Membawa semuanya, melangkah menuju dapur dengan langkah menghentak-hentak.

Aku-benar-benar-emosi.

Biar saja Yuta mati karena demam. Aku tidak peduli.

Rasa kesal yang sempat hilang karena pesan singkat yang Yuta kirimkan, kembali datang saat mendengar dia berbicara gamblang.

Sudah tahu aku sedang sensitif kalau membahas topik yang menyangkut sahabat kecilku. Yuta justru menarik ingatan kembali pada kejadian semalam.

Maksudnya apa? Kalau ingin merendahkan ya silakan, tidak perlu membawa-bawa Jaehyun juga.

Saat ponsel disaku bergetar, aku langsung bergerak merogoh. Siapa tahu, Johnny punya kabar bahagia.

Seperti, 'perusahaan kembali berdiri'.

Jadi, aku tidak perlu lagi berurusan dengan anime bermulut nyinyir itu.

Aku kembali terdiam. Mematung menatap layar ponsel, membaca setiap kalimat yang masuk.

Bukan dari Johnny.

Bukan pula dari Kim Doyoung yang meminta izin untuk meminjam selang.

Ini dari Jung Jaehyun.

"Selamat pagi, Grace. Hari ini aku akan fitting baju pernikahan. Setelahnya, akan makan siang bersama. Kamu mau ikut? Akan kukenalkan pada calon mempelaiku."

Sudah. Ponselku sudah melayang menghantam lantai. Bersamaan dengan aku yang berjongkok di dapur, memeluk lutut, sambil menangis.

Kenapa hari ini semua orang membuatku kesal?

Continue Reading

You'll Also Like

508K 19.3K 45
⚠️ WARNING!!! : YOUNGADULT, 18+ ‼️ hars word, smut . Tak ingin terlihat gamon setelah mantan kekasihnya berselingkuh hingga akhirnya berpacaran denga...
682K 68K 49
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.6M 7.2K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
3M 30.9K 28
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...