Wizarding World [NCT 2019]

By deardr

61.7K 5K 430

[Hogwarts!au] 21st century 21 tahun setelah perang besar di hogwarts 21 penyihir muda dari seluruh penjuru du... More

Welcome to Hogwarts
NOTICE
1. Pasca liburan
2. Kraker beras
3. hufflepuff, bukan ravenclaw
4. herbologi
6. chaos
7. cemburu
-intermezzo-
8. Misi
9. Sembunyi
10. Tragedy
11. Bohong

5. si komentator

1.7K 225 12
By deardr

Yuqi baru saja keluar dari ruangan milik profesor Choi dengan membawa setumpuk selebaran dan berlari kecil menuju asramanya dengan senyuman yang terkembang. Rambut ikalnya terbawa oleh angin menambah aura ceria keluar dari dirinya dan membuat siapapun di sekitarnya merasa senang.

"hai Yuqi! Apa kau punya waktu?" gadis itu menoleh sejenak kepada seorang pemuda dengan kontur wajah khas eropa yang baru saja memanggilnya lalu tersenyum manis.

"hai! Maaf, tapi aku sedang buru-buru"

Gadis itu kembali melangkah tanpa menunggu jawaban pemuda tersebut.

Sebenarnya, kalau ditanya apa ia mengenal orang itu, maka jawaban Yuqi adalah, "tidak, aku tidak mengenalnya, tapi ia menyapaku berarti ia mengenalku dan tidak sopan kalau aku tidak membalas sapaannya"

Setelah berlarian di tangga dan menjawab teka-teki di pintu masuk, Yuqi segera berlari menuju kamarnya dan melompat ke atas Mina yang sedang merebahkan diri sambil membaca buku di atas kasur.

"Yak!!" seru Mina ketika tiba-tiba merasakan beban diatas tubuhnya, "berat!! Yuqi!!"

Sedangkan sang tersangka sekarang sudah bangkit dan duduk di pinggir kasur, wajahnya sumringah dengan senyuman lebar terpatri di wajahnya, tangannya menarik satu dari selebaran itu dan memberikannya ke Mina.

"kau orang pertama yang kuberitahu"

Mata Mina melebar begitu membaca kalimat demi kalimat yang ada di selebaran itu. Senyumannya merekah saat ia mendekap kertas tersebut dan berteriak senang.

"seleksinya dua hari lagi, aku akan ada disana untuk mendukungmu!" katanya penuh semangat.

"oh, Yuqi," Mina menatap Yuqi dengan mata berbinar, "terima kasih"

"sama-sama, aku harus pergi untuk menyebarkan ini, nanti keburu ditanya oleh profesor Choi," Yuqi bangkit dari duduknya dan merapikan seragamnya, "aku pergi dulu!"

.

.

.

Gadis yang berada di tingkat empat itu berjalan menelusuri koridor dan menempelkan selebaran yang ia bawa di beberapa tempat sambil sesekali membalas sapaan orang-orang di sekitarnya.

Meskipun ia sudah berkeliling ke hampir setiap sudut hogwarts, sisa selebaran yang ia bawa masih terhitung banyak, jadi ia harus segera menyebarkan selebaran itu sebelum profesor Choi mencarinya.

Yuqi sudah menjadi komentator quidditch sejak dua tahun yang lalu, ia diterima di percobaan pertamanya dan ia tidak akan mau melepas kesempatan emas itu sampai nanti ia menginjak tingkat keenam. Karena kemampuannya dalam bicara, tidak ada satu orang pun di hogwarts yang keberatan untuk melihatnya berada di kursi komentator di setiap pertandingan tiap tahunnya.

"oh! Kau!"

Yuqi yang sedang memasang selebaran di salah satu papan pengumuman menoleh mendapati seorang laki-laki dengan seragam quidditch slytherin berlari kecil ke arahnya. Dilihat dari wajahnya, ia merasa familiar dan sering bertemu. Tapi dimana?

"kau! Kau komentator quidditch itu, kan?" Yuqi mengangguk, "profesor Choi mencarimu"

Tubuh gadis itu menegang, selebaran di tangannya masih banyak sedangkan tadi profesor Choi menyuruhnya agar segera menyelesaikan itu sebelum beliau memanggil. Ia jelas tidak mau mendapat detensi dari gurunya tersebut, tapi bagaimana lagi?

"bagaimana ini?" gumam Yuqi tanpa sadar.

Laki-laki di hadapannya itu menatapnya bingung, kenapa sampai segitunya ia takut pada guru yang sering dimirip-miripkan dengannya itu?

"ada apa?"

Yuqi menatap laki-laki itu dan menghela nafas, "profesor Choi menyuruhku menyebar selebaran ini, seleksi komentator quidditch, karena partnerku mengundurkan diri mulai tahun ini"

Si anak slytherin itu terdiam sejenak sebelum akhirnya ia menjentikkan jari.

"aku punya ide!" serunya.

.

.

.

Yuqi berlari menuju pinggir lapangan dimana sosok profesor Choi berdiri sambil mengamati tim quidditch slytherin berlatih.

"profesor Choi, maaf aku baru selesai menempelkan selebarannya," ujar Yuqi begitu sampai di dekat sang profesor.

"oh, kau sudah selesai?" tanya profesor Choi saat netranya tidak menangkap satupun selebaran yang tersisa di tangan gadis itu.

"iya, baru saja hehe"

"oh baiklah, kalau begitu kau boleh pergi"

Yuqi membungkukkan badannya dan hendak pergi begitu suara profesor Choi kembali terdengar,

"oh iya, Yuqi, apa kau melihat Lucas?"

Alis gadis itu bertaut, "Lucas?"

"iya, pria yang aku suruh mencarimu tadi, namanya Lucas"

"oh! Dia? Tadi dia bilang ingin pergi ke toilet"

Profesor Choi mengangguk-anggukan kepalanya dan memberi gestur menyuruh Yuqi untuk pergi dari sana.

Sedangkan gadis itu sudah melangkahkan kakinya keluar dari lapangan sambil terus menggumamkan nama Lucas di otaknya disertai senyuman manis.

"Lucas, aku harus berterima kasih padanya nanti"

.

.

.

Doyoung memandangi Lucas dengan Heran. Adik tingkatnya itu bolak balik ke seluruh kamar di asramanya sambil membawa selebaran yang sama seperti yang ia lihat di koridor sambil menggunakan seragam quidditch.

"kau disuruh profesor Choi atau bagaimana?"

Lucas yang baru saja selesai menempelkan selebaran itu di setiap sisi kamar asramanya duduk di samping Doyoung yang masih menatapnya heran.

"aku sedang mode baik hati, hyung"

Doyoung menautkan alisnya, "aku bertanya serius"

"aku juga menjawab serius, aku sedang baik hati, menolong gadis manis yang sedang kesusahan"

"siapa?"

"komentator quidditch"

Doyoung berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali menautkan alisnya, "Song Yuqi?"

"aku tidak tau namanya, yang aku tau dia komentator quidditch karena aku sering melihatnya di menara. Jadi namanya Song Yuqi?"

"bukannya dia tahun keempat juga?"

Lucas terdiam sebentar, manik kembarnya menerawang seakan mencari ingatan-ingatan yang mungkin hanya sebatas lewat lalu menghilang di kepalanya.

"aku tidak ingat, mungkin-oh! Xiaojun!" seru Lucas pada Xiaojun yang baru saja melangkahkan kakinya memasuki asrama.

Yang di panggil hanya menoleh dan mengangkat kedua alisnya.

"kau kenal Song Yuqi?" tanya Lucas.

Xiaojun mengangguk, "kenal, ravenclaw, dia sekelas denganku di pemeliharaan satwa gaib, dan..."

Xiaojun memicingkan matanya dan menatap Lucas dengan tatapan Heran.

"... bukannya sekelas denganmu di kelas ramalan?"

"OH YA???"

Doyoung yang duduk di sebelah Lucas segera menangkupkan kedua tangannya di telinga begitu Lucas berteriak. Sungguh, orang di sampingnya ini salah satu sumber polusi suara berjalan.

"heran, padahal mulut kalian sama aktifnya," Xiaojun menggeleng-gelengkan kepala lalu masuk ke kamarnya.

"benarkah?" mata Lucas membola begitu mendengar kata itu keluar dari mulut Xiaojun.

"kalau tidak dia tidak akan diterima menjadi komentator quidditch, Cas," jawab Doyoung.

"oh, kalau begitu aku juga bisa jadi komentator?"

"Cas..." Doyoung memiringkan badannya dan menatap Lucas malas, "kalau kau jadi komentator, kau mau posisi beatermu diambil orang?"

"tentu saja tidak!!" serunya sebelum akhirnya kembali terdiam, "benar juga ya"

Doyoung menghela nafas lalu berjalan menuju pintu keluar asramanya.

"hyung mau kemana?"

"mau cari oksigen, oksigen di ruangan ini sudah habis karenamu"

.

.

.

Doyoung awalnya hanya berniat untuk menenangkan diri di perpustakaan sebelum akhirnya netra pemuda itu menangkap sosok seseorang yang berdiri di antara rak buku. Sosok yang selalu ia perhatikan diam-diam belakangan ini.

Belakangan ini?

Mungkin lebih tepatnya beberapa tahun belakangan.

Ia mengambil asal sebuah buku agar pergerakannya tidak terlalu mencurigakan, kemudian mengikuti orang itu yang sedang sibuk dengan buku di genggamannya dan sesekali melirik rak untuk mencari buku lain.

Doyoung duduk di salah satu meja begitu objek yang ia ikuti juga mendudukkan diri di salah satu meja di ujung lorong. Berusaha terlihat fokus membaca buku sambil sesekali melirik ke arah orang itu membuat ingatannya berputar ke awal pertemuan mereka.

Doyoung menyukai gadis yang membencinya. Bukan, bukan membencinya, lebih tepatnya membenci darah yang mengalir dalam tubuhnya.

Gadis itu membenci pure-blood.

Setidaknya begitu yang terbesit di pikiran Doyoung, seperti apa yang gadis itu katakan padanya. Tapi teori itu terpatahkan seminggu sebelum liburan tahun lalu saat Doyoung melihat gadis itu dengan santainya bercengkrama dengan Rose yang notabenenya juga adalah pure-blood.

Bukankah jika gadis itu memang membencinya, harusnya ia mengatakan itu tanpa membawa status dirinya yang adalah-

"apa belum cukup aku bilang padamu untuk berhenti mengikutiku?"

-pure-blood.

Doyoung menoleh dan mendapati orang yang sedari tadi ia ikuti kini sudah berdiri di sampingnya dengan jarak dua meter.

Ia tau orang itu tidak menyukainya, tapi apakah harus sampai menjaga jarak seakan-akan Doyoung adalah sosok berbahaya yang bisa kapan saja membunuhnya?

"aku tidak mengikutimu," sergah Doyoung lalu kembali memandangi buku di hadapannya tanpa minat.

"kau pikir aku bodoh? Aku tau kau mengikutiku dari tadi, sebenarnya apa maumu?"

Doyoung terdiam sejenak, mencari alasan apa yang kira-kira tepat untuk menyembunyikan maksud sebenarnya dia ada di sana.

"aku... ingin berbincang denganmu," Doyoung tersenyum lebar setelah menutup buku di hadapannya, "bisa, kan... Kim Sejeong-ssi?"

Sejeong menatap manik Doyoung dalam diam, ia tidak mengerti apa yang ada di pikiran laki-laki itu sampai ia senekat ini.

Sudah berkali-kali laki-laki itu tertangkap basah mengikutinya, tapi tetap saja ia seakan tidak peduli dengan semua ultimatum yang diberikan. Padahal jelas sudah dari kata-katanya bahwa ia tidak bercanda sedikit pun.

"kau tuli?" tanyanya dingin, "berapa kali aku bilang aku tidak mau berurusan dengan pure-blood sepertimu?"

Doyoung membolakan kedua mata kelincinya dengan ekspresi pura-pura terkejut.

"oh ya? Tapi sepertinya kau baik-baik saja saat sedang bersama Rose atau yang lain?"

Dengan air muka yang tenang, Sejeong terkekeh kecil sebelum kembali membuka suara,

"sepertinya kau benar tuli, aku bilang 'pure-blood sepertimu' bukan 'semua pure-blood', atau otakmu sudah tidak berfungsi sampai hal seperti itu saja kau tidak mengerti?"

Yang lebih tua tidak membalas, ia memilih untuk menunggu gadis itu melanjutkan kalimatnya. Berharap ia mendapat jawaban kenapa gadis itu mati-matian membencinya.

"kau... Kim Dongyoung... jika kau benar-benar ingin tau alasan kenapa aku sangat membencimu, kau bisa tanyakan sendiri pada ayahmu"

Sejeong berjalan meninggalkan Doyoung yang sudah membeku di tempatnya. Laki-laki berdarah asli korea itu berpikir keras akan korelasi antara ayahnya dan kebencian Sejeong, apa yang mungkin dulu pernah ayahnya lakukan hingga membuat gadis cantik itu membencinya dengan sepenuh hati.

Maap lama gak update ;_;
Diriku niatnya mau update abis sahur tadi tapi malah ketiduran pas edit 😅

Continue Reading

You'll Also Like

41.9K 5.9K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
42.8K 3.1K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
487K 36.7K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
47.9K 4.1K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...