Be My Boyfriend (Sequel A New...

By EkaFebi_Malfoy27

40K 4.5K 660

[COMPLETED] Saat cinta membuat kupu-kupu menari di perut dan membuat hati berbunga-bunga. Saat cinta membuat... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Epilog
Halo?

Chapter 9

1.3K 193 5
By EkaFebi_Malfoy27

Di meja makan saat semuanya sibuk dengan hidangan yang tersaji, wanita tiga orang anak itu justru melamun. Hal itu membuat sang Ibu merasa risih hingga akhirnya meletakkan sendok supnya.

"Ada apa?"

Sedikit tersentak, Hermione memasang senyum termanisnya. "Tidak ada."

"Aku ini Ibumu, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu."

Hermione cemberut. Entah mengapa bila di depan sang Ibu jiwa kanak-kanaknya tak pernah bisa ia tahan.

"Kalau aku berkata bahwa suamiku masih hidup, apa Mom akan percaya?"

Helena sedikit berjengit mendengar penuturan anak semata wayangnya itu. Lalu dengan ramah berkata. "Draco sudah pergi, Mione."

Hermione mendengus kasar lalu mengusap rambut kecoklatannya kebelakang. "Aku tahu Mom. Aku ini tidak gila. Aku hanya bertanya, salahkah?"

Helena menunjukkan raut wajah prihatin. Bagaimana pun juga jiwa keibuannya tak ingin melihat kehidupan anak semata wayangnya yang rumit seperti ini. Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah. Sebagai Ibu tentu saja ia ingin melihat anaknya bahagia, bukannya malah terus berimajinasi hal yang tidak mungkin seperti ini.

Dengan perlahan Helena mendekati Hermione lalu memeluk anaknya penuh kasih. Diusapnya rambut bergelombang itu seraya berbisik halus,

"Mom tahu ini sulit. Mungkin Mom bisa percaya pada ucapanmu, tapi bagaimana dengan orang lain? Mereka justru akan berpikir sebaliknya. Kau tahu bahwa mereka yang telah tiada tak mungkin bisa kembali, bahkan dengan kekuatan sihir sekalipun."

Hermione menangis di pelukan Helena. Rasa buncah dalam hatinya tak bisa ia tahan. Ia merindukan Draco, begitu rindu hingga rasanya tercekik sendiri dengan tekanan batinnya.

"Aku merasa bahwa aku melihatnya, Mom."

"Bisa jadi itu hanya mirip."

Hermione menggeleng kuat. "Bukan mirip, tapi memang sama."

***

"Lyra!"

"Rhea!"

Ucap kedua remaja yang memiliki wajah serupa secara bersamaan. Bagaimana tidak? Ini adalah jam tidur dan mereka sama-sama tidak tahu bahwa mereka telah melanggar peraturan. Cepat-cepat Rhea menyembunyikan mahkota bunga pemberian Apollo di belakang punggungnya.

"Mengapa kau disini?!" tanya Lyra yang masih tak bisa menyembunyikan kekagetannya.

Seraya melihat ke sisi lain koridor, Rhea menjawab. "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Mengapa seseorang yang hampir tak pernah melanggar peraturan bisa ada disini."

Lyra memutar kedua bola matanya. "Kau pun sama, Rhe. Hampir tak pernah melanggar peraturan."

Rhea yang sudah tampak kesal dari awal semakin menunjukkan raut ketidaksukaannya. "Ini hidupku. Terserah padaku tentang hal apa yang kulakukan."

"Aku juga sama."

Pada akhirnya Lyra berjalan melewati Rhea dengan raut wajah yang tak bisa diartikan. Lyra ingin meminta maaf sebenarnya, namun ekspresi Rhea barusan telah menghancurkan ekspektasinya.

Rhea terlihat sangat kesal padanya dan hal itulah yang membuat hati Lyra mengembalikan kekesalannya lagi. Keinginan minta maaf pun akhirnya hilang saat itu.

Saat Lyra telah berjalan melewatinya, Rhea secara perlahan memindahkan mahkota bunga itu kedepan. Sembari meremas salah satu kelopak bunga mawar mahkota itu, ia menghembuskan nafas lega. Setidaknya kembarannya tak akan sakit hati melihat ini.

Baru saja Rhea melangkah sejengkal, pertanyaan Lyra langsung membuatnya berhenti. Entah mengapa Rhea merasa bahwa koridor itu menjadi semakin panjang dan dingin.

"Apa yang kau bawa?"

Satu persatu kelopak mawar itu jatuh akibat remasan kuat jemari Rhea.

Fell like her heart at this time.

"Bukan apa-apa." jawabnya dengan tetap membelakangi sang kakak.

"Aku melihat warna merah disana."

Rhea menggigit kuat bibir bawahnya. Berharap buliran bening itu tak tumpah sekarang.

Will her feel pain today?

"Dan aku mencium bau mawar."

Jemari Rhea mulai mencari target kelopak mawar yang lain. Ia meremasnya.

Lagi, hingga kelopak itu kembali berjatuhan.

Always fell like her heart that never flew.

"Kau membawa mawar? Untuk apa?"

"Ak—aku tidak membawa apapun!" nada suara Rhea meninggi. Siapapun akan tahu bahwa saat ini gadis berambut pirang itu sedang menangis.

She have to do this. If not how would be happy?

"Ini bau mawar merah. Kau benci mawar merah kan?" tanya Lyra. Suaranya saat ini menunjukkan bahwa ia benar-benar takut. Lyra hanya bisa berharap bahwa apa yang ada dipikirannya salah.

Bahwa, sang adik tak mungkin tega mengkhianatinya seperti ini.

"Aku melihatnya. Kelopak itu jatuh…" lirih Lyra.

It's a red rose.

Mendengarnya Rhea langsung jatuh terduduk. Menangis seraya memeluk erat mahkota bunga itu.

Mahkota itu miliknya, bukan milik sang kakak.

Air mata mulai mengalir deras di pipi Lyra. Ia berlari menghampiri kembarannya untuk memastikan apa yang ia lihat. Dengan hati berdebar fokusnya melihat puluhan kelopak mawar itu jatuh. Namun keterkejutannya semakin menjadi saat ia melihat sang adik memeluk mahkota bunga itu erat.

Begitu erat seolah mahkota mawar itu miliknya.

I can't take it off,  because it's mine.

Lyra berjongkok lalu menangkup kedua pipi Rhea. "Dari siapa kau mendapatkannya?"

"Ini milikku!" raung Rhea.

Meski sesenggukan Lyra tetap memaksa dirinya untuk bertanya. "Aku tidak bertanya ini milik siapa. Aku bertanya dari siapa kau mendapatkannya?"

"Kau akan merebutnya…"

You're always like that.

"Aku tidak akan merebut—"

"Bohong! Dari dulu kau selalu merebut apa yang kumiliki."

"Rhe—"

Rhea mengusap kasar air matanya lalu menatap memohon pada Lyra. "Tak bisakah aku merebut milikku kali ini? Hanya kali ini, kak."

Now is time.

Kakak? Seingat Lyra itu panggilan Rhea padanya sampai umur mereka menginjak empat tahun. Setelah itu entah mengapa secara tak langsung mereka berhenti memanggil kakak-adik satu sama lain.

"Jadi apa selama ini aku egois?" tanya Lyra.

"Ya."

"Selama ini aku merebut semua milikmu?"

Rhea mengangguk sambil terus memeluk mahkota bunga itu.

"Aku minta maaf Rhe. Apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku?"

Rhea menggeleng pelan. Melihat Rhea terus memeluk mahkota bunga itu, Lyra bertanya. "Aku tak akan merebut mahkota mawarmu. Meski aku menyukainya, kali ini aku akan memberikannya padamu."

"Kau yakin?"

Have everything, I have to have.

Lyra mengangguk. Semoga saja ini pilihan yang tepat.

Dan semoga, yang dilakukannya kali ini dapat menebus segala keegoisannya pada Rhea tanpa harus melukai dirinya sendiri.

Tuhan, kumohon…

"Dari siapa kau mendapatkannya?" tanya Lyra lagi.

"Apollo."

Forever.

Merlin! Apa yang harus ia lakukan?

***

"Apollo."

Mendengar salah satu jawaban dari dua gadis kembar itu membuat hatinya hancur.

Ia bersandar pada tembok namun kakinya tak bisa menopang berat badannya. Ia terjatuh seraya meremas bagian ujung baju tidurnya.

"Rhe, jangan begitu…"


Tbc
Au ah gelap. Baper ga sih klean gaes? :"

Ngga ya? Yodah emang dasarnya gw bkn bucin jadi mo bikin kata kata baper tuh susah :")

Aku update kali ini karena besok aku mau fokus belajar. Doain ya UAS aku lancar dan nilainya memuaskan semua 🙏

Buat kalian yang mau berteman denganku. Bisa kok temui aku di :

Ig : ekafebi_as (dm aja yaw kalau mau follback ataw sharing2 gitu :v)

Id Line : saturnbee (chat gw dulu ya biar taw :v itung2 lah w ngerasain di chat duluan)

Gmail : febialnsr@gmail.com

See you ❤

Continue Reading

You'll Also Like

194K 9.5K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
43.5K 2.5K 10
Sakura Hiden : Pemikiran Cinta, Membentuk Angin Musim Semi. © 2015 by Masashi Kishimoto, Tomohito Ohsaki Hak cipta dilindungi Undang-undang. Pertama...
2.6K 549 15
ft. 정재현; jung jaehyun & 손승완; son seungwan ❩❩ sebuah janji pada bulan desember mewakili segalanya, perlahan menumbuhkan rasa cinta yang entah atas da...
20.9K 511 12
Manga Sasuke Retsuden ©Masashi Kismoto ©Jun Eska