My Rival is My Brother (End)...

By Tys_131

398K 40.4K 13.3K

Squel My Family, bxb rate bisa berubah yang tidak suka fujo get out. - 14/03/19 -18/04/19 @tys_131 2019 More

Prolog
Cast (2)
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10_ REAL
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Epilog
Special Chapter 1
Special Chapter 2
Special Chapter 3
Special Chapter_
Special Chapter 4
Special Chapter 5
Special Chapter 6

Part 25

7.5K 882 386
By Tys_131






Jaehyun memijit pangkal hidungnya, tiba-tiba saja kepalanya menjadi sangat pening dengan semua yang terjadi. Anaknya mengalami gangguan mental, dan anaknya yang lain tidak bisa di kendalikan. Belum lagi anak bungsunya yang bisa saja menjadi korban dari kedua kakaknya. Sungguh, menjadi seorang Jung Jaehyun benar-benar tidak mudah. apapun yang dilakukan pasti akan ada konsekuan yang tidak bisa dia bayangkan.

"Ketua Tuan muda David bersama tuan muda Mark. Mereka baru saja sampai rumah"

Jaehyun bisa mengambil napas lega, setidaknya anaknya baik-baik saja. Yang Jaehyun pikirkan adalah bagaimana cara menyembuhkan Mark. Tidak mudah menghadapi orang seperti itu, salah-salah bisa saja ada hal yang membuat dia bertambah parah.

"Hubungi Yeeun, cari tau apa yang dilakukan Jeno saat ini"

"Baik ketua"

Beranjak dari duduknya, Jaehyun bersiap untuk pulang. Terlalu berbahaya meninggalkan David terlalu lama bersama dengan Mark. Kini dia harus lebih hati-hati dengan anak sulungnya itu.

Sedangkan disisi lain Jeno sedang berdiri dengan malas bersandar di pagar kayu depan rumah, matanya melihat bagaimana kekasihnya itu berteriak histeris melihat bagaimana beberapa ular di depan sana sedang membelit mangsanya.

Mendecakkan lidah, Jeno hanya bisa menggelengkan kepala sambil ngebatin. Dia ingin masuk dan mengerjakan hal lain, tapi disisi lain dia juga tidak ingin meninggalkan Jaemin sendirian melihat beberapa ular itu, ya walaupun sekeliling Jaemin ada penjaga tapi hatinya masih resah.

"Boss"

Jeno menoleh, melihat Yeeun berdiri di sampingnya. Wajahnya terlihat begitu gugup saat ini.

"Ada apa?"

"Ketua ingin bicara"

"Aku malas menerimanya, kamu saja yang bicara" balas Jeno, matanya kembali melihat Jaemin di depan sana

"Aku tidak punya hak untuk itu boss, ini bukan urusan bisnis atapun urusan lain. Ini.." ada jeda dari ucapan Yeeun, dan dengan itu Jeno kembali menatapnya. "Ini Tentang Tuan Mark" Yeeun menunduk

Mengambil telpon yang di bawa Yeeun, Jeno mencoba untuk pergi darinya. Tapi gagal karena Yeeun menahannya.

"Tolong jangan bicara di dalam rumah, ketua tidak ingin orang lain tau. Terutama nyonya"

Jeno mengerutkan keningnya, merasa penasaran dia memilih untuk pergi ke samping rumah.

Dengan ragu Jeno kembali menghubungi Jaehyun. menunggu hingga panggilannya tersambung.

"Ada apa?" tanya Jeno datar

"Aku akan mengirimimu video. Buka dan lihatlah, tapi pastikan tidak ada orang yang tau."

"Baiklah"

Jeno sedikit berlari keruang kerjanya. Mengunci pintu dia duduk dan menyalakan komputer miliknya. Entah apa yang merasuki dirinya tapi kali ini dia begitu menurut pada Jaehyun, walaupun dia melakukannya tanpa sadar

Tak lama notif email dari Jaehyun sampai, dengan cepat Jeno membukanya.

Jeno mengerutkan keningnya saat melihat seorang dokter yang sedang menyetting sebuah kamera di meja, tak lama seseorang menghampirinya. Jeno tau dengan jelas orang itu. Dia Mark, kakaknya.

"Kak Mark" lirihnya

Menit berikutnya, dokter itu seperti sedang berbicara tentang sesuatu yang Jeno tidak paham. Mark yang duduk di depannya hanya bisa diam dan mendengarkan.

Mata Jeno membola saat mendengar apa yang di katakan Mark pada dokter itu.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan, kamu tidak mungkin menyingkirkan semua orang yang ada di dekatmu kan?" tanya dokter itu

"Memang, tapi ada rasa dimana aku ingin membunuh mereka. Aku tidak suka ketika mereka meremehkanku, membandingkanku dan mengaturku. Aku tidak suka hidup seperti itu. Dari semua yang aku lakukan, semuanya sempurna. Aku bisa memiliki apapun yang aku inginkan. Keluarga, harta dan kedudukan. Aku dengan mudah memilikinya" suara Mark

Jeno semakin penasaran dengan apa yang dilakukan Mark dengan dokter ini, Jeno menyimpulkan jika Mark sedang melakukan konseling atau semacamnya.

"Lalu apa yang membuatmu khawatir?"

"Jeno"

"Siapa dia?"

"Dia adikku, orang yang aku sayangi. Satu-satunya anggota keluargaku yang tidak bisa aku benci" Mark berbicara dengan wajah sendu

"Lalu kenapa kamu mengkhawatirkannya?"

"Aku khawatir jika suatu saat nanti mungkin aku akan membunuhnya. Tapi aku tidak bisa membunuhnya. Aku terlalu menyayanginya. Tapi ada saat dimana aku ingin membunuh dan mengambil semua yang dia miliki. Semuanya" ucap Mark

"Semuanya?"

"Iya, semuanya. Aku ingin memiliki apa yang berharga di hidupnya. Aku ingin semua orang memandangnya rendah. Aku tidak ingin bersaing dengannya. Dia adikku bukan sainganku. Tapi semua orang seperti membandingkan ku dengannya dan itu membuatku terluka. Aku ingin semua orang melihatku bukan melihatnya"

"Apa kamu sudah memiliki apa yang di milikinya?" tanya dokter itu

"Hampir tapi gagal"

"kenapa gagal"

"Aku tidak ingin menyakitinya, tapi disisi lain aku ingin melihatnya hancur"

Jeno tidak bisa melanjutkan rekaman video itu. Rasanya begitu menyakitkan mendengar bagaimana Mark ingin menghancurkannya hanya demi kekuasaan yang ingin dia capai. Mematikan komputer, Jeno kembali menghubungi Jaehyun.

"Dad, apa itu tadi. Jangan membuatku kembali membenci kak Mark dengan video seperti itu"

"Kamu kira aku bercanda, kamu bisa memastikan sendiri video itu. Kamu bisa bertemu dengan dokter itu dan tanya tentang apa yang terjadi pada Minhyung"

Jeno mendengar suara kendaraan, sepertinya Jaehyun masih berada di luar.

"Apa yang terjadi dengan kak Mark?"

"_"








Menutup mulutnya, Jaemin sedikit menguap. Matanya terasa begitu berat saat ini. saat berbalik dia melihat Yeeun ada di belakangnya.

"Dimana Jeno?"

"Tadi sepertinya sedang kedalam"

Jaemin mengangguk, berjalan melewati Yeeun tapi baru beberapa langkah dia berhenti.

"Yeeun"

"Iya?"

"Buang itu ular, aku tidak suka dia di rumah ini. terlalu menjijikkan" ucap Jaemin acuh dan berlalu bergitu saja, meninggalkan Yeeun yang diam tanpa kata.

Melihat Jeno yang baru keluar dari ruang kerjanya, Jaemin langsung berlari kearahnya. Menubrukkan tubuhnya ke pelukan Jeno.

Terkejut, Jeno memasang wajah cemberut. "Jangan berlari" ucap Jeno penuh penekanan,

"Hee"

"Ada apa? Sudah puas melihat ularnya?" tangan Jeno meraih bahu Jaemin. mengajaknya berjalan untuk ke kamar

"Ularnya aku suruh Yeeun untuk membuangnya"

"kenapa di buang?"

Membuka pintu kamar, Jeno langsung menutupnya. Menuntun Jaemin untuk berbaring bersamanya

"Aku geli melihatnya"

"Benarkan, lalu kenapa minta?"

Tangan Jeno mengambil selimut, menutup tubuh mereka. Kini Jeno memeluk Jaemin yang sedang bersandar padanya.

"Jeno besok carikan aku kambing ya. Yang warna bulunya coklat terus ada hitam-hitamnya dan warna bulu kepalanya putih"

Jeno memasang wajah malas, dan Jaemin yang melihat itu langsung mengerucukan bibirnya. Tanda tidak suka dengan ekspresi Jeno saat ini

"Jeno, jangan memasang wajah seperti itu"

"Biasanya orang nyidam itu makanan Na. Kenapa kamu menginginkan hewan sih. Lama-lama aku bangun kebun binatang disini" balas Jeno

"Ya kalau kamu tidak ingin melihatku nyidam ya jangan buat aku hamil. Salahmu sendiri menghamiliku"

Jaemin yang kesal bukannya melepas pelukan Jeno, dia malah menempelkan tubuhnya begitu rapat pada tubuh Jeno

"Lagipula aku hanya perantara, ini yang minta anakmu. Kalau kamu tidak mau ya sudah aku tidak memaksa, tapi jangan salahkan aku jika nanti anakmu membencimu"

"Iya iya, ini salahku membuatmu hamil, dan ini juga tanggung jawabku untuk membuat anakku senang. Besok aku akan menyuruh orang untuk mencarinya"

Jaemin mendongak, tersenyum manis pada Jeno. "Benarkah? Tidak bohong kan?"

"Bunuh diri jika aku berbohong padamu Na. "

Jaemin semakin menelusupkan dirinya pada Jeno. merasa bahagia karena Jeno selalu mengabulkan apa yang dia inginkan.

"Ini nanti anakku bentuknya seperti apa ya Tuhan. Apa aku harus melakukan semua ini hingga dia lahir nanti" batin Jeno


~~



Jeno melempar kunci pada penjaga, merapikan penampilannya dia mulai masuk kedalam gedung ini. seperti biasa, semua mata memandangnya. Bagaimana tidak di pandangi jika Jeno sekarang tidak memakai pakaian formal seperti jas atau kemeja. Dia hanya memakai kaos putih dengan jaket hitam untuk luarannya. Bawahannya juga hanya memakai celana Jeans biasa dengan sepatu converse putih. Bahkan dia tidak menata rambutnya, poni panjangnya hampir menutup semua bagian kening.

Jika saja ini bukan kantor milik Jaehyun atau Mark, mungkin dia bakalan di usir karena penampilan yang tidak sopan.

Jeno masuk kedalam Lift, tangannya dengan menekan tombol tutup pada lift itu. Dia tidak ingin orang lain satu ruangan dengan dirinya. Akan sangat menyebalkan nantinya.

"Kak Mark didalam?" tanya Jeno pada sekretaris Mark saat dirinya sampai di depan ruangan kakaknya itu.

"Ada didalam Tuan Muda"

Mengangguk, Jeno langsung masuk. Tanpa mengetuk atau permisi. Matanya langsung menatap pada mata Mark yang terlihat tidak suka

"Tidak bisakah mengetuk pintu dulu"

"Untuk apa, lagian kak Mark juga tidak ada tamu." Balas Jeno

Matanya masih menatap Mark. Tersenyum miring Jeno mendudukkan dirinya di sofa. Mengangkat kakinya untuk di naikan ke atas meja.

"Untuk apa kesini?"

"Kita akhiri saja bagaimana kak?" usul Jeno

"Apanya yang mau di akhiri? Dan memangnya kapan kita memulai?"

"Bukankah aku sudah menyerahkan semuanya pada kak Mark, bahkan aku tidak memiliki apa-apa sekarang. ya kecuali bisnisku sendiri"

Mark mengepalkan tangannya, merasa jika harga dirinya di rendahkan saat ini. melihat bagaimana wajah Jeno sungguh membuat emosi Mark sedikit naik.

"Aku tidak butuh apa yang kamu miliki Jeno"

Jeno tersenyum miring saat ini, mengingat apa yang di katakan Mark di video yang dia tonton membuat dirinya ragu. Tapi mengingat kondisi Mark, Jeno sedikit menyesal karena memperlakukan kakaknya seperti ini

"Lalu apa yang kamu inginkan kak?"

Jeno menarik kakinya, duduk tegak dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain. Kebiasaan Jeno saat merasa sedikit gugup.

Mark menggelengkan kepala, matanya memutar arah. Menghindari tatapan Jeno yang terlalu mendominasinya

"Tidak ada"

"Kakak yakin"

Mark menyandarkan punggungnya di kursi, memutar arah kini dia menatap jendela.

"Jikapun ada yang aku inginkan, itu tidak akan pernah terjadi Jeno. jika aku melakukannyapun, Kamu akan sangat membenciku"

Jeno tidak tau arah pembicaraan Mark saat ini, tapi dengan sabar dia mencoba untuk tetap menjadi pendengar yang baik.

"Memangnya apa yang ingin kakak lakukan?"

"Aku ingin kembali ke keluarga Lee"

Jeno terkejut dengan apa yang di katakan Mark saat ini. kembali ke keluarga Lee berarti meninggalkan Jung dan itu semua..

Jeno tidak bisa membayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Dia tidak menyangka jika Mark memiliki pemikiran seperti itu.

"Kak"

"Aku ingin melepas semuanya Jeno, keluarga, kedudukan, dan apapun yang aku miliki saat ini. tapi aku tidak bisa. Terlalu sulit untuk meninggalkan semuanya."

Mata Mark menerang jauh di depan, tatapannya terlihat kosong saat ini. bahkan Jeno bisa menyadari jika kakaknya itu sedang sedih, walaupun dia hanya melihat dari samping.

"Aku hanya ingin hidup bersamamu dan Mama. Aku benci kehidupan yang sekarang. aku benci karena seluruh perhatianmu kamu berikan pada Jaemin, aku benci Mama yang selalu memperhatikan David dan Daddy, dan aku benci diriku yang tidak bisa kehilangan Haechan dan Jayden. Aku benci semuanya"

Jeno hanya bisa mengigit bibir bawahnya. Ini di luar pemikirannya, pemikiran Mark benar-benar ketelaluan saat ini. tapi apa bisa Jeno membenci dan menyalahkannya. Mengingat apa yang sedang di derita kakaknya.

"Jeno"

Mark memutar lagi kursinya, kini dia tersenyum dan menatap Jeno. melihat bagaimana Mark menatapnya, Jeno jadi sedikit gugup

"Jeno, ayo menyusul Papa"

"Kak"

Mark tertawa melihat wajah ketakutan Jeno, terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Mark berjalan mendekati Jeno. tangannya terulur untuk mengacak rambut adiknya itu.

"Jangan terlalu tegang. Kamu terlihat menggemaskan jika seperti itu. "

Jeno sedikit menunduk, mengubah ekspresi wajahnya.

"Jadi apa maumu kesini? katakan padaku. Aku tidak memiliki waktu banyak" tanya Mark

"Tidak ada, aku hanya ingin mengunjungimu"

"Kapan kamu akan membiarkanku bertemu Mama, Jeno. astaga, kamu benar-benar"

"Belum saatnya kak"

Jeno berdiri, berjalan melewati Mark untuk keluar dari ruangan ini. sepeninggalan Jeno, Mark terduduk lemas di sofa. Tangannya bergetar saat ini juga

"Kenapa kamu terlihat takut padaku Jeno. ini seperti bukan dirimu. Apa sebenci itukah kamu padaku" batin Mark.

Jeno berjalan menjauh dari ruangan Mark, kakinya membawa dirinya untuk ke toilet. Menutup pintu kasar, Jeno tidak sanggup menahan beban tubuhnya. Aura Mark benar-benar berbeda tadi, rasanya terlalu menakutkan. Apalagi kini Jeno tau tentang Mark, dia semakin ragu untuk melawan kakaknya itu.

"Apa kak Mark gila, bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu. Apa yang harus aku lakukan" lirih Jeno














Tbc










Btw ini kapan mereka terbangnya. Tiba-tiba sampai di Indo tanpa ada yang tau. Mereka pakai jurus apaan.

Dan harus banget berdua ya, biasanya sama Icung. Tapi sekarang berdua. hmm, jadi halu kan aku.













Happy reading

Maaf jika ada typo

Continue Reading

You'll Also Like

68K 4.1K 51
Jaeyong . . "Kenapa kau ingin Taeyong berada di samping mu?" "Karna aku membutuhkan nya!!" . . (WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA) NGGA SUKA SILAHKAN K...
624 88 11
𝑬𝒗𝒆𝒓 π’•π’‰π’Šπ’π’†, 𝒆𝒗𝒆𝒓 π’Žπ’Šπ’π’†, 𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒐𝒖𝒓𝒔 Selamanya milikmu, milikku, milik kita. Reign kebanggaan Borivali. Raga musuh utama Boriva...
788K 98.8K 21
Tentang Jaemin si autis. Dan tentang Jeno, pemilik mata yang menjadi penenang untuk Jaemin-nya. πŸ“ŒWed, 2019 Apr 3 ➑end: 2019 June 10 🌻nomin-bxb