My Rival is My Brother (End)...

By Tys_131

398K 40.4K 13.3K

Squel My Family, bxb rate bisa berubah yang tidak suka fujo get out. - 14/03/19 -18/04/19 @tys_131 2019 More

Prolog
Cast (2)
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10_ REAL
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Epilog
Special Chapter 1
Special Chapter 2
Special Chapter 3
Special Chapter_
Special Chapter 4
Special Chapter 5
Special Chapter 6

Part 23

7.1K 865 248
By Tys_131






3 hari ini sikap Mark benar-benar membuat Haechan bingung. Setalah pertengkaran mereka, kini Mark lebih sering menempel padanya. Bahkan dia pergi ke kantor tidak lebih dari 5 jam dalam sehari. Biasanya dia hanya akan ada di rumah ketika tengah malam sampai pagi buta.

Tapi sikap Mark yang seperti ini memang tidak bisa di pungkiri bisa membuat Haechan kembali luluh. Ya walaupun dia masih sedikit ragu.

Seperti pagi ini, Mark masih tiduran di kamar dengan Jayden. Bermain ponsel, entah apa yang di perlihatkan Mark pada Jayden tapi hal itu membuat anaknya tertawa kencang. Haechan yang melihat itu juga ikut tersenyum.

"Kak Mark tidak ke kantor?"

Haechan muncul dari balik pintu, membawa susu untuk Jayden. Duduk di samping Mark yang sedang tiduran dengan Jayden dia atasnya.

"Tidak hari aku ingin di rumah, nanti sore aku mau ketemu Jeno"

Haechan hanya mengangguk, memberikan botol susu pada Jayden. Setelahnya dia terkejut saat Mark menarik tangannya untuk memberikan ciuman singkat.

"Yak, ada Jayden" ucap Haechan

"Lalu kenapa?"

Memutar mata malas, Haechan memilih kembali keluar kamar. Membiarkan Jayden meminum susunya dengan Mark. Tak bisa di sembunyikan jika Haechan tersenyum saat ini. perlahan dia mulai merasa jika Mark memang sedikit berubah.

Lain Haechan lain juga Jaemin, jika Haechan bahagia karena Mark yang lebih perhatian pada dirinya dan juga Jayden; pagi ini Jaemin juga terlihat bahagia sambil melihat wajah tidur Jeno. tangannya menopang wajahnya di depan wajah Jeno, kadang Jaemin meniup-niup mata Jeno agar terbuka.

Tak kunjung membuka mata, kini Jaemin menggunakan jemarinya untuk menusuk pipi, hidung bahkan mata Jeno. dan itu sukses membuat Jeno mengeliat terganggu.

"Na~"

"Jeno bangun"

Membuka mata sebelah, Jeno langsung dapat melihat wajah Jaemin. sedikit memundurkan wajah, Jeno menekuk alisnya saat Jaemin tengkurap di sampingnya.

"Jangan tengkurap Na. Aku tidak ingin dia tertekan"

Mendorong pelan tubuh Jaemin, kini Jeno menggunakan tangan satunya untuk menopang kepala. Berbaring di samping Jaemin yang sekarang telentang.

"Jeno aku ingin cerita"

"Hm, aku akan mendengarkannya" ucap Jeno, tangan satunya di gunakan untuk mengelus perut Jaemin yang terlihat semakin berisi. Tidak lagi datar.

"Tapi malam saat kamu tidur aku ingin sekali membangunkanmu"

Jaemin berbicara dengan bibir mengerucu ke depan, matanya menatap kedua tangan yang sedang memainkan tali yang ada di baju Jeno

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kamu terlihat lelah, aku tidak tega membangunkanmu"

"Memangnya kamu ingin apa?"

Gemas dengan ekspresi Jaemin, Jeno menunduk untuk mengigit pelan bibir Jaemin yang mengerucu ke depan.

"Aku ingin melihat monyet"

Mata Jaemin menatap mata Jeno. keduanya berkedip untuk beberapa saat. Tidak ada yang berbicara. Karena Jaemin tau jika Jeno sangat membenci binatang. Terkecuali kucing.

"Melihat monyet? Kamu ingin aku menemanimu?"

Jaemin diam, dia memilih untuk memiringkan tubuhnya dan memeluk Jeno.

"Tadinya iya, tapi aku yakin kamu akan terpaksa melakukan hal itu. Dan tiba-tiba saja saat tadi malam kamu tidur aku menatapmu. Keinginanku itu tiba-tiba saja hilang"

Jeno berpikir keras dengan apa yang di katakan Jaemin padanya. butuh beberapa detik sebelum Jeno paham, mengambil napas dalam Jeno melirik Jaemin dengan malas

"Apa dia menyamakanku dengan Monyet" batinnya "Kenapa bisa hilang Na?"

"Kamu lebih tampan dari monyet Jeno. jadi aku lebih baik melihatmu"

"Jadi standar ketampananku di bandingkan dengan monyet. Astaga" batin Jeno lagi

Jeno memilih diam. dia hanya mendengarkan apa yang di katakan Jaemin padanya. ya walaupun ucapan Jaemin sama sekali tidak dia dengarkan. Dia malah membalas beberapa pesan dari anak buahnya. Mengabaikan Jaemin di dalam pelukannya.

Lagipula Jaemin juga tidak akan sadar jika Jeno bermain ponsel, posisi Jaemin yang memeluk Jeno membuatnya hanya bisa menatap dada Jeno tidak lebih.

~~


Seperti perkataannya Mark sedang menunggu Jeno. Dia duduk di sebuah kafe. Matanya menatap keluar jendela. Tak lama senyum berkembang di wajah Mark saat Jeno mulai berjalan memasuki kafe.

Melihat Mark, Jeno langsung duduk di depannya. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi.

"Aku sudah memesan minum untukmu, minumlah"

Jeno tersenyum, tanpa ragu dia meminumnya. Tapi sedari tadi matanya tidak menatap Mark.

"Katakan padaku kenapa ingin bertemu?" tanya Jeno dingin

Mark tersenyum sedih mendengar apa yang di katakan Jeno padanya. sepertinya adiknya ini memang benar-benar membencinya. Dan Mark juga tidak menyalahkan Jeno atas kebencian dirinya padanya

"Aku ingin mengatakan alasanku kenapa aku ingin menemuimu. Tapi aku tidak menemukan alasan yang cocok untuk ku jadikan alasan" mengambil kopi di depannya, Mark menyeruputnya dengan pelan. Setidaknya dia harus membasahi tenggorokannya

"Jangan bercanda kak"

"Aku tidak bercanda, untuk apa alasan itu, aku hanya ingin bertemu denganmu. Apa ada larangan untuk semua itu?"

"Aku tidak punya waktu banyak" bohong Jeno, bukannya dia tidak ingin bertemu dengan Mark. Hanya saja kecanggungan di antara mereka membuat Jeno tidak nyaman.

"Aku merindukanmu"

Cih

Jeno memalingkan wajahnya, bersandar di kursi.

"Terakhir kali kakak mengatakan hal itu kita tertengkar. Setelah ini mau apa lagi, saling memukul"

Mark menahan tawa saat melihat bagaimana wajah kesal Jeno. Rasanya sudah lama dia tidak melihat Jeno yang seperti itu. Biasanya dulu hampir setiap hari dia melihatnya.

"Jeno"

"Hmm"

"Kakak minta maaf"

Jeno kini melihat kearah Mark, dahinya tertekuk saat mata Jeno tidak sengaja saling tatap dengan mata Mark. Setelahnya Mark memilih untuk melihat kearah lain.

"Kakak tau kamu tidak akan pernah percaya lagi padaku. Aku juga tidak akan memaksamu untuk percaya padaku. Apa yang aku lakukan padamu memang sudah keterlaluan. Mungkin maaf saja tidak akan cukup untuk menebus dosaku padamu."

Mark mengigit bibir bawahnya, matanya masih melihat kearah lain. Walaupun dia tau jika Jeno sedang menatapnya tapi dia tidak ingin Jeno melihat matanya. Jeno akan langsung tau jika dia sedang menahan tangisnya saat ini.

"Kamu memang benar, apa yang kamu lakukan semuanya untuk kebaikan. Jujur aku iri denganmu, kamu bisa melindungi apapun yang berharga untukmu. Sedangkan aku, melindungi keluargaku saja tidak bisa."

Jeno masih diam, tidak ingin menyela apa yang di katakan Mark. Lagipula apa yang di katakan kakaknya itu sama sekali bukan pertanyaan jadi untuk apa dia membalasnya.

"Dari dulu kamu memang paling bisa mengambil hati orang. Harusnya aku tidak cemburu denganmu. Aku seperti orang asing bagimu, aku merasa aku semakin jauh denganmu. Dan aku tidak ingin kamu benar-benar pergi dariku. Tidak Jeno, aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu"

Jeno membolakan matanya saat melihat mata Mark. Hati Jeno bergetar dengan tatapan kesedihan Mark padanya.

"Dari kecil, tujuan hidupku hanyalah membahagiakanmu dan Mama. Apapun yang ku lakukan aku harus bisa membuat kalian berdua bahagia. Tapi keserakahanku membuat semuanya hancur. Kecemuruanku membuat semuanya kacau."

Jeno mengedipkan beberapa kali matanya, mencoba untuk fokus dengan kakaknya itu.

"Aku tau mungkin kamu akan bosan dengan kata maafku. Tapi aku tidak akan pernah berhenti untuk meminta maaf soal ini padamu"

"Soal apa?"

Mark menelan ludahnya kasar. Rasanya begitu susah untuk mengeluarkan suara.

"Maaf, maaf karena menjadi kakak yang buruk untukmu, Lee Jeno"

"kak"

"Biarkan aku meminta maaf sebagai Mark Lee, biarkan aku menjadi Mark Lee saat ini. aku benar-benar merindukanmu Jeno. sebagai kakakmu, jujur aku ingin kita kembali ke masa dimana kita hanya bertiga. Hanya aku, kamu dan Mama. Aku merindukan Lee Jeno kecil, Lee Jeno yang selalu menempel pada Mark Lee. Lee Jeno yang dengan mudahnya merajuk karena hal kecil. Aku merindukan semua itu Jeno. sangat."

Jeno mematung mendengar ucapan Mark saat ini. mata Mark yang basah membuat Jeno merasakan sesak.

"Aku menyesal kita tumbuh menjadi dewasa. Aku menyesal dengan semua yang kita hadapi. Masalah, semua masalah kita berbeda dengan kita yang dulu."

"Kita tidak bisa memutar waktu kak"

"Aku tau. Dan kita juga tidak akan kembali seperti dulu lagi, karena kita sudah berada di keluaga lain"

Jeno menunduk, memainkan jemarinya yang ada di bawah meja

"Apa.. apa jika kita tidak memilih calon untuk Mama, apa kita masih bisa seperti dulu. Apa jika Mama tidak bertemu dengan Daddy kembali, apa kita masih bisa merasakan hal sama seperti dulu?" ucap Jeno lirih

"Percuma, takdir yang menyatukan mereka kembali"

"Jadi, apa pertengkaran kita juga takdir?"

Mark menggelengkan kepalanya "Ini kesalahanku"

Jeno menarik napasnya, "Jujurlah kak, sebenarnya apa maumu?"

"Jeno, Kakak mohon. Katakan dimana Mama. Aku akan membiarkanmu menemui David asal biarkan aku bertemu Mama."

Jeno sudah bisa menebaknya, dia juga tau jika mungkin saja David juga merindukan Taeyong. tapi apa waktunya sudah pas untuk mempertemukan mereka. Lagipula apa dia bisa membawa Mark kerumahnya, bertemu dengan Taeyong dan Jaemin

Jujur Jeno masih tidak ingin Jaemin bertemu dengan Mark. Hatinya masih tidak rela

"Tidak sekarang Kak, belum waktunya"

Mark hanya bisa tersenyum, jawaban Jeno sama dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya. Tapi disini Mark juga tidak akan memaksa. Lebih baik dia menunggu daripada harus membuat kesalahan lagi.

"Tidak masalah"

"Baiklah aku pergi dulu"

Jeno berdiri dari duduknya, meninggalkan Mark yang hanya bisa menatap sedih punggung adiknya itu. Sampai Jeno masuk kedalam mobil dan menghilang dari pandangannya, Mark masih terlihat sedih

"Sebentar lagi, semua akan kembali seperti semula" batin Mark

Mengalihkan pandangannya kearah kursi tempat Jeno duduk tadi, Mark kini tersenyum sinis.

"Tunggu aku Jeno, aku akan mengikutimu" Mark memejamkan matanya, "Kita akan kembali menjadi Lee"

~~

"Siapa yang mengawasinya?"

Jaehyun menatap tajam orang yang ada di depannya . Tatapan yang begitu menakutkan. Bahkan orang yang ada di depannya sedari tadi hanya menunduk. Tidak memiliki kekuatan untuk menatap bossnya itu.

"Beberapa tangan kanan Ketua. Mereka bilang seperti itu.

"Lalu apa informasi lebihnya. Apa kamu kira aku percaya begitu saja dengan apa yang kamu katakan. cari tau kenapa dia bisa pergi ketampat itu"

"Informasi di rumah sakit itu sangat ketat Ketua. Akan sangat susah untuk mendapatkannya"

Jaehyun memijit pelipisnya. Pening dengan apa yang di katakan anak buahnya itu"

"Pakai cara apapun. Dapatkan informasi lebih kenapa Mark bisa ada disana."

"Baik ketua"

Orang tadi keluar dari ruangan Jaehyun. meninggalkan bossnya yang sedang kesal. Mata Jaehyun kembali pada beberapa foto yang kini tersusun rapi di meja

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan Mark. Siapa orang yang kamu temui di rumah sakit itu?"

Drrtt.drrtt.

Mata Jaehyun teralihkan, wajah yang tadi terlihat sangat kusam kini berubah menjadi ceria saat tau siapa yang menelponnya.

"Hai sayang"

"Sedang apa?"

"Sedang bicara denganmu"

"Serius Jaehyun"

Jaehyun terkekeh pelan saat mendengar nada kesal dari seberang telpon sana.

"Di mana Jeno, kenpa kamu bisa menelponku?"

"Dia sedang pergi, Jaemin sedang tidur dan aku kesepian disini"

"Bukankah ada Yeeun. Suruh saja dia menemanimu"

"Jeno membuat Yeeun sibuk, aku jadi kasian dengannya. Masa mudanya benar-benar suram karena Jeno"

"Yeeun yang mau sendiri sayang, aku hanya memberi tawaran untuknya bukan memaksanya."

Jaehyun berdiri dari kursinya, mendekati pintu dan menguncinya. Tidak lucu bukan jika nanti ada seseorang yang tiba-tiba saja masuk kedalam ruangannya.

"Tapi tetap saja"

"Aku merindukanmu sayang"

"Aku juga"

"Rasanya aku ingin kesana dan memelukmu"

"Dan kamu akan diusir Jeno"

"Kamu benar"

Jaehyun tertawa begitu juga dengan Taeyong, mereka saling melepas rindu lewat telpon. Ya karena hal yang paling aman hanya seperti itu.










Tbc














Sudah bosenkah sama cerita ini?

Mau ending segera? Atau nunggu kejutan dari Mark. hee

Maaf kadang gak bisa update siang, ya krna siang aku fokus ke RL.


















Happy reading

Maaf jika ada typo

Continue Reading

You'll Also Like

787K 98.7K 21
Tentang Jaemin si autis. Dan tentang Jeno, pemilik mata yang menjadi penenang untuk Jaemin-nya. 📌Wed, 2019 Apr 3 ➡end: 2019 June 10 🌻nomin-bxb
952K 101K 30
[COMPLETED] Bagaimanapun juga Jisung adalah putra mereka. Apapun yang telah Na Jaemin lalui, Lee Jeno tidak berhak di benci. bxb nomin area Ft. (Jaey...
2.1M 10.6K 26
'aku melepas Virgin untuk sahabatku'
Deja vu By Jiwoo

Fanfiction

125K 14.8K 35
[SEQUEL FROM WE ARE : BLACKPINK] Dia datang bagaikan sebuah mimpi, yang mengisi setiap kepingan hilang dari kisah kami Tetapi, jika pada akhirnya kau...