Be My Boyfriend (Sequel A New...

By EkaFebi_Malfoy27

40.3K 4.6K 660

[COMPLETED] Saat cinta membuat kupu-kupu menari di perut dan membuat hati berbunga-bunga. Saat cinta membuat... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Epilog
Halo?

Chapter 7

1.4K 211 39
By EkaFebi_Malfoy27

Panas terik selalu diabaikan oleh pria itu demi mengumpulkan uang untuk menunjang finansialnya. Kata orang uang bukanlah segalanya, namun tanpa uang bukankah kau akan menderita? Tak bisa makan, minum, bahkan memiliki tempat tinggal.

Apalagi bila ditambah tanpa cinta dan kasih sayang keluarga. Kau tahu rasanya? Seperti kau ingin mati saat itu juga.

Tak ada harapan. Begitulah awal mula pikirannya. Namun dirinya tak ingin mati sia-sia hanya karena kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Meski hidupnya tak lagi berguna, setidaknya ia tak ingin menjadi sosok pendosa lagi.

Semakin matahari mencapai puncak tahtanya, semakin kaki pincangnya terseok-seok. Tangannya masih kuat mengangkat labu namun kakinya menginginkan melepas lelah.

Wajah dan tubuhnya mulai gencar mengeluarkan bulir-bulir air. Saat ia berhenti sejenak untuk mengusap keringat dikeningnya, seseorang menepuk pundaknya pelan.

"Hei!"

Pria itu menoleh dan terkejut mendapati siapa sosok pemilik suara lembut yang baru saja memanggilnya.

"Apa kau mengenalku?" tanya Hermione begitu melihat perubahan ekspresi dari sosok pekerja di kebun labu itu.

Pria bersurai hitam namun diselingi warna pirang itu tampak gelagapan. "Tid—tidak."

"Benarkah?" selidik Hermione. Ia takut kalau-kalau hiatusnya di dunia muggle membuatnya terlupa akan sosok yang pernah dikenalnya.

Pria itu mengangguk. "Ada apa?" tanyanya kemudian meski Hermione tahu pria itu gugup. Hey, apa sih yang salah dengan dirinya?

Hermione menunjuk labu yang diangkat pria itu. "Labu itu, sepertinya baru saja kau petik ya?"

Pria itu menyodorkan labu berwarna orange muda pada Hermione. "Ya. Aku jamin labu ini akan enak saat dimasak."

Hermione terkekeh yang justru membuat pria itu sedikit berjengit.

"Maka dari itu aku menghampirimu. Dari jauh saja labu ini terlihat begitu bersinar."

"Sepertimu..." cicit pria itu.

"Apa?"

"Tidak—Ah, ini ambil saja. Aku pergi dulu."

"Tunggu!" cegah Hermione sebelum pria itu berlalu meninggalkannya menuju kearah hamparan labu dibelakangnya.

"Siapa namamu?" tanya Hermione. Entah mengapa ia penasaran pada pria itu. Caranya berbicara mengingatkannya pada seseorang—

—seseorang yang jauh disana.

Pria itu menoleh. "Ak—aku John. Ya, Johnny Hubert."

Hermione mengangguk dan tersenyum. Senyumannya dibalas senyum lembut dari pria itu. Saat John benar-benar berbalik meninggalkannya, ia baru sadar bahwa manik abu itu jelas bukan milik sembarang orang.

***

Kini James dan Scorpius sedang duduk di pojok ruang perpustakaan. James berkata bahwa ia perlu menemui Scorpius untuk masalah ini. Masalah dimana kedua kakak kembarnya harus perang dingin hingga detik ini.

"Kau sadar bahwa Rhea mulai berubah?"

Scorpius menutup bukunya perlahan. Lalu mendengus dan menatap laki-laki yang umurnya lebih tua darinya itu dengan tajam. "Kau mengamatinya?"

James nampak terkesiap. Ia mengalihkan perhatiannya menatap lorong sepi di ujung lain tempat mereka berada. "Aku hanya merasa berbeda."

"Berbeda bagaimana?"

James mendecih. "Kau adiknya, bukankah seharusnya kau lebih tahu bagaimana sifat kakakmu?"

"Kau tahu sendiri bagaimana Rhea. Dia tertutup."

"Tidak ketika ia bersama Apollo."

Scorpius mengernyit. Manik abunya tampak berpikir sejenak. "Tapi bukankah Apollo menyukai Lyra?"

"Kau berpikir begitu?" seringai James muncul perlahan.

James menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu bersedekap bak bos yang menatap anak buahnya. "Yah, kau masih kecil Scorp. Jadi sepertinya kau tak tahu bagaimana hubungan ini begitu rumit hingga kakakmu perang dingin."

Scorpius tampak berpikir lagi. Bagaimana pun juga ia tak boleh kelepasan dengan hal ini. Ia cerdas, dan ia harus menemukan apa yang dimaksud oleh anak pertama pahlawan perang itu. Kakaknya, apa yang sebenarnya terjadi?

"Apollo dan Lyra selalu bersama setahuku. Jadi kupikir mereka saling mencintai." jawab Scorpius pada akhirnya yang justru membuat seringai James makin lebar.

"Awalnya aku juga berpikir begitu, hingga aku melihat mereka bersama." ujar James dengan matanya yang berubah sayu.

"Mereka? Siapa?" tanya Scorpius was-was. Ia takut kalau James mengatakan hal buruk —seperti perselingkuhan misalnya— yang tentu saja akan membuat Lyra sakit hati. Ia tak ingin kakaknya menangis untuk laki-laki yang tak becus menjaganya.

"Meski sakit, tapi entah mengapa melihatnya bahagia setelah bertahun-tahun lamanya membuat sebagian hatiku ikut senang."

Lagi-lagi Scorpius mengernyit. Jujur ia tak tahu ke arah mana James membawa topik pembicaraan ini.

"Jangan membuatku penasaran James! Siapa 'mereka' yang kau maksud?"

James mendengus sejenak sebelum akhirnya berkata, "Apollo dan Rhea."

Ucapan James sukses membuat kedua bola mata Scorpius melotot sempurna.

***

Saat semua murid sudah terlelap dalam mimpi indahnya. Rose, Albus, dan Scorpius justru masih berkeliaran di lorong panjang nan gelap itu. Tentu saja mereka menajamkan indera pendengaran dan penglihatan guna menghindari para prefek atau Profesor yang mungkin masih melakukan inspeksi.

Dengan sigap walau berkali-kali harus menempel pada dinding, akhirnya mereka sampai di lorong yang mengarah pada ruangan di mana Snape berada.

Baru saja kaki mereka melangkah perlahan seseorang telah menarik paksa tongkat sihir mereka.

"Ekspelliarmus!"

Mereka bertiga terkesiap beberapa detik, hingga akhirnya menoleh dan mendapati sosok Profesor yang ditakuti oleh sebagian murid Hogwarts.

"Bukankah ini suatu pelanggaran, hm?" tanya Snape dingin.

Mereka bertiga bergeming. Tak tahu harus menjawab apa.

"Mengapa kalian masih berkeliaran di saat jadwal sudah jelas mengharuskan kalian tidur?"

Merasa tak ada jawaban, Snape kembali melanjutkan. "Jawab atau lebih baik kuhukum?"

"Kurasa hukuman lebih baik. Meski kami menjawab pun aku yakin kau akan tetap menghukum kami." jawab Albus hingga membuat mata Snape melotot mendengarnya.

"Pengecut." lirih Snape.

Rose yang mendengar merasa terhina. Ia tak ingin sahabat dan saudaranya juga ikut kena imbas permasalahannya. "Aku yang mengajak mereka—"

Snape menatap Rose datar.

"—menggeledah ruanganmu."

"Kau tahu Miss Weasley bahwa perbuatanmu akan berdampak besar pada poin asramamu." tekan Snape pada setiap katanya. Meski begitu nyali Rose tetap tak ciut sedikit pun.

"Apa pengkhianat ini membuatmu resah, Profesor Snape?"

Snape menyeringai, "Rupanya kau penasaran mengapa aku menyebutmu pengkhianat?"

Rose mulai geram hingga buku-buku jarinya memutih. "Cukup mempermainkanku Snape! Aku baru masuk tahun pertama dan kau menghancurkan semua ekspektasiku!"

"Justru kau yang menghancurkan ekspektasiku Miss Weasley!"

"Aku? Menghancurkan apa?"

"Kupikir setelah bertemu dengannya berkali-kali kau akan memberitahu kabar bahagia ini pada sahabatmu. Tapi apa kenyataannya? Kau justru terus-terusan membuatnya menderita!"

Jujur Rose benar-benar bingung sekarang. "Memangnya aku bertemu siapa?" ujar Rose balik bertanya.

"Sosok pincang itu."













Tbc
Sekarang updatenya aku ganti setiap hari Senin ya, jadi jangan nunggu di hari Minggu lagi kek dulu 😂
Aku ganti ke Senin soalnya aku banyak longgar hari Senin. Gpp kan yak?

Maaf ya kembarannya Emma Watson ini suka plin plan :")

Continue Reading

You'll Also Like

726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
328K 35.4K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
412K 30.5K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
204K 21.9K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...