My Rival is My Brother (End)...

By Tys_131

398K 40.4K 13.3K

Squel My Family, bxb rate bisa berubah yang tidak suka fujo get out. - 14/03/19 -18/04/19 @tys_131 2019 More

Prolog
Cast (2)
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10_ REAL
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Epilog
Special Chapter 1
Special Chapter 2
Special Chapter 3
Special Chapter_
Special Chapter 4
Special Chapter 5
Special Chapter 6

Part 19

6.8K 872 172
By Tys_131










"Terimakasih"

Jeno mengambil minum yang di letakkan di depannya. Tangannya kini sedang menyangga Jayden yang tertidur di pengkuannya.

"Kamu terlihat kurus?" tanya Jeno

"Jayden selalu bikin ulah, aku tidak bisa mengontrolnya"

"Maafkan aku ya" ucap Jeno lembut

"Untuk apa? Kamu tidak melakukan apapun."

Jeno memaksakan senyumnya, rasanya begitu aneh berbicara dengan Haechan saat ini. terlalu canggung.

"Untuk yang kak Mark lakukan padamu"

Haechan menghela napas, memalingkan wajahnya dari Jeno. Kedua telapak tangannya saling menggosok. Mencoba untuk mengurangi kegugupan.

"Dia yang melakukan kesalahan kenapa kamu yang meminta maaf"

"Aku minta maaf atas nama Jaemin. maafkan Jaemin jika membuat perasaan kak Mark berantakan"

"Aku mengerti, ini salahku. Aku yang membuat mereka dekat"

Jeno diam, begitu juga dengan Haechan. Tak ada suara diantara mereka. Jeno yang biasanya cerewet kali ini tidak bisa mengatakan apa-apa di depan Haechan. Rasanya sangat-sangat tidak nyaman.

"Apa kamu ingin pergi? Aku bisa membawamu?" tanya Jeno

Haechan mengigit bibir bawahnya. Ucapan Jaehyun kembali terbayang saat ini. sebenarnya dia ingin sekali pergi, tapi hatinya mengatakan jika dia harus tinggal. Entahlah, Haechan sendiri ragu dengan kehidupannya saat ini.

"Aku ... Aku tidak tau harus berbuat apa"

Haechan menundukkan kepalanya. Memainkan jemari tangannya yang ada di paha. Rasanya begitu sesak jika membahas tentang masalah ini.

"Apa kamu masih mencintainya?"

Tangan Jeno bergerak menepuk punggung kecil Jayden yang mulai bergerak gelisah di pangkuannya. Dengan elusan ringan di kepalanya, Jayden kembali tenang.

Jeno kembali menatap Haechan, menunggu jawaban dari sahabatnya itu.

"Bagaimana jika aku mencintai orang lain?"

Jeno sedikit terkejut dengan jawaban Haechan. Matanya mengerjap cepat saat mata Haechan menatapnya. Tiba-tiba saja Jeno menjadi gugup saat ini. jantungnya seperti di pacu. Dan itu membuat Jeno menjadi gelisah.

"Jangan bercanda Haechan"

Jeno mengalihkan pandangannya, kini dia menatap wajah Jayden. Tangannya memainkan pipi gembil keponakannya itu. Tidak menyadari jika Haechan menatapnya dengan perasaan terluka.

"Bagaimana kabar Jaemin? Dia baik- baik saja kan?"

Haechan mencoba untuk merubah suasana, memancing Jeno dengan nama Jaemin sangatlah mudah. kini dia kembali menatapnya. Tatapan berbinar, berbeda dari tatapannya yang tadi.

"Dia baik-baik saja. Dia hamil"

"Benarkan, selamat." Ucap Haechan, "Aku tidak menyangka Jayden akan memiliki adik. Dia pasti sangat senang"

"Tentu saja, tapi aku punya firasat buruk dengan anakku"

Haechan mengerutkan keningnya. Sedangkan Jeno hanya tertawa ringan dengan wajah Haechan saat ini.

"Apa maksudmu?"

"Kurasa tingkahnya akan melebihi Jayden"

Haechan tertawa dengan jawaban Jeno, begitu juga dengan Jeno. Rasanya sudah lama untuk mereka berdua saling berbicara dengan santai seperti ini. bercerita tantang bagaimana kehidupan mereka. Saling bertukar pikiran satu sama lain.

"Memangnya apa yang di inginkan Jaemin?"

"Jika aku beritau kamu pasti tidak akan percaya. Yang pasti dia gabunganmu dengan Mama. Super menyebalkan"

"Hai, dia seperti itu juga karena ulahmu. Jadi ya rasakan sendiri"

Jeno yang tidak terima kini menegakkan tubuhnya. Membuat Jayden kembali gelisah di pangkuannya.

"Lalu bagaimana denganmu dan Mama. Kak Mark dan Daddy yang membuat tapi aku yang tersiksa" cemberut Jeno

"Karena kamu pantas tersiksa"

"Apa-apaan itu, cih" balas Jeno

Mereka berdua tertawa bersama. Mengabaikan Jayden yang perlahan membuka mata dan menatap Jeno. Mengucek mata dengan tangan kecilnya, Jayden langsung memeluk leher Jeno.

"Om Jeno"

"Ada apa?"

"Ayo main burung. Jatuhkan burung" liirh Jayden pelan.

Jeno yang mengerti hanya diam, tak ingin membalas ucapa Jayden. Tangannya mengelus punggung keponakannya dengan lembut membiarkan Jayden kembali memejamkan mata sambil memeluk leher dia.

"Permainan apa itu?" tanya Haechan

"Aku mengajari Jayden menggunakan ketapel. Hanya iseng" bohong Jeno sambil senyum kaku

Haechan hanya mengangguk, mengerti dengan apa yang di maksud Jeno. Mungkin itulah sebabnya Jayden merindukan Jeno. Mereka lama tidak memainkan permainan itu.

"Oh iya, kapan kamu akan menikahi Jaemin?"

"Nanti, setelah waktunya aku akan memberitaumu"

Menyimpan tangan di dada, Haechan kini menyandarkan tubuhnya di sofa. Matanya melihat Jeno sambil tersenyum.

"Kenapa denganmu?"

"Ternyata kamu dan kakakmu itu sama saja"

"Maksudnya?" tanya Jeno tidak mengerti.

"Kalian berdua menghamili orang sebelum menikahinya." Balas Haechan dengan senyum yang hampir tertawa.

"Hai, Daddy juga melakukan itu"

"Benarkan, serius?"

Jeno mengangguk sambil membenarkan posisi Jayden.

Mereka melanjutkan obrolan, membahas hal random hingga jam menunjukkan pukul 7 malam. Jeno haru segera pulang. Jaemin pasti akan menunggunya, lagipula perjalanan Jeno tidaklah dekat. Jarak kota dan rumahnya yang ada di pinggiran kota lumayan memakan waktu banyak.

"Aku harus pulang, Jaemin pasti menungguku."

"Tidak ingin makan dulu?"

"Tidak perlu" kata Jeno, "Kapan mereka akan pulang?"

"Kurasa Daddy akan pulang jam 8 lebih bersama David, kalau kak Mark aku tidak tau pastinya"

Jeno mendekati Haechan, menyerahkan Jayden padanya. tapi saat pergantian tangan Jayden terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum kembali memeluk Jeno.

Melihat itu Haechan hanya saling menatap dengan Jeno.

"Sepertinya dia sangat merindukanmu. Bawa saja dia, kamu bisa membawanya kemari besok atau lusa"

Jeno sedikit merasa tidak enak dengan Haechan. Tapi ya mau bagaimana lagi, dia juga merindukan Jayden. Dan sepertinya tawaran Haechan juga menarik.

"Bolehkah?"

"Tentu saja boleh, Jayden sangat menyukaimu. Bawa saja dia lagipula di sana ada Mama dan Jaemin"

"Bagaimana denganmu?"

"Aku akan baik-baik saja Jeno" ucap Haechan, "Aku akan menyiapkan barang-barangnya. Kamu tunggu sebentar ya"

"Terimakasih Haechan"

"Sama-sama, aku senang jika kamu menyayangi Jayden"

"Aku akan kembali besok"

Haechan mengangguk pada Jeno sebelum pergi menyiapkan beberapa kebutuhan Jayden untuk malam ini dan besok.

"Oh sepertinya membawa Jayden lebih bagus daripada membawa pitbull berbulu" batin Jeno

~~

"Sampai kapan kamu akan seperti ini. Pulanglah"

Lucas merasa jengah dengan tingkah Mark, tidak biasanya sahabatnya itu pergi ke bar dan mabuk seperti ini. sebenarnya ini belum terlalu malam, tapi Mark disini dari siang dan sampai sekarang masih disini.

"Aku tidak bisa pulang, aku tidak sanggup melihat tatapan kebencian Haechan padaku" lirih Mark

Beberapa botol sudah Mark habiskan, tapi dia sama sekali tidak merasa mabuk. Hanya saja perutnya terasa penuh dan panas.

"Kamu akan terus lari?"

Mark menggelengkan kepala, kembali menenggak alkohol dari botolnya.

"Aku tidak lari, aku sudah terjatuh di lubang yang kubuat sendiri"

"Lalu kenapa kamu tidak keluar"

Mark menatap Lucas disampingnya. Tangannya memegang pundaknya sebelum sedikit memberi cengkraman, hal itu membuat Lucas sedikit meringis.

"Jika aku keluar, aku akan menghadapi adikku sendiri." menghembuskan napas, Mark merasa pening memikirkan Jeno. "Jeno.. dia sekarang di atasku. Dengan mudahnya dia menaikiku, menginjakku hingga aku tidak bisa berdiri"

"Itu semua salahmu Mark"

Prank,,

Mark melempar botol, membuat beberapa pengunjung menoleh padanya. mata Mark menatap tajam Lucas. Seperti seorang singa yang melihat kancil di depan sana.

"Semua salah Daddy, dia yang membuat Jenoku menjadi seperti itu. Dia mengubah adik kecilku menjadi monster"

Lucas tidak tau harus berbuat apa. Mark begitu keras kepala. Percuma saja dia memberi nasehat atau berbicara panjang lebar. Mark tidak akan mendengarkannya

"Jaemin, jika saja Jeno bersama Renjun semua ini tidak akan terjadi"

Plak,,

Lucas hilang kesabaran. Mark sudah melewati batasnya. Terlalu lama di tempat seperti ini membuat pikiran Mark benar-benar buruk

"Sialan, kenapa menamparku" teriak Mark

"Kita pulang, kamu sudah terlalu mabuk"

"Aku tidak mabuk Luke. Aku masih sadar"

"Terserah"

Lucas menarik kerah kemeja Mark, membawanya keluar dari tempat laknat itu. Mendorong kasar Mark untuk masuk kedalam mobil.

Dengan cepat Lucas menjalankan mobilnya ke kediaman Jung. Mengantar sulung Jung itu untuk pulang.

Sepanjang perjalanan Mark hanya diam, matanya menatap ke arah luar jendela.

Hening.

Tak ada suara apapun di dalam mobil ini, hanya ada suara hembusan napas berat Mark yang kadang terdengar oleh Lucas.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Lucas pelan

"Aku iri denganmu Luke"

Lucas sekilas menoleh pada Mark sebelum kembali fokus ke jalanan

"Kamu tidak memiliki saudara. Kamu sendiri. apapun kamu lakukan sendiri"

"Ya, dan aku kesepian" balas Lucas

"Lalu apa bedanya denganku. Aku memiliki dua adik tapi aku seperti sendiri." mata Mark memanas, "Aku kehilangan adikku"

"Kamu bisa mengembalikannya"

"Tidak, aku tidak bisa membuatnya kembali. Dia membanciku. Dia kecewa padaku. Dan aku tidak ingin hidupku di ganggu olehnya" ucap Mark asal.

Mark memejamkan matanya, "Bangunkan aku jika sudah sampai rumah".














"Om Jeno"

"Ada apa prince?"

Jeno menoleh saat Jeyden memanggilnya. Tangannya yang satu terulur saat Jayden mencoba untuk mendekatinya. memelankan laju mobil, Jeno memperbaiki cara duduk Jayden di pangkuannya. Mengambil bantal di kursi samping yang Jayden gunakan tadi, ia meletakkan bantal itu di depan dada bocah kecil itu untuk mengurangi resiko jika Jayden tubuhnya terbentur stir mobil.

"Kok gelap?"

Jeno langsung menyalakan lampu di dalam mobil, matanya fokus ke jalanan. Tidak lama lagi mereka akan sampai dirumah.

"Sudah terangkan?"

Jayden mengangguk, tangannya kedepan mengikuti pergerakan tangan Jeno yang memegang stir.

Tak lama mereka sampai di rumah. Penjaga masih berkeliaran disini, tapi Jeno yakin jika orang rumah sudah pada terlelap mengingat jika ini sudah pukul 10 malam.

Keluar bersama Jayden. Jeno memberi tau salah satu pengawal untuk membawa perlengkapan Jayden masuk kedalam rumah.

Jeno tersenyum saat melihat Jaemin masih terjaga. Sepertinya Jaemin sedang menonton film saat ini.

"Jayden" teriak Jaemin

"Kak Nana"

Jayden merosot di gendongan Jeno, berlari dan langsung menaiki ranjang untuk sampai di pelukan Jaemin.

"kak Nana merindukan Jayden"

Menciumi seluruh wajah Jayden, Jaemin membiarkan Jeno pergi membersihkan diri. Melihat itu Jeno hanya memaklumi saja. Lagipula untuk apa dia cemburu dengan bocah yang belum genap 3 tahun itu. Buang-buang waktu saja untuk Jeno.

Hampir 30 menit Jeno berada di kamar mandi, saat kembali ke kamar dia melihat Jayden yang sudah kembali tertidur disamping Jaemin.

"Cepat sekali dia tidur?"

Menyamankan posisi di depan Jayden dan Jaemin, Jeno menyangga kepalanya dengan satu tangan. Tangan lainnya kini memainkan pipi Jaemin yang semakin berisi

"Tidak tau, aku hanya memeluknya dia langsung tidur" kata Jaemin, "Mungkin dia lelah"

"Bisa jadi, kamu tidak mengantuk?" tanya Jeno

"Masih belum"

"Ada yang kamu pikirkan?"

Jaemin bersandar pada telapak tangan Jeno, matanya dengan ragu menatap Jeno. Perlahan Jaemin menganggukkan kepalanya.

"Apa nanti, kamu akan membuat anak kita mengikuti jejakmu?"

Jeno tersenyum, bergeser untuk lebih dekat pada Jaemin. membuat jarak diantara mereka hanyalah Jayden.

"Aku tidak akan memaksanya Na."

Jaemin masih menatap Jeno dengan penuh harap.

"Mungkin sebelum anak kita dewasa, ada orang lain yang menginginkan posisiku"

Jaemin mengerkan keningnya, tapi setelahnya dia sadar dengan ucapan Jeno saat melihat Jeno menatap Jayden.

"Jeno~"

"Aku rasa Jayden akan lebih pantas. Tapi aku tidak bisa memaksanya. Kita lihat saja nanti. Waktu masih berjalan lama Na."

Jaemin tersenyum saat Jeno menciumnya. Benar kata Jeno, masih lama untuk memikirkan hal seperti itu. Masih berpuluh-puluh tahun lagi. Jadi Jaemin tidaklah perlu khawatir tentang semua itu.










Tbc

















Gaes, sudah ya. Besok lagi.

Kita tidur malam ini.

Ketemu besok malam ya, atau besok siang, atau besok pagi. Aku tidak akan janji. Intinya besok lagi updatenya. Byebye















Happy reading

Maaf jika ada typo

Continue Reading

You'll Also Like

972K 71.6K 28
π‘«π’‚π’π’‚π’Ž π‘·π’Šπ’π’‚π’π’ˆπ’‚π’ π‘·π’†π’π’†π’“π’ƒπ’Šπ’• |Tamat| Kisah manis keluarga Jaeyong dengan anak-anak mereka, si kembar Mark & Jeno ft. Beomgyu, si bu...
659 88 12
𝑬𝒗𝒆𝒓 π’•π’‰π’Šπ’π’†, 𝒆𝒗𝒆𝒓 π’Žπ’Šπ’π’†, 𝒆𝒗𝒆𝒓 𝒐𝒖𝒓𝒔 Selamanya milikmu, milikku, milik kita. Reign kebanggaan Borivali. Raga musuh utama Boriva...
48.6K 4.5K 33
(Ayo follow dulu sebelum baca) Bagaimana jadinya jika dua orang pembuat onar yang saling bermusuhan disatukan dalam satu kelas? Apakah akan semakin b...
1M 31.2K 37
Yusuf Kuswanto, 35 tahun. seorang duda yg ditinggal pergi oleh istrinya saat melahirkan sang buah hati Ery Putri Kuswanto. anaknya sensitif dengan su...