Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(20) Annoy

162 20 16
By ririrrrii




“Kookie-ya, makan malam sudah siap.” Jungra membuka sedikit pintu kamar Jungkook. Mendapati sang adik sedang berada di ranjang, tidur menyamping.

Jungra POV

Ada yang tidak beres dengan bocah ini. Sejak pulang dari bermain bowling dengan appa, dia langsung masuk ke kamarnya tanpa keluar sedetik pun. Apa acara pagi tadi tidak berjalan dengan baik?

“Kookie, kau tidur?”

Aku menghampirinya. Dia tidak tidur tapi tidak pula menghiraukanku.

“Jungkook.” Aku mengguncang pelan tubuhnya yang sedang membelakangiku itu.

“Aku tidak mau makan.” Jawabnya singkat. Benar dugaanku, ada yang tidak beres.

Wae? Kau tidak lapar? Ada sup kerang di bawah.” Biasanya dia tidak pernah menolak sup kerang. Ataupun jika sedang merajuk, dia langsung luluh jika disodori makanan kesukaannya itu.

“Tidak.”

Aku mengerjap beberapa kali. Tumben?

Waeyo? Katakan padaku, apa yang terjadi?”

Tidak ada jawaban. Haruskah aku bertanya pada appa? Tidak tidak, bukan pilihan yang baik. Lebih baik aku mencari tahu langsung dari Jungkook. “Baiklah, akan aku bawa ke sini saja. Kita makan di sini ya?” Aku beranjak, tak menunggu jawaban ataupun persetujuan darinya.

*

*

*

Jungkook memakan sup kerangnya dengan lahap. Dasar. Tadi saja berlagak tidak mau. Sekalinya diberi langsung makan dengan lahap. Tapi wajahnya itu sangat tidak enak dipandang. Bukan berarti tidak tampan, dongsaeng-ku tampan. Sangat tampan. Hanya saja dia sedang cemberut.

“Kau ini kenapa sih?”

Jungkook melirikku sekilas, kemudian mengambil mangkuknya dan menuang sup kerang yang tinggal sedikit ke dalam mulutnya. Lahap.

“Aku kesal.” Ucapnya setelah mengusap bibirnya.

“Kesal kenapa?”

“Gara-gara Appa. Aku benci Appa.”

Eyy… Jangan begitu. Dia itu Appa-mu. Katakan, apa yang terjadi?”

Appa melarangku berkencan dengan Chaeyeon.” Jungkook menunduk. Aku terkejut mendengarnya.

Wae?”

Jungkook bangkit. “Ah molla. Aku tidak mau membahasnya.” Jungkook kembali merebahkan diri pada ranjang “Pokoknya aku tetap berkencan dengan Chaeyeon. Aku tidak peduli Appa setuju atau tidak.”

*

*

*

Appa.” Aku menghampiri appa yang sedang berada di ruang tengah, bersama istrinya. Malas sih sebenarnya. Tapi aku harus segera membahas kasus Jungkook.

Hmm.” Hanya itu tanggapan appa.

“Aku ingin bicara.”

“Bicara saja.”

Aku melirik Gyuri, memberi isyarat pada appa jika tidak mungkin berbicara di depan si nenek sihir.

Yeobo, bisakah kau ke kamar sekarang?” Untungnya appa peka.

Wae? Kenapa aku harus ke kamar? Kalau kalian ingin mengobrol ya silakan saja, tidak perlu mengusirku.”

“Tapi aku tidak ingin ada kau di sini.” Aku benar-benar tidak bisa menahan sisi kurang ajarku jika sedang berhadapan dengan Gyuri.

“Baiklah.” Appa bangkit, sepertinya tidak ingin mendengar perdebatanku dengan istrinya. “Kita bicara di ruang kerjaku saja.”

Nice idea. Aku mengikuti langkah appa. Tapi sebelum itu aku menyempatkan diri untuk memberikan smirk pada Gyuri. Benar-benar kurang ajar aku ini.

*

*

*

Appa melarang Jungkook berkencan?” To the point saja, aku keburu ingin menonton drama di kamar.

“Bocah itu mengadu?”

“Jadi benar?”

“Tidak. Aku hanya bertanya ‘tidak bisakah kau mencari gadis yang lebih layak?’ kemudian dia diam saja bahkan sampai kami tiba di rumah.”

“Kenapa Appa harus bertanya seperti itu? Terkesan sangat merendahkan Chaeyeon. Pantas saja Jungkook merajuk. Aku tidak menyangka Appa akan seperti itu.” Jujur, aku kesal dengan appa. Selama ini appa tidak pernah pandang bulu. Appa tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan status sosial maupun ekonomi. Tapi kali ini appa benar-benar keterlaluan.

“Memangnya aku salah? Aku hanya ingin anakku mendapatkan yang terbaik.”

“Bukan Appa yang salah, tapi kata-kata Appa. Kenapa Appa tidak memikirkan perasaan Jungkook sih? Appa melarangnya debut, sekarang Appa juga melarangnya berkencan.”

“Aku tidak melarangnya berkencan!” Oke, baiklah. Sepertinya aku memang salah bicara sehingga mendapat bentakan seperti ini.

“Aku hanya ingin yang terbaik untuk Jungkook.” Lanjut appa lirih.

Iya, aku pun sama. Aku juga ingin yang terbaik untuk Jungkook. Tapi tidak dengan cara seperti itu juga kan? Jungkook juga harus diberi kebebasan untuk memilih. Jungkook bukan lagi anak-anak yang harus diberitahu untuk memilih ini atau itu.

“Dan jangan bahas mengenai debut. Sampai kapan pun aku tidak akan mengizinkannya.” Ucap appa terdengar penuh kekesalan.

Aku hanya menunduk. Tak berani banyak bicara jika appa sudah mulai bicara seperti itu. Bukan karena appa galak, tapi justru sebaliknya. Appa memang tegas, tapi sama sekali tidak galak dan bukan tipe pemarah. Maka dari itu, sekalinya appa berbicara serius, akan terdengar sangat menyeramkan.

“Bagaimana hubunganmu dengan Yoongi?” Eh, kenapa tiba-tiba berubah topik? Aku mulai berani menatap appa, berharap appa sudah tidak kesal lagi.

“Bukankah Yoongi Oppa sudah mengatakan pada Appa?”

Appa mengangguk beberapa kali. Sudah terlihat lebih baik, tidak lagi menyeramkan.

“Kami masih berhubungan baik.”

Appa mengangguk lagi. “Padahal aku sudah sangat cocok dengan bocah itu.” Kemudian bangkit dan beranjak, meninggalkanku seorang diri di ruang kerjanya.

Jungra POV End

*

*

*

*

*

Rasanya sudah cukup lama Jungra tidak menyetir mobil sendiri seperti ini. Sejak Jungkook punya SIM, dia selalu berangkat dan pulang dengan Jungkook. Kemudian akhir-akhir ini dia sering dengan Taehyung tapi untuk beberapa hari terakhir Taehyung sedang merajuk, sama sekali tidak merespons saat dihubungi. Sedangkan Jungkook, pria itu juga sedang merajuk. Walau tidak merajuk pada Jungra, tapi tetap saja Jungra mendapat imbas.

Oppa...” Pertemuan yang menyenangkan bagi Jungra. Hari masih pagi dan dia sudah bertemu dengan yang manis sesaat setelah memarkir mobil.

Eoh, kau sudah datang?”

Eung.” Jawab Jungra sambil berlari kecil, menempatkan dirinya di sebelah Yoongi yang hendak berjalan menuju gedung JJ. “Tumben Oppa sudah datang?”

“Siang nanti ada rekaman, jadi aku harus bersiap-siap.”

Nugu? Idol dari JJ atau bukan?”

“Rahasia.”

Jungra memukul ringan lengan Yoongi. “Mwoya?” Lupakan tentang yang manis. Truth is, Yoongi menjadi sedikit lebih jail sejak mereka berteman.

Yoongi hanya terkekeh. “Ah iya, tumben kau membawa mobil sendiri? Taehyung atau Jungkook ke mana?”

“Merajuk.” Jawab Jungra singkat.

“Eh, merajuk kenapa?”

“Rahasia.”

Yak!” Yoongi meneriaki Jungra dengan nada gemas. Kali ini ganti dia yang menjadi korban jail.

Dua orang itu pun saling tertawa.

*

*

*

Ya! Kau tidak berniat ke kampus?”

Jimin dan Taehyung sama-sama menginap di apartemen bersama. Tidak ada acara khusus, hanya saja semalam Taehyung menelepon dan meminta untuk ditemani minum. Park Jimin selaku teman yang baik tentu saja tak menolak. Dia bersedia datang dan mengabaikan kekasihnya yang baru dikencani tiga hari.

“Nanti saja, aku malas.” Taehyung tak beranjak, hanya merenggangkan tubuhnya. Pegal mulai terasa karena semalam dia tidur di sofa. Padahal apartemen yang anak-anak Bangtan sewa tidaklah kekurangan kamar tidur.

“Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu ya?”

Emm…” Tak ada respons berarti dari Taehyung. Pria itu kembali memejamkan matanya.

Inginnya sih tidur lagi, tapi ternyata rasa kantuknya telah hilang bersamaan dengan perginya Jimin. Dengan posisi tengkurap, pria itu mencoba meraih ponselnya.

“Eh, tidak ada pesan dari Jungra?” Kim Taehyung mulai bermonolog.

Taehyung POV

Sebenarnya aku sudah sangat rindu pada Jungra. Tapi aku masih tidak ingin berbicara dengannya. Dia membuatku kesal beberapa hari yang lalu. Niatku sih ingin menghukumnya, membiarkan dia beberapa hari tanpa aku agar dia merasa kesepian. Kemarin dan kemarinnya lagi dia masih mengirim pesan untukku. Bahkan menelepon tapi tak aku jawab. Tapi hari ini kenapa dia tidak mengirim pesan ya?

Aish sudahlah, aku tidak tahan. Aku akan ke JJ saja.

Taehyung POV End

*

*

*

Seperti hari-hari yang telah berlalu, Chaeyeon datang lebih pagi ke kampus walau jadwal kuliahnya adalah siang. Biasanya dia menghabiskan waktu dengan Jungkook, entah itu ke perpustakaan atau hanya bercengkerama di lingkungan kampus. Namun pagi ini Jungkook belum menunjukkan batang hidungnya.

Beberapa kali ditelepon namun tak ada jawaban. Beberapa kali dikirimi pesan namun tak ada balasan. Chaeyeon tak mau berpikiran negatif, maka dia tetap berusaha menunggu Jungkook dengan tenang.

To: Jungkook
Aku menunggumu di tempat biasa

Entah sudah pesan ke berapa yang Chaeyeon kirim pada kekasihnya. Namun hasilnya sama, belum mendapat balasan apa-apa.

“Sendiri?”

Chaeyeon begitu kaget saat tiba-tiba ada yang duduk di sebelahnya. Pria itu datang dari arah belakang kemudian langsung bertanya, tentu saja Chaeyeon terkejut.

Aish, Oppa! Kau mengagetkanku.” Ucap Chaeyeon sambil memegangi dadanya yang berdetak kencang karena rasa terkejut yang tak bisa dihindari.

Jimin hanya meringis, menghilangkan dua bola matanya. “Hihi. Mian. Menunggu Jungkook ya?”

Chaeyeon mengangguk. “Tumben sekali dia belum datang. Padahal biasanya dia sudah ada di kampus.” Chaeyeon terlihat kecewa.

“Mungkin dia telat bangun.” Jawab Jimin asal sambil memainkan ponselnya.

Ya, bisa saja. Chaeyeon berusaha meyakinkan diri untuk hal-hal positif. Namun tak bisa dihindari, prasangka negatif itu tetap ada. Dia takut jika Jungkook dimarahi ayahnya karena telah berkencan dengan gadis macam Chaeyeon. Jelas Chaeyeon masih mengingat bagaimana pembawaan appa dari kekasihnya itu tempo hari.

Pikiran negatif Chaeyeon semakin mendominasi. Bahkan dia melupakan keberadaan Jimin yang diserukan sebagai idola barunya itu. Dia terlalu larut dalam pikirannya sendiri, bahkan tidak mendengar saat Jimin mengajaknya berbicara.

Barulah dia kembali pada kenyataan saat Jimin menyenggolnya. Kemudian menatap Jimin seolah meminta penjelasan mengenai apa saja yang telah terjadi selama dia melamun.

“Itu.” Jimin menunjuk suatu arah.

Chaeyeon mengikuti arah tunjuk tersebut, kemudian senyumnya mulai mengembang. Di sana ada seorang Jeon Jungkook yang berjalan dengan sangat keren sambil memamerkan senyum tipis. Oke, Chaeyeon tidak akan memikirkan hal negatif lagi karena kedatangan Jungkook yang persis seperti biasanya. Tersenyum tampan layaknya idola yang banyak digandrungi oleh para gadis era sekarang.

Chaeyeon segera bangkit, menghampiri Jungkook, mengabaikan Jimin yang hanya bisa melongo ketika diabaikan begitu saja padahal jelas-jelas Chaeyeon sangat mengidolakannya waktu itu.

“Dasar anak-anak dimabuk asmara.” Jimin hanya bergumam, menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil menyaksikan pemandangan bak drama Korea itu.

“Jungkook, ku kira kau tidak masuk. Aku menelepon tapi tak kau angkat. Aku kirim pesan tapi tak kau balas.” Chaeyeon memajukan sedikit bibirnya. Menunggu tanpa kepastian benar-benar membuat hatinya tidak tenang.

Mian, aku telat bangun. Semalam aku begadang. Dan ponselku tertinggal di rumah. Aku baru ingat saat sudah setengah jalan menuju ke sini. Dan aku malas mengambilnya. Maaf ya…” Jungkook meringis seusai menyampaikan rentetan umpan balik dari pernyataan Chaeyeon yang tentu saja mampu membuat Chaeyeon tersenyum dalam sekejap.

“Aku khawatir.”

Jungkook tersenyum. “Tidak perlu khawatir, sekarang aku di sini kan? Ayo, kita ke perpustakaan saja ya?” Seraya menggandeng tangan Chaeyeon.

Chaeyeon hanya mengangguk, kemudian berjalan beriringan dengan sang kekasih.

Sementara itu dari sudut pandang seorang pria yang duduk manis tak jauh dari sana, “Benar-benar persis drama Korea.”

“Harusnya kau berkaca.”

Jimin tersentak. Jika tadi dia yang membuat Chaeyeon kaget, kini giliran dirinya yang dikagetkan oleh seorang yang tak diundangnya itu.

Aish Hyung!” Jimin memegangi dadanya, sementara orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Kim Namjoon hanya tertawa kemudian mendudukkan diri di samping Jimin.

“Apa yang Hyung lakukan di sini?” Tanya Jimin dengan raut wajah yang terlihat kesal. Namun sekesal-kesalnya Jimin, tetap saja dia imut.

“Kau lupa ya? Aku kan juga kuliah di sini.” Ucap Namjoon sambil membuka buku yang baru saja dikeluarkannya dari tas.

Aaaa benar. Aku lupa kalau kau mengambil jenjang magister. Lalu? Kenapa di sini? Ini kan bukan fakultasmu.”

“Memangnya kenapa? Aku hanya ingin duduk di sini.”

Jimin tersenyum nakal. “Ohooo kau sedang mengamati para gadis ya?”

“Aku tidak sepertimu.” Jawab Namjoon cuek. Dia tak perlu repot-repot meladeni gurauan Jimin

*

*

*

Taehyung POV

Hyung…”

Tidak ada respons sama sekali bahkan sejak aku menginjakkan kaki di studionya. Sepertinya Yoongi hyung benar-benar sedang sibuk.

Hyung, kau sibuk ya?”

Masih sama, tidak ada respons. Aku pun berpindah tempat, semula duduk tampan di sofa namun kini beranjak untuk duduk di kursi putar yang kebetulan sedang kosong di sebelah Yoongi hyung.

Hyung, kau sedang menggarap lagu ya?”

Emm.” Respons pertama darinya.

“Sulit ya?”

Tidak dijawab.

“Kapan kau akan membuat lagu untuk Bangtan lagi?”

Tak dijawab.

Akhirnya aku hanya diam. Jika yang duduk di sini adalah Jungra atau mungkin anak Bangtan yang lain, mungkin aku masih gigih bertanya-tanya. Tapi berhubung yang sedang ada di sebelahku adalah Yoongi hyung, maka aku tak berani bertanya lebih lanjut. Cukup sekian. Tak ingin lagi mengusik, takut Yoongi hyung marah.

“Eh, mau ke mana?” Tanyaku saat Yoongi hyung tiba-tiba beranjak.

“Aku ada rekaman. Sana, pergi ke tempat Jungra dan ganggu dia.” Ucapnya sambil berkemas, kemudian pergi begitu saja.

Enak saja menyuruhku mengganggu Jungra. Memangnya aku lelaki macam apa? Aku ini sedang kesal pada Jungra. Aku tidak mau mendekati Jungra lebih dulu. Biar saja, ganti dia yang mengejarku.

Pintu yang baru saja tertutup kembali terbuka. Kukira Yoongi hyung, tapi ternyata bukan. Ingin sih bersorak bahagia atau langsung memeluk sosok itu. Tapi tidak bisa. Aku sedang marah padanya.

“Eh, kau di sini? Yoongi Oppa sudah pergi?”

Emm.” Aku pura-pura tak acuh. Berniat pergi dari studio tapi dia menahan lenganku saat hendak melewatinya.

“Masih marah padaku ya?” Aish kenapa juga harus bertanya sambil menunjukkan puppy look seperti itu? Jungra, jangan begini. Aku jadi lemah asal kau tahu.

Tidak, tidak. Aku harus kuat. Aku tidak boleh terkesan picisan. “Emm.” Aku melepas tangannya yang ada di lenganku secara halus. Semarah-marahnya aku, tidak boleh memperlakukan perempuan dengan kasar.

“Berapa lama lagi kau akan marah?”

Gigih sekali sih dia ini? Sekarang dia sedang menyamakan langkahnya dengan langkahku. Aku jadi merasa dikejar. Hihi.

“Taehyung-ah, kau akan terus mengabaikan kekasihmu ini?”

Aku langsung menghentikan langkahku. Apa dia bilang? Kekasih? Separuh aku berteriak girang, separuhnya lagi berteriak kesal karena beranggapan itu hanyalah guyonan belaka.

Aku menatapnya penuh dengan keseriusan. Tak mau kecolongan dan langsung memeluknya seketika. “Aku sedang tidak ingin bercanda.” Aku benar-benar serius kali ini.

“Siapa yang bercanda?” Dan dia juga terlihat serius.

Dan aku benar-benar bingung harus bagaimana. Sungguh, aku tidak berdaya jika dia sedang serius seperti ini. Tapi aku tak mau terlihat lemah. Aku harus tetap pada pendirianku, tak ingin diajak bercanda.

“Jangan-jangan kau sudah tidak ingin aku menjadi kekasihmu ya?”

“Tidak, bukan begitu.” Sial! Aku terpancing. Senyum jail mulai tergambar dari wajahnya. Sial. Sial. Kenapa juga aku harus memakan umpannya dengan cepat? Aish, aku terkesan murahan sekarang.

“Ya sudah, kalau begitu ayo…” Dia mengapit lenganku dengan lengannya. “Kita makan siang.”

Aku yang sudah kalah ini akhirnya pasrah. Melangkah mengikuti ke mana dia menggiringku.

Taehyung POV End

*

*

*

“Padahal semalam aku sudah makan sup kerang, tapi sekarang aku ingin lagi.”

Jungra sedang memakan lahap sup kerangnya sementara Taehyung hanya sesekali menyendok dan menyuapkan ke dalam mulut. Pria itu lebih terfokus pada Jungra. Ingin memperjelas tapi juga tak ingin bicara pada gadis itu. Dilema.

“Taehyung-ah, kau tidak makan?”

Tak ada jawaban, memilih untuk menyendok kemudian memasukkan ke dalam mulutnya secara perlahan.

“Kau tidak suka? Bukankah kau dan Jungkook sama-sama menyukai sup kerang?”

Jungra tak mendapati reaksi apa-apa, hanya tatapan datar dari seorang Kim Taehyung. Bukan pertanda baik, Jungra hafal betul dengan tatapan itu. Seketika dia merasa takut karena telah mempermainkan Taehyung walau dia tidak sepenuhnya bermain-main.

Ya! Jangan menatapku seperti itu. Cepat makan.” Jungra segera menunduk, pura-pura melahap sup kerangnya yang tinggal sedikit itu. Lebih baik daripada harus bertatap muka dengan Taehyung.

Sup kerang di mangkuk Jungra telah habis, tak ada lagi yang bisa disendok. Hal itu membuatnya benar-benar mati gaya. Tak ada peralihan lain. Minumannya juga telah habis. Kemudian datanglah ide untuk bermain ponsel. Namun tak berjalan mulus karena Taehyung langsung merampas ponsel itu sesaat setelah Jungra mengeluarkannya dari tas.

Yak!” Hanya berani meneriaki, tak berani melanjutkan kata-kata. Benar-benar mati kutu.

“Tidak bisakah kau bersikap lebih dewasa?”

Jungra bergumam. “Padahal dia yang tidak pernah bersikap dewasa.” Namun tetap saja belum berani menatap Taehyung. Sesekali menunduk, sesekali menatap ke kanan kemudian ke kiri.

“Aku mendengarnya.” Ucap Taehyung dengan nada cukup rendah, membuat Jungra merasa semakin ciut nyali namun juga takjub secara bersamaan.

Jungra hanya mengusap tengkuknya. Lama-lama dia tidak tahan dengan suasana seperti ini. Oke, dia akan mengubah tanggapannya mengenai Taehyung yang ‘tidak pernah bersikap dewasa’ karena nyatanya Taehyung adalah pria dewasa yang kedewasaannya selalu datang di saat tak terduga. Seperti saat ini contohnya.

Tak ada niat untuk bermain-main dengan Taehyung lagi jika sudah seperti ini. “Mian.” Satu kata terucap bersamaan dengan Jungra yang mulai berani menatap Taehyung.

Tatapan Taehyung terhadap gadis itu masih sama, datar tapi penuh keseriusan. “Untuk apa?”

Jungra kembali mengusap tengkuknya seraya menunduk. Tak tahu harus memulai dari mana. Mendapati itu, Taehyung pun menyunggingkan senyum. Senang rasanya bisa membuat Jungra salah tingkah.

“Jadi? Masih ingin bermain-main?”

Jungra menggeleng pelan. Kepalanya masih menunduk, persis seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya.

Tiba-tiba Taehyung beranjak, membuat Jungra tersentak dan menatap pria itu. “Ayo kembali ke JJ.” Hanya itu yang terucap dari mulut Taehyung sebelum akhirnya pergi lebih dulu, membiarkan Jungra membayar makan siang mereka.

TBC





___________
2019-04-09

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
1M 62.4K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
722K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...