Love Is Not Over ✔

By ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... More

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(11) First Love
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(19) Girlfriend

201 21 1
By ririrrrii

*

*

*

*

*

Eonni.” Sunny menyembulkan kepalanya di sela pintu kamar Jungra yang sedikit dia buka ketika sang pemilik sudah memberinya izin untuk masuk.

“Kemarilah.” Ucap Jungra yang sedang rebahan di ranjang sambil memainkan ponselnya.

Sunny melangkah, kemudian berbaring bersebelahan dengan Jungra. “Eonni, kau berkencan dengan Taehyung Oppa ya?”

“Tidak. Jangan mengada-ada.” Jawab Jungra cuek.

Eyy, aku tidak mengada-ada. Eonni sudah tidak dengan Yoongi Oppa kan? Dan akhir-akhir ini Eonni selalu pergi dengan Taehyung Oppa. Jadi benar kan, kalian berkencan?”

“Kau cemburu?” Tanya Jungra tanpa menatap Sunny sama sekali. Dari tadi dia asyik sendiri dengan ponselnya.

Aniyo, untuk apa aku cemburu? Aku kan sudah memiliki kekasih.”

Perhatian Jungra yang semula untuk ponsel kini beralih sepenuhnya pada Sunny. Wajahnya berbinar penuh semangat. “Jinja?”

Emm.” Sunny mengangguk.

“Dengan siapa? Sejak kapan? Kenapa aku tidak tahu?”

“Kakak tingkatku di kampus. Belum lama sih, masih beberapa hari. Eonni tidak tahu karena selalu sibuk.”

“Lalu lalu?” Jungra bangkit dari posisi tidurnya, menjadi duduk karena dia sangat bersemangat mendengar cerita Sunny. Ini adalah kali pertama Sunny berkencan. “Apa yang terjadi?”

“Ya terjadi begitu saja. Dulu saat masa pendekatan sebenarnya aku ingin meminta saran pada Eonni tapi Eonni seperti artis dengan jam terbang tinggi. Jarang sekali di rumah. Lalu aku meminta saran pada Jungkook saja.” Sunny tak ikut duduk, dia masih nyaman rebahan.

“Bocah itu memberi saran dengan benar?” Jungra khawatir, pasalnya Jungkook itu tak beda jauh dengan Sunny. Masih polos mengenai dunia perkencanan.

Eung.” Sunny mengangguk. “Buktinya sekarang aku sudah berkencan.”

Jungra semakin semangat mengorek info mengenai kencan adik tirinya itu. “Lalu? Kalian sudah kencan ke mana saja?”

“Ah Eonni, jangan bertanya terus. Aku malu.” Ucap Sunny sambil menutup wajahnya dengan tangan, kemudian membukanya lagi. “Lagi pula aku ke sini untuk membicarakanmu, bukan aku.”

Kemudian berlanjutlah kegiatan saling bertukar cerita antara kakak adik—tiri itu.

*

*

*

Jungkook sedang konsentrasi bermain game pada komputernya saat pintu kamar di ketuk. Menampilkan sosok sang appa yang jarang-jarang berkunjung ke kamar putranya tersebut.

Eoh Appa. Ada apa?” Tanya Jungkook setelah menoleh sekilas untuk melihat siapa yang berkunjung. Kini dia kembali fokus dengan game-nya.

“Hari Minggu ikut Appa bermain bowling ya?”

“Aku tidak bisa, ada kencan dengan Chae—” Jungkook keceplosan, tidak seharusnya dia mengatakan itu pada appa-nya. “—Yeon.” Yah mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur lepas, jadi sekalian saja diteruskan.

“Chaeyeon?” Tanya sang appa penuh dengan rasa penasaran.

Ne.” Jungkook mengakhiri permainannya. Lebih tepatnya menghentikan untuk sementara karena perjalanannya dalam game hari ini sudah lumayan panjang, tidak mungkin diakhiri begitu saja.

“Jadi kau sudah berani berkencan tanpa sepengetahuan Appa?” Jungsik duduk di ranjang anaknya, membuat si pemilik memutar kursi keren yang sedang dia duduki.

“Tapi Noona sudah tahu.”

“Dan Noona-mu juga tidak bercerita apa-apa padaku. Kalian bersekongkol?” Selidik Jungsik.

Jungkook buru-buru menyangkalnya. “Tidak, bukan seperti itu. Aku sudah pasti akan mengenalkan pada Appa, tapi nanti.”

“Sekalian saja ajak dia hari Minggu nanti.”

Ne?” Jungkook terkejut dibuatnya. Dia sama sekali belum merencanakan akan mempertemukan Chaeyeon dengan appa-nya dalam waktu dekat.

Jungsik bangkit dari duduknya. “Ayo turun, makan malam sudah siap. Jangan bermain game terus.” Kemudian keluar dari kamar sang putra.

Jungkook duduk mematung. Tidak mungkin menolak ajakan appa-nya karena selama ini dia tidak pernah melakukan penolakan secara langsung. Kalaupun dia ingin membangkang, dia akan mengadu pada Jungra kemudian Jungra yang akan mengatakan pada sang appa. Di depan appa-nya, Jungkook adalah anak penurut. Atau lebih tepatnya selalu bersembunyi di belakang Jungra.

Jungkook mengacak-acak rambutnya. “Aish apa yang harus aku lakukan?”

*

*

*

*

*

“Ayo cepat, aku hampir terlambat.” Jungra yang baru saja masuk dalam mobil Taehyung langsung memerintah seenaknya.

Bukan tanpa alasan, Jungra bangun terlalu siang hari ini.

“Tumben sekali bangun kesiangan.”

“Semalam aku menonton drama sampai malam.” Ucap Jungra sambil menata ulang makeup-nya yang belum sempurna itu. Memoles blush tipis-tipis.

“Kau ini ada-ada saja.” Taehyung benar-benar tak habis pikir. Jungra itu wanita karier, tapi sempat-sempatnya menonton drama bahkan sampai larut.

“Dramanya bagus, sayang kalau tidak aku tonton.” Kali ini Jungra membubuhkan lipstick warna pink pucat, senada dengan setelan kerjanya. Nasib baik Taehyung menyetir dengan stabil sehingga tidak membuat Jungra kesulitan.

“Ya tapi kan tidak harus mengorbankan waktu tidurmu? Kau bisa menonton saat senggang. Kalau waktunya tidur ya tidur.”

Jungra menutup lipstick yang telah dia gunakan dengan sedikit keras. Pagi-pagi sudah mendapat omelan dari Taehyung, sedikit menyebalkan. “Iya iya, aku tahu. Kau ini cerewet sekali sih?”

Taehyung hanya tersenyum.

Kali ini yang membuat Jungra sibuk adalah rambutnya. Dia sama sekali belum sempat menata rambut bergelombangnya itu. “Enaknya diapakan?”

Taehyung menoleh sekilas, mendapati Jungra sedang mengumpulkan rambutnya menjadi satu menggunakan tangan. “Terserah kau saja. Mau diapakan saja kau tetap cantik kok.”

Jungra tak merespons. Dia justru sibuk sendiri mencari-cari barang dalam tasnya. “Sisirnya di mana ya?” Bukan bertanya pada Taehyung, tapi bertanya pada dirinya sendiri.

“Tidak usah disisir, begitu saja sudah bagus kok.”

“Harus tetap disisir biar rapi. Ini dia.” Sisir sudah dalam genggaman. “Aku ikat ke belakang saja ya?” Jungra meminta pendapat lagi.

“Boleh.” Taehyung menyetujui. Karena sesungguhnya Taehyung sama sekali tidak paham mengenai tatanan rambut. Baginya sama saja mau diikat atau tidak. Baginya Jungra tetap cantik apa pun model rambutnya.

“Aku membuatkan jumeokbap untukmu.”

“Benarkah?” Jungra baru saja selesai dengan kegiatan tata rambutnya.

Emm. Di belakang.”

Jungra melihat ke belakang dan benar. Ada kotak bekal di sana. Buru-buru dia mengambilnya.

“Kau belum sarapan kan?”

“Jelas belum. Kau tahu sendiri aku sedang buru-buru.” Kotak makanan dibuka Jungra. Matanya berbinar seketika. “Whoa ini terlihat enak. Kau campur dengan tuna kan?”

Taehyung mengangguk.

Satu bulatan meluncur dalam mulut Jungra, membuat sebelah pipinya menggembung. “Emmmm enak.”

Taehyung terkekeh melihat tingkah gadis di sebelahnya itu. “Telan dulu, baru bicara.”

“Ini, makanlah.” Bukannya menggubris nasehat dari Taehyung, Jungra justru menyodorkan satu kepal jumeokbap pada Taehyung. Dengan senang hati Taehyung membuka mulutnya.

Tak beda jauh dengan Jungra, pipi Taehyung pun menggembung sebelah. “Sebenarnya ini sedikit asin.”

“Tidak masalah bagiku.” Kepalan kedua masuk ke dalam mulut Jungra.

Taehyung senang mendengarnya.

*

*

*

Noona.”

Suara tidak asing yang terdengar samar-samar membuat Jungra mengalihkan fokusnya dari komputer.

“Apa yang kau lakukan di sini? Tidak kuliah?” Tanyanya begitu mendapati Jungkook menyembulkan kepalanya di ambang pintu seperti biasa.

Menggunakan tangannya, bocah itu mengisyaratkan agar Jungra mendekat. Jungra menurut, karena Jungkook tidak akan pernah mau jika disuruh masuk.

Wae?” Tanyanya begitu mereka sudah berada di salah satu sudut kosong perusahaan.

Noona, Appa mengetahuinya. Bagaimana ini?” Jungkook terlihat panik, Jungra terlihat menahan tawa. Wajah panik Jungkook terlihat sangat lucu untuknya.

“Mengetahui apa sih?” Jungra sekuat tenaga menahan diri agar tidak tertawa dan justru membuat Jungkook kesal.

“Chaeyeon. Appa sudah tahu.”

Jungra POV

What?

Oke, tidak jadi tertawa. Kali ini aku ikut panik. Pasalnya Jungkook belum lama menjalin hubungan dengan Chaeyeon. Aku tidak tahu apakah hubungan ini serius atau tidak. Walau jika dilihat dari tingkah lakunya sih mereka memang terlihat sama-sama suka. Tapi tetap saja ini masih terlalu dini untuk disampaikan pada appa.

Terlebih appa juga pernah mewanti-wantiku agar mengawasi Jungkook dengan baik dalam hal asmara. Appa ingin Jungkook fokus dengan pendidikannya lebih dulu, baru setelah itu urusan percintaan. Karena jika Jungkook terjerat dalam dunia percintaan lalu ada masalah, tidak menutup kemungkinan bocah itu akan down. Appa ada benarnya. Aku pernah mengalami itu.

“Bagaimana bisa?”

“Aku tak sengaja mengatakannya.”

Aish kau ini.”

Noona aku harus bagaimana? Hari Minggu nanti Appa mengajak aku dan Chaeyeon bermain bowling.”

Mwo?” Mataku membulat. Bagaimana bisa sejauh itu? “Ya! Bagaimana bisa?”

“Ah molla.” Jungkook mengacak-acak rambutnya. “Awalnya Appa hanya mengajakku, kemudian aku keceplosan kalau hari Minggu ada kencan dengan Chaeyeon. Bagaimana ini?”

Aku menghela napas panjang. “Molla, aku akan memikirkannya nanti. Sekarang aku harus bekerja.”

Noona bantu aku. Aku belum siap mempertemukan Appa dengan Chaeyeon.”

“Iya iya, aku tahu. Tapi nanti saja, sekarang aku masih bekerja. Pergi sana, bukankah kau harus kuliah?”

Jungkook merengut, tapi dia menuruti kata-kataku. Pergi dengan langkah lesu. Dasar bocah.

*

*

*

“Bagaimana bisa ketahuan?” Yoongi oppa sama terkejutnya seperti aku tadi.

Saat ini kami sedang ada di kantin perusahaan untuk makan siang.

“Bukan salahku, bocah itu sendiri yang tanpa sengaja mengatakan kalau dia ada kencan dengan Chaeyeon saat Appa akan mengajak main bowling. Dan sekarang aku bingung harus mengatakan apa pada Appa.” Aku menunduk, mengaduk makan siangku yang tersisa setengah. Belum berniat melahapnya lagi.

“Biar aku saja yang bilang pada Sajangnim.”

Aku mendongak, kali ini melihat wajah tenang Yoongi oppa. Pria ini benar-benar bisa menjadi tenang dalam sekejap.

“Lalu apa yang akan Oppa katakan?”

“Rahasia.” Sempat-sempatnya dia menggodaku tapi wajahnya tak berekspresi seperti itu.

“Aku serius.” Inginnya melayangkan pukulan, tapi tak sampai karena kami duduk berhadapan dan terhalang meja. Daripada aku memaksakan diri dan justru menumpahkan makanan kami, jadi aku hanya memukul melalui tatapan.

Yoongi oppa justru terkekeh. Hei, apa yang lucu?

Wuo wuo ada apa ini? Makan siang antar mantan kekasih?” Entah dari mana datangnya makhluk yang sekarang duduk di sebelahku ini. Dan seenaknya saja dia menanyakan pertanyaan konyol.

“Jaga mulutmu.” Tatapan tajamku beralih pada si Taehyung.

Waeyo? Aku benar kan? Kalian memang sudah tidak pacaran lagi. Mantan sebutannya.” Ucapnya asal, seasal tangannya yang meraih piring berisi separuh makan siangku. Melahapnya seolah itu adalah tindakan benar.

Aku memukul lengannya, cukup kencang. Anggap saja sekalian aku memukul Yoongi oppa karena telah menggodaku tadi. “Jangan keras-keras, nanti ada yang dengar.”

Dia mengaduh beberapa kali. “Jangan memukulku, aku sedang makan. Lagi pula kenapa sih kalau ada yang dengar?”

Appa belum tahu. Bisa gawat kalau Appa tahu dari orang lain, bukan dariku.”

“Nah itu dia.” Aku dan Taehyung sama-sama menoleh pada sumber suara, Yoongi oppa. Sama-sama menanti apa yang akan Yoongi oppa sampaikan. “Sekalian aku akan bilang pada Sajangnim kalau kita sudah tidak berkencan lagi.”

Well, bukan ide buruk. Setidaknya aku tidak perlu repot mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan pada appa. Terlebih appa lebih menaruh perhatian pada kata-kata Yoongi oppa daripada kata-kataku, anaknya sendiri.

Jungra POV End

*

*

*

Noona, bagaimana?”

Baru saja Jungra masuk dalam kamarnya, Jungkook sudah menyusul. Mengusik kakaknya yang kelelahan setelah bekerja seharian.

“Tidak ada kabar baik.” Jawab Jungra lesu.

Jungkook terkejut, panik. “Tidak ada kabar baik bagaimana sih? Jadi Appa tetap akan mengajakku dan Chaeyeon pergi bowling?”

Jungra hanya mengangguk.

Aaaaaa Noonaaaaaa ... Bagaimana bisa? Eottoke?” Jungkook mencak-mencak.

Jungra mendudukkan dirinya pada ranjang, pasrah, menghela napas panjang. “Mianhae. Padahal yang bilang pada Appa itu Yoongi Oppa, bukan aku.”

Jungkook bungkam. Benar-benar gawat untuknya. Jika Yoongi saja tidak membuahkan hasil baik, maka noona-nya juga tidak akan menghasilkan buah yang baik. Bukan suatu rahasia jika Jungsik sangat mengutamakan apa yang dikatakan oleh Yoongi melebihi apa yang dikatakan oleh anak-anaknya sendiri.

Jungkook mengikuti langkah sang noona, mendudukkan diri pada ranjang. Sama pasrahnya. “Matilah aku.”

*

*

*

*

*

Mwo? Bertemu dengan Appa-mu?” Chaeyeon tak bisa menahan diri untuk tidak terkejut.

Jungkook mengangguk lemah. Chaeyeon dapat melihat tanda-tanda yang tidak baik dari raut wajah kekasihnya itu. Dia tidak tahu pasti, tapi sepertinya Jungkook memang belum siap mengenalkan dirinya pada sang appa. Chaeyeon juga sama, belum siap. Terlebih Jungkook belum pernah membahas mengenai appa-nya sama sekali.

“Hari Minggu ya?”

Jungkook lagi-lagi mengangguk. “Sebenarnya aku belum siap mengenalkanmu pada Appa. Bukan berarti aku tidak serius denganmu, hanya saja aku tidak terlalu dekat dengan Appa. Aku belum menyiapkan kata-kata yang tepat untuk aku sampaikan pada Appa. Maaf aku belum bisa menjadi kekasih yang baik.” Jungkook menunduk, merasa tidak enak hati.

Chaeyeon tersenyum, maklum dengan apa yang sedang Jungkook rasakan. Paham jika Jungkook memang tidak begitu dekat dengan appa-nya mengingat satu-satunya yang pernah pria itu ceritakan adalah Jungra, sang noona. Jungkook bahkan tidak pernah bercerita tentang eomma-nya. Ingin sekali bertanya tapi tak berani.

“Jangan begitu, kau itu kekasih yang baik. Aku yakin kau akan melakukan dengan baik nanti.”

Jungkook mendongak, mendapati wajah Chaeyeon yang berhias senyum itu. Sangat menyejukkan bagi Jungkook. “Benarkah?”

Chaeyeon mengangguk penuh semangat. Walau hati besarnya belum siap, tapi siap tidak siap dia harus siap. Demi Jungkook.

*

*

*

Jungra melirik kesal orang yang sedang ada di sebelahnya. Dia sedang bekerja, namun tiba-tiba ada yang mengganggu konsentrasinya. Guess who?

Kim Taehyung.

“Tidak ada pekerjaan?” Tanya Jungra malas. Jungra memang sudah tidak memiliki dendam apa-apa pada Taehyung. Tapi tingkah jail dan acak pria di sampingnya ini terkadang membuatnya pusing. Ya ya, sejak dulu Taehyung memang seperti itu, tapi keadaan dulu dan sekarang berbeda. Sekarang ini Jungra sudah menjadi wanita dewasa yang memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan. Tidak lagi memiliki banyak waktu untuk meladeni segala kekonyolan Taehyung.

“Aku tadi ke kampus, tapi ternyata dosennya tidak ada.” Taehyung menjawab dengan lesu. Kepalannya diletakkan pada meja dan diberi alas lengannya sendiri.

“Kenapa tidak pulang saja?” Jungra sesekali melirik.

“Malas. Aku ingin makan siang denganmu.”

Jungra memutar mata jengah. Tak lagi memberi tanggapan karena meladeni Taehyung itu tidak semudah yang dibayangkan. Bisa panjang, bisa terjadi perdebatan pula. Dan dampaknya adalah pada pekerjaan Jungra yang bisa saja tidak lekas selesai.

“Kau cantik sekali sih?”

Bukannya tak mendengar, tapi Jungra memang tidak mau menanggapi. Taehyung ini sedang cari perhatian, terlihat jelas.

“Mau jadi kekasihku?”

Jari-jari Jungra yang semula sedang mengetik, kini berhenti seketika. Atensinya kini beralih sepenuhnya pada Taehyung.

“Bisa diulang?” Pinta Jungra seolah tidak mendengar dengan jelas.

“Mau jadi kekasihku?” Pun Taehyung mengulang dengan polosnya.

“Mau.” Jawab Jungra singkat padat jelas kemudian kembali fokus pada komputernya.

Taehyung terperenyak. Sama sekali tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu karena dia hanya main-main. Bukan berarti dia tidak memiliki niat untuk menjadikan Jungra kekasihnya. Dia punya niat untuk itu. Sangat punya. Hanya saja tidak seperti ini rencananya. Kalau untuk yang sekarang, dia memang hanya main-main, hanya ingin menggoda Jungra karena bosan.

“Sekarang pergilah. Aku mau bekerja dulu.”

Taehyung masih mematung, membuat Jungra kembali menatap pria itu. “Kenapa diam saja? Pergilah.”

“Ka-kau serius?”

Jungra mengangguk. Terlihat yakin.

“Kau tidak sedang bercanda?”

“Apa aku terlihat bercanda?”

Taehyung POV

Sama sekali tidak ada raut bercanda tergambar dari wajah Jungra. Jadi dia serius? Dia benar-benar mau menjadi kekasihku? Semudah itukah? Ingin senang, tapi aku merasa tidak puas. Seperti ada yang janggal.

“Kau serius?” Aku menanyakan hal sama seperti yang sudah aku tanyakan.

“Iya, aku serius. Sekarang pergilah.” Dia berucap dengan sangat tenang.

Hey hey tunggu dulu. Inilah yang tidak beres. Apa katanya? Pergi? Oh iya, tadi dia juga menyuruhku pergi. Jadi dia mau menjadi kekasihku hanya untuk menyuruhku pergi? Jadi di sini yang menjadi korban kejailan adalah aku? Ah sial.

Menyebalkan. Aku kesal.

Aku bangkit, memutar tubuh kemudian mulai melangkah. Dapat kudengar Jungra terkekeh. Benar kan, dia menjailiku. Sial. Harusnya aku yang menjailinya, bukan sebaliknya.

Taehyung POV End

*

*

*

“Tumben minta kujemput? Taehyung Hyung ke mana?” Tanya Jungkook saat sang noona sudah duduk manis di jok depan bersebelahan dengannya yang sedang menyetir.

“Dia sedang merajuk.”

“Merajuk kenapa?” Tanya Jungkook penasaran. Dia jadi merasa tidak sendiri. Merasa memiliki teman yang juga sama-sama suka merajuk, Kim Taehyung.

Jungra terkekeh sesaat. Merasa lucu dengan tingkah Taehyung yang gagal menjailinya siang tadi. “Bukan hal besar, tak perlu di bahas. Bagaimana? Kau sudah memberi tahu Chaeyeon?” Jungra mengalihkan topik.

“Sudah.”

“Lalu? Apa katanya.”

“Dia mau. Tapi tetap saja aku merasa tidak tenang. Noona, kau harus ikut.”

Jungra menatap Jungkook tak percaya. Seenak jidatnya bocah itu mengajak Jungra. “Tidak. Appa tidak mengajakku, jadi aku tidak akan ikut.”

“Ayolah Noona, kau tega membiarkanku sendiri?”

“Sendiri apanya? Ada Appa, ada Chaeyeon. Kau tidak akan sendiri.”

Jungkook bungkam. Tak ada gunanya berdebat dengan Jungra. Lagi pula si noona benar, appa-nya tidak mengajak, jadi tidak mungkin tiba-tiba Jungra hadir bersama mereka.

“Apa yang harus aku lakukan?” Jungkook mengacak surainya dengan satu tangan.

“Sudahlah, tenang saja. Kau ini akan pergi dengan Appa, bukan dengan Presiden. Tak apa-apa Jungkook-ah, dia itu Appa-mu. Lagi pula kau itu berlebihan. Padahal Appa sama sekali tidak galak. Appa juga tidak pernah memarahimu kan?”

Jungra sebenarnya merasa sedikit risi dengan hubungan antara Jungkook dengan appa-nya. Mereka ini ayah dan anak tapi sama sekali tidak terlihat seperti itu. Bagaimana ya? Mereka terlihat sedikit canggung.

Bukan salah mereka sih sebenarnya. Salahkan saja keadaan. Waktu Jungkook kecil, Jungsik terus saja sibuk dengan pekerjaannya—bahkan hingga sekarang—sehingga membuat Jungkook jarang bertemu. Terlebih Jungkook sudah mendapat semua kasih sayang dari Jungra sehingga bocah itu merasa tidak butuh yang lain.

Belum lagi hadirnya wanita lain dalam hidup sang appa yang membuat Jungkook merasa seperti tidak memiliki celah untuk mendekat. Atau lebih tepatnya Jungkook memang tidak ingin mendekat karena seperti yang telah diketahui, dengan adanya Jungra sudah lebih dari cukup untuk seorang Jeon Jungkook. Noona-nya adalah ayah sekaligus ibu untuknya.

“Iya, aku tahu kalau Appa tidak galak. Tapi tetap saja aku merasa belum siap.”

“Cih kau ini sama sekali tidak jantan. Padahal kau hanya memperkenalkan kekasihmu, bukan meminta izin untuk menikah. Dengar ya,” Jungra mengubah posisi duduknya, sedikit menghadap Jungkook. “Jika kau tidak tenang, maka kau tidak bisa membuat Chaeyeon tenang. Aku yakin, dia lebih grogi daripada kau.”

“Dia tidak terlihat grogi tadi.”

Jungra memukul lengan Jungkook ringan, membuat sang adik mengaduh padahal sama sekali tidak terasa sakit untuk pria sekelas Jungkook. “Kau ini tidak peka sekali sih? Dia menutupinya. Dia tidak ingin kau khawatir. Aku ini perempuan, sama seperti dia. Jadi aku bisa merasakan apa yang dia rasakan.” Setelah memberi penjelasan panjang lebar, Jungra kembali pada posisi nyamannya.

“Begitu ya?”

“Iya, jadi sekarang kau harus tenang. Tidak boleh grogi. Oke?”

“Akan aku coba.”

*

*

*

*

*

Chaeyeon tak henti membuat kedua tangannya saling meremas. Bagaimana tidak, dia sedang duduk berhadapan dengan appa Jungkook. Tanpa meja, tanpa penghalang apa pun. Terlebih area bowling tempat mereka berada tidak begitu ramai, membuat suasana begitu mencekam.

Jungkook yang duduk di sebelah Chaeyeon menyadari hal itu, dengan segera mengambil salah satu tangan Chaeyeon kemudian menggenggamnya. “Tidak apa-apa.” Bisiknya berusaha menenangkan Chaeyeon.

“Jadi sudah berapa lama kalian berkencan?”

“Belum ada satu bulan.” Jungkook yang menjawab. Padahal tatapan mata Jungsik mengarah pada Chaeyeon.

“Kau kuliah di bidang yang sama dengan Jungkook?”

N-ne.” Terlihat jelas jika Chaeyeon sedang sangat gugup. Pasalnya saat pertama berjumpa hingga saat ini, wajah appa Jungkook sama sekali tidak menunjukkan keramahan. Berbeda jauh dengan saat pertama bertemu dengan Jungra. Jungra menyambutnya dengan sangat ramah.

“Orang tuamu bekerja apa?”

Appa,” Jungkook menginterupsi, merasa tidak enak hati dengan pertanyaan sang appa.

Wae?” Kali ini tatapan mata Jungsik beralih pada Jungkook. “Apa aku salah jika menanyakan perkerjaan orang tuanya? Aku tidak ingin kau asal berkencan.”

Jungkook geram dibuatnya. Kata-kata yang dilontarkan appa-nya benar-benar tidak pantas. Namun Jungkook tetaplah Jungkook yang penurut di hadapan appa-nya. Tak ingin menunjukkan sisi dirinya yang gampang sekali merajuk. “Tidak bisakah kita langsung bermain saja?”

Jungsik mengangguk. “Baiklah.” Pun segera berdiri dan mengambil bola bowling.

“Kau tidak apa-apa?” Jungkook menatap Chaeyeon penuh kekhawatiran.

“Memangnya kenapa? Aku tidak apa-apa. Hehe.” Jelas sekali Chaeyeon sedang apa-apa.

“Maaf ya.”

Chaeyeon tersenyum. Memaksa tersenyum. “Aku tidak apa-apa. Sungguh. Bukankah memang pantas jika Appa-mu bertanya seperti itu? Jika itu Appa-ku, pasti dia akan menanyakan hal yang sama juga. Oh, giliranmu.”

Dengan berat hati Jungkook beranjak, meninggalkan Chaeyeon berdua dengan Jungsik.

“Jadi, apa jawabanmu tadi?” Tanya Jungsik sambil mendudukkan diri di depan Chaeyeon.

“Orang tua saya sudah meninggal.”

Jungsik sedikit tersentak, tapi buru-buru mengendalikan diri. “Eomma Jungkook juga sudah meninggal.”

Chaeyeon terkejut. “Eo-eoh, maaf. Saya tidak tahu.”

“Jungkook tidak memberitahumu?”

Chaeyeon menggeleng lemah. “Animida.”

“Lalu kau tinggal dengan siapa?”

Imo.”

*

*

*

Jungsik dan Jungkook baru saja mengantar Chaeyeon menuju tempatnya bekerja. Sebenarnya Jungkook tidak memiliki rencana untuk membawa serta Jungsik. Namun pria paruh baya itu memaksa. Apa daya, Jungkook yang adalah anak penurut tentu saja mengizinkan. Walau dia merasa benar-benar tidak enak hati karena telah membuat Chaeyeon tidak nyaman.

“Jadi dia bekerja di café itu?”

Ne.” Jawab Jungkook singkat. Dia duduk di balik kemudi. Ini adalah kali pertama dia menyetir untuk sang ayah.

“Tidak bisakah kau mencari gadis yang lebih layak?”

TBC






___________
2019-04-02

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
1M 84.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
6.1M 706K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
723K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...