My Rival is My Brother (End)...

By Tys_131

398K 40.4K 13.3K

Squel My Family, bxb rate bisa berubah yang tidak suka fujo get out. - 14/03/19 -18/04/19 @tys_131 2019 More

Prolog
Cast (2)
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 9
Part 10
Part 10_ REAL
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Epilog
Special Chapter 1
Special Chapter 2
Special Chapter 3
Special Chapter_
Special Chapter 4
Special Chapter 5
Special Chapter 6

Part 8

7.6K 895 426
By Tys_131








"Jangan murung"

Jaemin melirik Jeno, tangannya kini beralih untuk merangkul lengan Jeno. Berjalan keluar dari rumah abu perlahan Jaemin kembali tersenyum.

"Jeno"

"Iya Na"

"Terimakasih" ucap Jaemin,

"Untuk?"

"Semuanya"

Jaemin berjinjit, menyamakan tingginya untuk memeluk Jeno, tersenyum dengan tangan yang membelai belakang kepala Jeno.

"Kamu juga harus berterima kasih karena demammu pindah ke aku" cemberut Jeno

"Siapa suruh tadi melakukannya. Bukankah sudah ku peringatkan" balas Jaemin

Jeno membalas pelukan Jaemin, menyandarkan kepalanya di bahu Jaemin. Aroma Jaemin benar-benar membuatnya tenang.

"Na, kamu yang menyetir ya. Aku ingin tidur sebentar"

"Iya"








Mobil Jeno berjalan ke kediaman Keluarga Jung, Jaemin menyetir dengan Jeno yang tidur di kursi sampingnya. Sepertinya Jeno benar-benar terkena demam. Tapi Jaemin sedikit bersyukur karena demannya kini berpindah ke Jeno.

Jaemin memarkirkan mobil di garasi samping, matanya menoleh pada Jeno yang masih sangat terlelap.

Mengambil napas dalam, Jaemin seperti tidak ingin masuk ke dalam sana. ke nyataan yang dia dapat di rumah ini benar-benar membuatnya terluka. Belum lagi dia harus bertemu dengan orang itu nantinya.

"Aku harus kuat. apapun yang terjadi. Aku harus bisa menjadi kuat agar bisa di samping Jeno. Aku tidak mungkin mengecewakan Jeno lagi. Aku tidak mungkin menghianatinya lagi" batin Jaemin

Memejamkan mata, Jaemin masih berbicara dalam hati menguatkan diri sendiri. kini tangan Jaemin terulur untuk membelai wajah Jeno, matanya memancarkan kesedihan.

"Apa kamu akan membenciku jika aku jujur padamu Jeno?"

Merasa terganggu dengan tangan Jaemin, Jeno sedikit bergerak. Matanya perlahan terbuka dengan senyum di wajahnya.

"Apa sudah sampai?"

"Hmm, bangun dan ayo masuk"

Jeno diam, matanya melihat mata Jaemin. Ada sedikit keraguan dimatanya. Jeno tau jika Jaemin pasti masih marah dengan apa yang terjadi kemarin.

"Kamu yakin Na"

"Yakin Jeno" Jeno mengangguk, melepas tangan Jaemin dari wajahnya.

Jeno berjalan selangkah di depan Jaemin, walaupun tangannya memegang tangan Jaemin tapi keduanya tidak berjalan beriringan. Jika di lihat Jeno seperti sedang menarik Jaemin.

"Jaemin"

Yang di panggil tersenyum, melepas tangan Jeno dan berjalan ke arah Taeyong yang memanggilnya.

"Tante merindukanmu sayang"

"Jaemin juga"

"Kenapa baru kesini, kemarin kemana?"

Jaemin tidak langsung menjawab. Matanya melirik Jeno yang ada di sampingnya. Seperti memberi kode pada Jeno untuk membantunya menjawab

"Kemarin Jaemin menemaniku Ma, jadi baru bisa kesini sekarang" ucap Jeno

"Kemari, kita duduk disini"

Taeyong menarik Jaemin, membawanya keruang keluarga. Disana sudah ada beberapa orang penghuni rumah ini. di tambah dengan Jungwoo dan Seola yang kebetulan sedang ada di sana. bukan kebetulan, Taeyong memang menyuruh mereka datang.

"Kak Nana"

Jaemin merentangkan tangannya saat Jayden berlari kearahnya. Seminggu tidak bertemu dengan keponanakan Jeno membuat Jaemin juga merindukan bocah kecil ini.

"Aku heran dengan Jayden. Semua orang di panggil kakak kenapa dengan Jeno dia memanggil Om" sahut Seola

"Itu ajaran ibunya kak." Balas Jeno

Jaemin duduk di samping Jeno dengan Jayden di pangkuannya. Bermain bersama bocah kecil itu Jaemin sampai tidak sadar jika dua orang sedang menatapnya dengan tatapan yang berbeda.

"Jayden sangat dekat ya dengan Jaemin" ucap Seola

"Itu karena Jeno sering membawa Jayden bersamanya" sambung Jungwoo

"Kamu sepertinya sangat suka dengan anak kecil ya, Jaemin" kata Taeyong

Jaemin yang tadinya hanya melihat kearah Jayden kini menegakkan wajahnya. Melihat Taeyong yang ada di depannya.

"Jayden terlihat sangat lucu. Entah kenapa dia malah terlihat seperti Jeno" balas Jaemin

"Kamu benar, Jayden sifatnya benar-benar seperti Jeno. Menyebalkan" sambung Seola

Semua hanya tertawa, membiarkan wajah Jeno yang terlihat sangat kesal, sesekali Jeno menggosok hidungnya yang tersumbah.

"Jeno kamu sakit?" tanya Taeyong

"Hanya demam Ma," balasnya

"Kenapa bisa?" kini giliran Jaehyun yang bertanya.

"Kena air tengah malam" balas Jeno lagi

Mark dan Haechan hanya diam sedari tadi tidak tau harus memberi tanggapan apa dari percakapan ini. Jeno sadar jika sedari tadi Mark mencuri pandang pada Jaemin. Dan Jeno hanya membiarkan itu.

"Ah iya, aku akan menyiapkan makanan. Kalian lanjut mengobrol saja ya" kata Taeyong

"Tante aku ikut" sahut Seola

"Baiklah ayo, dan Jaehyun kamu juga harus bantu aku"

"Aku?" kenapa aku?" tanya balik Jaehyun pada Taeyong

"Sudahlah ayo"

Jika sudah seperti ini Jaehyun hanya bisa mengangguk. Tapi Jaehyun tidak ingin sendiri. jadi dia menarik David untuk ikut bersamanya. ya walaupun nantinya David hanya akan mengacau, tapi setidaknya nanti dia tidak sendiri jika Taeyong maupun Seola mengomel.

"Jaemin, bagaimana lingkunganmu saat menjadi model? Aku penasaran, apa orang-orang disana baik semua atau bagaimana?" tanya Jungwoo

"Banyak tipe orang di sana Kak. Ada yang baik dan ada yang tidak baik. Hanya tergantung kitanya melihat mereka seperti apa"

"Contohnya?" tanya Haechan

"Contohnya." Jaemin sedikit berfikir, mencari contoh perumpamaan yang mudah untuk di gambarkan

"Ah contohnya orang tidak baik. Sebut sama dia Jeno"

"Kenapa aku?" protes Jeno.

"Hanya perumpamaan Jeno. Ya sudah aku ganti" balas Jaemin. "Misalkan ada orang yang selalu terlihat baik-baik saja. Tapi kalian tidak tau bagaimana hatinya kan."

Tangan Jaemin membelai kepala Jayden yang sudah tertidur di pangkuannya.

"Kamu benar Jaemin. Banyak orang yang menyembunyikan kebusukkannya hanya untuk memberikan kesan baik darinya. Sungguh aku benar-benar kesal dengan orang munafik seperti itu" ucap Jungwoo

Kini Jaemin Jeno terdiam, tak hanya mereka berdua. Haechan dan Mark juga ikut terdiam. Dan itu membuat Jungwoo menjadi curiga

"Kenapa kalian diam?"

"Ah, ucapanmu terlalu benar kak. Aku jadi sedikit terkejut"balas Jeno, "Aku jadi ingat seseorang yang terlihat baik tapi ternyata dia menusuk orang lain dari belakang. Ada juga seseorang yang menghianati pasangannya hanya untuk mengejar hal yang jelas-jelas bukan miliknya. Aku kasian dengan orang seperti itu"

"Kamu benar Jeno. Hanya karena terbiasa, dia jadi melupakan apa yang dia miliki. Dia terlalu terobsesi dengan apa yang ada di depannya." Sambung Jungwoo

"Aplagi jika orang itu adalah orang terdekat kita, aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya orang yang dia hianati. Cinta kadang benar-benar membutakan ya" ucap Jeno lagi

"Ya, cinta memang seperti itu. Bahkan hanya karena cinta suatu hubungan bisa hancur" sanggah Jungwoo

Mark, Haechan dan Jaemin hanya diam. Tidak ingin menyela apa yang Jeno dan Jungwoo katakan. ucapan Jeno jelas terlihat jika dia menyindir Mark, sedangkan ucapan Jungwoo di tujukan untuk Haechan.

Jaemin sadar dengan ucapan Jeno, tapi untuk ucapan Jungwoo dia sama sekali tidak paham.

"Sepertinya kak Jungwoo sangat mengenal orang yang kakak ceritakan baru aja" kata Haechan

"Hah" Jungwoo menjadi gelagapan mendengar apa yang Haechan katakan padanya. "Aku hanya menyimpulkan dari beberapa orang yang aku temui"

"Benarkah?" tanya Haechan. Matanya menatap tajam pada Jungwoo

Drttt..drrttt.

Ponsel Jeno bergetar, letak ponsel Jeno yang ada di meja membuat semua orang bisa melihat jika Yeeun sedang menelponnya.

"Yeeun, dia siapa Jeno?" tanya Jungwoo

"Sekertarisku"balas Jeno,

Bukannya mengangkat ponselnya, Jeno malah mengangkat Jayden dari pangkuan Jaemin.

"Na" lirih Jeno, matanya memberi kode jika dia menyuruh Jaemin untuk mengangkatnya

Sadar dengan apa yang di inginkan Jeno, Jaemin mengambil ponsel itu. Mendekatkan ke telinganya.

"Iya ada apa?"

"Jaemin, boss dimana?"

Jaemin melirik kearah Jeno, matanya tidak sengaja melihat bagaimana Mark dan Haechan yang sedang menatapnya. Tidak mungkin kan Jaemin memanggil Jeno sebagai boss di depan mereka

"Dia sedang sibuk, ada apa katakan saja?"

"Pak Park ingin Boss mencari seseorang untuknya. Dia ingin bertemu Boss malam ini"

Jaemin memasang wajah tidak suka, dia tau Pak Park yang di maksud Yeeun siapa. Dan Jaemin tidak ingin Jeno terlibat dengan dia, karena menurut Jaemin dia itu berbahaya.

Jaemin mendekati Jeno, berbisik di telinganya.

"Jika kamu ingin aku melakukannya setujui, jika tidak tolak. Aku akan melakukan apa yang kamu katakan" balas Jeno

Jaemin sejenak terdiam, ini bukan kali pertama dia memutuskan apa yang harus di lakukan Jeno. Karena apapun yang Jeno lakukan Jaemin pasti tau dan Jeno selalu meminta pendapat padanya.

Jaemin mengambil napas pelan, " Tolak, Jeno sedang sibuk malam ini. Dan selesaikan semua urusan Jeno beberapa hari ini. ku harap kamu bisa melakukannya"

"Baiklah. Aku akan melakukannya"

Haechan mengerutkan keningnya dengan apa yang di lakukan Jaemin. Rasanya sangat aneh melihat bagaimana Jeno begitu menurut dengan Jaemin.

"Ku rasa apa yang dilakukan Jaemin sangat keterlaluan. Untuk apa dia berbohong jika Jeno sedang sibuk dan menolaknya." Sinis Haechan

Jaemin merasa jika kini tatapan Haechan berbeda. Dia jadi merasa jika ucapan Haechan memang ada benarnya.

"Aku hanya tidak suka.."

"Aku tau kamu sangat peduli dengan Jeno, tapi seharusnya kamu tidak mencampuri urusan pekerjaan Jeno. Kamu juga punya pekerjaan sendiri kan. Lagipula, kenapa Kamu begitu menurut dengan Jaemin. Bisa jadi Jaemin nanti membuatmu celakan Jeno"

Jungwoo dan Mark hanya bisa membolakan mata dengan ucapan Haechan, berbeda dengan Jaemin yang kini menunduk.

"Memangnya kenapa jika Jaemin mencampuri urusanku. Aku sama sekali tidak keberatan."

"Tapi bukankah itu terlalu berlebihan Jeno," sambung Haechan

"Tidak ada yang berlebihan. Aku tau semua tentang Jaemin, begitupun juga dengan Jaemin. Dia tau semuanya tentangku. jika Jaemin ingin mencelakaiku, kurasa hubungan kami tidak akan bertahan sampai saat ini." balas Jeno

Jujur saja Jeno merasa sedikit marah dengan apa yang di ucapakan Haechan pada Jaemin. Tapi tidak ingin berburuk sangka, Jeno berfikir jika Haechan sedang kesal dengan Mark jadi dia melampiaskannya pada Jaemin.

"Iya aku tau dan aku sangat paham bagaimana hubungan kalian Jeno." Ucap Haechan. Sebenarnya dia tidak tau kenapa tiba-tiba menjadi kesal dengan Jaemin yang selalu mencampuri urusan Jeno.

"Kalau tau kenapa seperti itu, Jaemin adalah alasan aku memiliki semuanya. Aku bertahan karena Jaemin" suara Jeno berubah tinggi. Membuat Haechan sedikit menurunkan bahunya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud marah denganmu. Aku hanya tidak suka kamu seperti itu pada Jaemin"

"Aku yang harusnya minta maaf, Maafkan aku Jaemin"

Jaemin hanya mengangguk, dia merasa tidak enak dengan situasi seperti ini. seolah-olah disini dialah yang salah.



~~







Mark melihat Jeno yang sedang duduk sendirian di ruang tengah. Entah apa yang dilakukan adiknya itu, yang jelas Mark tidak ingin tau.

Mark mengambil beberapa botol wine yang di simpan di ruang bawah tanah. Membawanya untuk mendekati Jeno

"Ayo bicara"

Jeno yang tadi fokus ke laptopnya kini beralih melihat Mark. Hati Jeno bergetar saat melihat mata Mark. Jeno merindukan mata itu, merindukan Kakaknya yang selalu ada yang selalu menyayanginya.

"Baiklah"

Jeno mematikan laptopnya. Meletakkan di meja dan berjalan mengikuti Mark.

Mereka kini sedang duduk di taman samping rumah. Mark membiarkan Jeno keluar rumah terlebih dahulu. Mark hanya ingin memastikan jika pintu ke arah taman samping terkunci. Malam ini dia ingin menghabiskan waktu dengan Jeno.

Bulan bersinar begitu terang malam ini, walaupun cuaca sangat dingin tapi mereka tetap berbicara di luar.

Mark menuangkan wine di gelas Jeno, lalu beralih ke gelasnya. Meletakkan wine di meja. Mark masih diam, matanya menatap cairan di depannya.

"Ingin bicara apa?" tanya Jeno

"Aku hanya merindukanmu" balas Mark

Jeno menatap Mark, hatinya menjadi luluh dengan ucapan Mark.

"Saat kamu ke Itali Jeno."

Jeno menyergit, kenapa tiba-tiba saja Mark berbicara seperti itu padanya. apa mungkin Mark mengajaknya kesini untuk membahas bagaimana Jeno di Itali

"Apa kak?"

"Saat kamu di Itali. Saat itulah aku terbiasa dengan kehadirannya"

"Maksudnya?"

Mark menenggak habis wine di gelasnya. Menuangkan kembali sebelum berbicara.

"Kamu tau kan saat awal kehamilan Haechan, itu adalah saat dimana kamu pergi Ke Itali. Dan saat itu juga Haechan selalu menempel pada Jaemin"

Jeno tersenyum paksa saat ini, tenggorokannya mendadak menjadi sangat haus.

"2 bulan, kehadirannya selama 2 bulan di hidupku mampu membuat aku jatuh kembali padanya."

Mark menatap Jeno, rasa putus asa dan rasa bersalah terpancar dimata hitamnya. Melihat itu Jeno hanya diam. Tidak ingin menyela atau menyanggah ucapan dari Mark

"Selama 2 bulan Jaemin selalu datang ke aparteman. Bersikap seolah-olah dia selalu untukku. Menyiapkan baju, menyiapkan makanan dan menemaniku. Semua Jaemin lakukan walaupun itu ada Haechan. Aku tau kehamilan Haechan waktu itu sangatlah sensitif. Aku tidak menyalahkannya karena dia membawa Jaemin untukku. Aku tau disini aku yang salah. Maafkan aku Jeno" suara Mark melemah di ujung kalimat.

Jeno menenggak lagi wine di gelasnya. Begitu juga dengan Mark. Keduanya saling diam untuk sesaat. Jeno tidak tau apa yang harus dia ucapkan saat ini.

Dia tau jika waktu itu Jaemin selalu ada di antara Mark dan Haechan. Jeno hanya tidak tau jika hal itulah yang membuat Mark kembali mencintai kekasihnya itu.

"Awalnya aku tidak sadar, tapi setiap Jaemin menelponmu. Berbicara tentangmu dengan Haechan. Saat itulah aku merasa kesal. Aku selalu berusaha menutup kembali perasaanku. Tapi aku selalu gagal"

Mark menghembuskan napasnya. Jeno mendengar hembusan napas itu sangatlah berat.

"Aku tau aku gagal menjadi suami untuk Haechan. Aku tau aku salah"

"Apa karena itu kak Mark manjadi sibuk?"

Mark menggelengkan kepalanya. Kini dia menenggak wine langsung dari botolnya.

"Aku tidak sanggup melihat bagaimana wajah Haechan. Rasa bersalah selalu muncul di benakku. Bagaimana aku menghianatinya. Bagaimana aku membagi cintaku untuk orang lain. Aku tidak sanggup melihat rauh wajah Haechan yang terlihat baik-baik saja. Aku terlalu pengecut. Aku tau dia akan hancur jika aku mengatakan semuanya"

"Tapi dengan kamu menghindarinya, dia semakin jauh denganmu kak"

"Aku tau Jeno, aku tau. Tapi apa salah jika aku mencintai seseorang?"

"Tidak" Jeno menggelengkan kepalanya, "Mencintai seseorang tidak salah, yang salah ketika kita mencintai orang yang sudah memiiliki orang lain"

"Kamu membenciku?" tanya Mark

"Aku harus menjawab apa kak?"

"Kamu bisa membenciku Jeno. Dan aku juga akan membencimu. Aku penasaran. Bagaimana jika kita saling membenci"

Mark dan Jeno tidak mabuk. Mark yang memang kuat minum dan Jeno yang sedari tadi hanya minum sedikit membuat keduanya masih sadar.

Obrolan mereka masih berlanjut. Saling memuji dan kemudian saling menghina mereka lakukan hingga tengah malam.

"Jaemin. Jadi karena dia mereka saling membenci" batin seseorang yang kini sedang bersandar di balik pilar yang tidak jauh dari mereka










Tbc










Happy reading

Maaf jika ada typo

Continue Reading

You'll Also Like

452K 47K 50
"Omega merasa berharga ketika jiwa mereka mutlak dimiliki sang Alpha takdir. Tapi, takdir begitu lucu dengan memberi Jaemin tidak hanya satu, tapi tu...
48 By kevvvvveee

Short Story

261K 27.5K 109
48 oneshoot (Lebih ke Ch²)
88.3K 10.1K 35
Two billion gone wrong. "Aku sudah mendapatkannya. Ayo bercerai" Read tags before read !! Start: 7/01/22 End: -
48.6K 4.5K 33
(Ayo follow dulu sebelum baca) Bagaimana jadinya jika dua orang pembuat onar yang saling bermusuhan disatukan dalam satu kelas? Apakah akan semakin b...