My Rival is My Brother (End)...

By Tys_131

400K 40.4K 13.3K

Squel My Family, bxb rate bisa berubah yang tidak suka fujo get out. - 14/03/19 -18/04/19 @tys_131 2019 More

Prolog
Cast (2)
Part 1
Part 2
Part 3
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 10_ REAL
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Epilog
Special Chapter 1
Special Chapter 2
Special Chapter 3
Special Chapter_
Special Chapter 4
Special Chapter 5
Special Chapter 6

Part 4

8.5K 995 466
By Tys_131







Dorr,,

"Yak, kamu ingin membuatku terkena serangan jantung"

"Maaf sayang, habisnya kamu serius sekali"

"Aku hanya menyiapkan beberapa barang-barang kita Jaehyun"

Jaehyun yang tadinya berdiri kini ikut duduk di samping Taeyong. melihat bagaimana istrinya itu berkemas.

"Kenapa banyak sekali sih sayang. kita kan disana masih punya baju. Bawa seadanya aja"

Taeyong menatap Jaehyun tidak suka. Melihat bagaimana wajah Taeyong, Jaehyun kini diam.

"Daripada kamu berisik disini, lebih baik kamu bersihkan rumah. Tutup beberapa barang yang tidak terpakai. Besok kita akan pulang ke Korea"

Dahi Jaehyun menekuk, seingatnya dia dan Taeyong akan pulang minggu depan. Lagipula tiket juga sudah di pesan untuk minggu depan.

"Bukannya minggu depan?" tanya Jaehyun

Tangan Taeyong yang tadinya melibat beberapa baju kini berhenti, menoleh pada Jaehyun yang masih di sampingnya.

"Aku ingin besok Jaehyun. rasanya aku ingin segera melihat anak-anak"

"Kamu merindukan mereka?"

Taeyong menggelengkan kepalanya. Dia memilih untuk menghentikan kegiatannya. Bergerak kearah Jaehyun dan memeluknya.

"Entahlah. Yang jelas aku ingin bertemu mereka secepatnya"

Taeyong menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaehyun. menyembunyikan kekhawatirannya. Dari beberapa hari yang lalu perasaannya tidak enak. Tapi Taeyong sangat sungkan untuk berkata jujur pada Jaehyun. dia takut akan membuat Jaehyun terbebani dengan perasaannya.



~~



"Hai bung"

Mark yang sibuk dengan beberapa kertas di mejanya mengalihkan pandangan pada orang yang kini berada di depannya. Menutup beberapa map, Mark melepas kacamata yang dia pakai.

"Kurasa kamu sangat-sangat sibuk, dan sejak kapan David ada disini?"

"Duduklah Luke, kamu banyak tanya"

"Hee, maaf. Ayo makan siang. Aku tidak ada teman makan siang makanya aku ke kantormu"

Mark melirik jam di tangannya. Benar saja ini jamnya makan siang. Untung ada Lucas yang mengingatkannya. Kalau tidak bisa kelaparan adiknya karena kesibukannya.

"David, simpan ponselmu dan ayo makan siang" ucap Mark

Menoleh sebentar, David mengikuti apa yang di katakan Mark padanya. kemudian berjalan kearah Mark.

"David tidak sekolah?"

Mark menggelengkan kepalanya. Gara-gara Video itu David jadi tidak mau lepas darinya. Bahkan tidurpun dia harus menemani adiknya itu hingga David benar-benar tidur.

Mark sendiri sampai kerepotan dengan apa yang di lakukan David, belum lagi beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Jeno. Jadi bagaimana dia bisa bertanya tentang Video itu.

Berjalan keluar ruangan Mark mengikuti Lukas di ikuti dengan David di belakangnya. Mark yang terlalu lelah tidak menghirukan sapaan dari beberapa karyawannya. Matanya hanya fokus ke jalan.

Mereka bertiga hanya pergi ke restauran di seberang perusahaan. Lagipula waktu Lucas juga tidak terlalu banyak.

Duduk dan memesan makanan mereka masih belum memulai obrolan. Hingga tiba-tiba Lucas melihat foto Jaemin yang beredar di internet

"Aku tidak menyangka Jaemin akan menyukai Jeno. Lihatlah, dia terlalu manis untuk Jeno"

"Ya, kamu benar. Dia sangat manis"

Memang tidak bisa di pungkiri jika Jaemin di mata Mark sekarang sangatlah manis. Tapi Mark juga sadar diri. Kini dirinya sudah memiliki semuanya, Jaemin bukanlah untuknya. Yang harus dia pikirkan adalah keluarganya bukan orang lain yang jelas-jelas bukanlah miliknya.

"Jangan melamun. Kamu membuatku takut" ucap Lucas

"Sudahlah ayo makan, setelah itu kita kembali."




~~







"JENO"

Dugh,

Ackk

Jeno yang tadinya sedang menikmati tidurnya di kejutkan dengan suara cempreng yang sialnya sangat dia kenal. Jeno menggosok kepalanya yang terbentur dengan benda keras lainnya. Melihat benda apa itu, mata Jeno membola saat melihat itu adalah kepala orang.

Reflek Jeno menjauh dari tempat tidur, hingga tubuhnya terjatuh ke lantai. Mengerjapkan mata pelan, kini Jeno sepenuhnya sadar. Matanya melihat kesekeliling.

"Nana," lirihnya.

Jaemin yang berada di ambang pintu menatap Jeno dengan tatapan yang sangat sulit di artikan oleh Jeno. Mata hitam Jaemin terlihat berkilau, Jeno yakin sebentar lagi dia akan menangis.

"Na, ini tidak seperti yang kamu lihat"

"Apa? Apa yang aku lihat."

Jaemin memberikan tatapan kecewa pada Jeno. Bahkan kini matanya sudah basah. Dengan cepat Jeno menghampiri kekasihnya itu. Menarik Jaemin kedalam pelukannya.

"Jangan marah Na, aku tidak melakukan apa-apa. Aku berani bersumpah."

"Jelas aku marah denganmu, aku tau ini urusan pekerjaan tapi apa wajar jika kamu berbagi kamar tidur dengan sekretarismu."

Tangan Jaemin memukul dada Jeno, tubuhnya mencoba untuk melepaskan pelukan Jeno. Tapi tetap saja gagal. Kekuatan Jeno lebih besar daripada dia.

"Kamu memang tidak pernah serius denganku Jeno. Bukankah dari dulu kamu hanya mempermainkanku"

Jeno semakin mempererat pelukannya. memberikan beberapa kecupan di kepala Jaemin untuk menenangkan. Perlahan Jaemin luluh, walaupun masih menangis tapi setidaknya dia tidak memberontak di pelukan Jeno

"Dengar, aku tidak pernah mempermainkanmu. Aku serius denganmu Na. Apa kamu pernah melihat keraguan di mataku jika semua menyangkut tentang dirimu?"

Tangan Jeno menangkup pipi Jaemin, ibu jarinya membelai dan menghapus jejak airmata Jaemin.

Jaemin masih sesegukan saat tangannya di tarik lembut Jeno untuk mendekati ranjang itu. Membuka selimut yang menutupi tubuh Yeeun; sekertaris Jeno, Jaemin kini kembali menatap Jeno.

"Aku tidak tidur dengannya. Dia mabuk dengan dua orang itu. Aku hanya memindahkan mereka bertiga kesini. dan sepertinya aku ketiduran. Aku juga tidak tau kenapa yang di ranjang hanya Yeeun dan mereka berdua bisa di lantai. Tapi serius Na aku tidak tidur dengannya. Aku hanya tidak sengaja ketiduran. Maafkan aku Oke"

Memang benar apa yang di katakan Jeno, di kamar ini bukan hanya ada dirinya dan sekertarisnya. Ada dua orang lain lagi. Tapi karena mereka ada di lantai dan tidak terlihat saat Jaemin masuk, jadinya yang terlihat hanya Jeno dan Yeeun yang tidur bersama di ranjang

"Kita bicara diluar ya, biarkan mereka tidur"

Jaemin hanya mengikuti apa yang dikatakan Jeno. Membiarkan tangannya di tarik oleh Jeno.

Duduk di salah satu sofa yang ada diruangan ini, kini Jeno kembali memeluk Jaemin. Membelai punggung Jaemin dengan tangan besarnya.

"Kenapa kamu bisa kesini? tempat ini tidak cocok untukmu Na"

"Kamu tidak menjawab telpon semalam, aku khawatir Jeno. Dan saat tadi pagi aku menelponmu seseorang mengangkatnya dan bilang jika kamu ada di sini"

"Maaf, aku lupa memberi taumu jika tadi malam aku ada tahanan. Aku menyelesaikan intrograsi tadi pagi setelahnya kami minum-minum dan yah, seperti yang aku katakan tadi"

"Kamu mabuk?"

"Tidak, Na. Aku hanya melihatnya. Aku tidak ikut minum"

"Apa kamu membunuh?"

Jeno melepaskan pelukannya, menciumi wajah Jaemin dengan senyum di wajahnya.

"Bukannya aku pernah berjanji padamu, aku tidak akan membunuh. Aku hanya memberikan mereka pelajaran."

"Lalu apa yang terjadi pada orang itu?"

"Anak buahku yang menyelesaikannya"

"Ihh sama saja Jeno"

"Beda Na,"

Kembali memeluk Jaemin, Jeno mengoyangkan tubuh Jaemin ke kanan dan ke kiri. Melihat bagaimana cemburunya Jaemin padanya Jeno jadi gemas.

"Na,"

"Apa?" jawab Jaemin ketus

"Aku menginginkanmu"

Jaemin mendorong tubuh Jeno, mengerucukan bibirnya kedepan saat melihat seringai di wajah Jeno

"Tidak mau, aku tidak mau melakukannya disini"

"Kenapa?"

"Ini markasmu Jeno. Bagaimana mungkin melakukannya disini"

"Aku punya alat baru, kita sudah lama tidak melakukannya" ucap Jeno sedikit menggoda

"Aku ada jadwal besok"

Jeno mengigit pelan hidung Jaemin, "Jangan bohong, jadwalmu kosong 1 minggu ini. memangnya aku tidak tau kamu meminta libur pada Jisung"

Jaemin mengembungkan pipinya. Kalau sudah begini bagaimana caranya menolak Jeno. Lagipula Jaemin juga masih kesal dengan Jeno. Masa iya dia langsung menyetujuinya.

"Aku masih marah padamu, lagipula tempat ini tidak enak. Aku tidak suka"

"Aku punya kamar yang bagus disini. Mau melihatnya"

"Tidak"

Jaemin mengalihkan pandangnya pada Jeno, berharap jika Jeno tidak melihat wajah malunya. Bukan malu karena Jeno, Jaemin malu karena beberapa anak buah Jeno sedang menatap meraka saat ini. dan itu membuat Jaemin merasa tidak enak.

Tapi ya namanya Jung Jeno, tidak akan menyerah dengan apa yang di inginkannya.

"Yak, Jeno"

Jaemin berteriak saat tiba-tiba Jeno mengendongnya. Matanya melirik ke sekeliling, dimana beberapa orang tengah melihatnya.

"Malu di lihat anak buahmu, turunkan aku"

"Makanya jangan berteriak"

Jaemin yang kesal kini hanya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jeno. Membiarkan kekasihnya itu membawa tubuhnya. Lagipula Jeno juga tidak akan menyakitinya.




~~





Jungwoo yang sedang berada di rumah kediaman Jung saat ini hanya menghela napas pelan saat melihat bagaimana kesalnya ibu satu anak ini.

Sedari tadi dia hanya melihat ponselnya. Memainkannya dan mencoba untuk menelpon seseorang.

"Kamu kenapa Haechan?"

"Jeno beberapa hari tidak pulang. Dan aku coba menghubunginya dari semalam tidak bisa" ucap Haechan pelan

Tangannya membelai kepala Jayden yang sedang meminum susu di pangkuannya.

"Dari tadi pagi kamu memikirkan Jeno?" tanya Jungwoo

Haechan menganggukkan kepalanya. Matanya sesekali melirik ke ponselnya sebelum kembali menatap anaknya.

"Apa kamu sudah menelpon Mark?"

"Untuk apa, kak Mark ada di kantor. Dan kurasa dia juga sibuk"

"Kurasa? Apa yang kamu rasakan Haechan? Kamu tidak menelpon suamimu tapi kamu mengkhawatirkan adik iparmu" kata Jungwoo,"Apa itu terdengar biasa?"

"Apa sih kak,"

Haechan mengalihkan pandangannya, matanya bergetar saat ini dan dengan jelas Jungwoo tau itu.

"Sudahlah Haechan, kamu tidak perlu berbohong padaku. Kamu menyukai Jeno kan?"

Mata Haechan melebar saat tiba-tiba Jungwoo mengucapkan kata itu. Dengan reflek Haechan melihat ke sekeliling. Memastikan tidak ada orang di ruangan ini.

"Jangan bercanda Kak, mana mungkin aku menyukainya"

"Itu terlihat begitu jelas Haechan, saat tidak ada Mark sikapmu berbeda dengan Jeno. Kamu bisa membohongi orang lain tapi tidak denganku"

Mengambil napas dalam, Haechan mencoba mencari kata-kata yang pas untuk Jungwoo

"Aku tidak menyukainya kak, aku hanya terbiasa dengan Jeno yang selalu ada untuk Jayden. Sekarang dia adikku dan selamanya akan menjadi sahabatku"

"Kurasa tidak seperti itu"

Jungwoo tetap pada pendiriannya. Lagipula dia yakin jika Haechan memiliki rasa pada Jeno. Di lihat dari pandangan mata Haechan pada Jeno sangat berbeda.

"Jangan terlalu memaksakan diri Haechanie. Tidak baik untukmu dan juga Jayden. Aku tau Mark sering melupakanmu. Dan Jeno selalu ada untukmu. Tapi ku harap kamu tidak melupakan jika Jeno sudah memiliki orang lain. Begitu juga denganmu."

Haechan menunduk, tidak tau harus berkata apa. Rasanya dia ingin menangis jika mengingat bagaimana keadaannya.

Mark yang sering melupakannya karena pekerjaan dan Jeno yang selalu ada waktu untuknya membuat dia sendiri bingung dengan apa yang dia rasakan.

"Kak Jungwoo"

"Bertahanlah untuk Mark, sekarang dia memang sedang gila kerja. Tapi semua itu dia lakukan untukmu dan Jayden. Bukan untuk orang lain. Jeno hanya tempat bersandarmu, bukan tempat untukmu pulang."

Tangan Jungwoo mengenggam tangan Haechan, "Aku tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun, aku percaya padamu. Aku percaya kamu bisa menjaga hati Mark. Dia sangat mencintaimu Haechan"

Memeluk Haechan dari samping, Jungwoo masih memberikan beberapa kalimat yang membuat Haechan tersenyum,

"Kalian sudah memiliki Jayden. Jangan merusak Jayden hanya karena hal sepele seperti ini."










Jeno mengerutkan keningnya saat melihat beberapa panggilan dan pesan dari Haechan. Menyamankan posisinya, dengan perlahan Jeno menyadarkan tubuhnya di ranjang.

"Haechan, ada apa?" tanya Jeno saat panggilannya tersambung

"Ah tidak, kamu dimana?"

"Aku, aku di apartemen" bohong Jeno, mana mungkin dia bilang jika sedang di markas. Akan sangat bahaya jika Haechan tau.

"Jeno, berisikk"

Jaemin yang merasa tergangu, mengeliat di samping Jeno tangannya dengan asal meraba wajah Jeno dan menutup mulutnya.

"Sssttt, tidurlah lagi" ucap Jeno pelan pada Jaemin. Tangannya membelai wajah Jaemin

"Kamu sedang bersama Jaemin?" tanya Haechan di seberang telpon

"Ah iya, aku di apartemen Jaemin"

"Baiklah, aku tutup dulu ya?"

"Tadi ada apa menelponku berulang kali"

"Jayden hanya merindukanmu. Sudah ya. Bye"

Jeno melihat ponselnya, memastikan jika sambungan telponnya masih menyambung. Tapi nyatanya tidak, Haechan memutus sambungan secara sepihak

"Ada apa dengannya?"

"Ih Jeno,"

Kesal dengan Jeno yang terus berbicara, tangan Jaemin meraih ponsel di tangan Jeno. Dengan sekali ayun ponsel itu sudah terlempar jauh mengenai tembok

"Na, kenapa di lempar"

"Aku ingin tidur, aku lelah. Kamu berisik dari tadi"

Mengambil napas sabar, Jeno membiarkan ponselnya itu. Memilih untuk kembali memeluk Jaemin. Mengajaknya untuk kembali tidur walaupun matahari masih sangat tinggi di luar sana.











Tbc








Kalian tim mana?

Jeno sama siapa?

Oke Jeno sama aku aja.









Happy reading

Maaf jika ada typo

Continue Reading

You'll Also Like

962K 102K 30
[COMPLETED] Bagaimanapun juga Jisung adalah putra mereka. Apapun yang telah Na Jaemin lalui, Lee Jeno tidak berhak di benci. bxb nomin area Ft. (Jaey...
832K 72.7K 37
[TAMAT] Menikah demi melunasi hutang keluarga bukanlah hal yang bagus. bahkan orang yang kau nikahi adalah pria yang dingin dan kasar. tinggal bersam...
1.2M 157K 73
Jung Jaehyun adalah seorang single Parent yang merawat anak satu-satunya Jung Jeno, yang terlahir tanpa mengenal siapa ibunya. Karena ibunya meningga...
14.5K 1.1K 14
[END] Follow Vi! Oke! "Aku akan membantu mu tapi dengan satu syarat, kau harus meninggalkan nya dan kembali padaku, Lee Taeyong!" Apa yang akan Taeyo...