HALAQAH CINTA

By fitriana2912

3M 269K 12.3K

SEGERA TERBIT - "Biarkan saya diam dalam kata, namun riuh dalam doa perihal mencintaimu. Karena saya takut sa... More

SEGERA TERBIT!!!
Prolog
CAST & ROLEPLAYER
HC 1
HC 2
HC 3
HC 4
HC 5
HC 6
HC 7
HC 8
HC 9
HC 10
OFFICIAL TRAILER
HC 11
HC 12
HC 13
HC 14
HC 15
HC 16
HC 17
HC 18
HC 19
HC 21
HC 22
HC 23
HC 24
HC 25
HC 26
HC 27
HC 28
HC 29
HC 30
HC 31
HC 32
HC 33
HC 34
HC 35
HC 35 (b)
HC 36
HC 37
HC 38
HC 39
HC 40
HC 41
HC 42
HC 43
HC 44
HC 45
HC 46
HC 47
HC 48
HC 49
HC 50
OFFICIAL TRAILER 2
HC 51
HC 52
HC 53
HC 54
HC 55
HC 56
HC 57
HC 58
HC 59
HC 60
HC 61
HC 62
HC 63
HC 64
Epilog
Extra Part
Official Instagram & Tiktok
Tertanda, Annisa Shaqina Azzahra
Tertanda, Annisa Shaqina Azzahra (2)
BISMILLAH CINTA

HC 20

40.7K 4K 73
By fitriana2912

Pukul sembilan malam Annisa baru selesai dari kelas mengaji kitab. Dia keluar bersama santriwati yang lain. Tingkatan kelasnya memang masih dasar dibanding dengan Sinta atau Zaskia yang sudah lebih dulu menjadi santri.

"Nis, aku duluan ya," pamit santriwati yang berjalan bersama Annisa.

Annisa mengangguk. "Iya."

Gadis itu kembali berjalan menuju kelas yang lain. Melewati lorong-lorong yang sebagian masih ramai karena kelas mengaji belum selesai. Annisa duduk di depan kelas Sinta. Sepertinya sebentar lagi kelas sahabatnya itu juga akan usai.

Dia menengadah, menatap langit malam yang tampak indah dengan pesona bulan sabit berwarna jingga. Bulan tetap cantik dan banyak dikagumi meski kehadirannya tidak sempurna dan seindah saat purnama. Annisa jadi ingin seperti bulan. Menebarkan kebaikan dan kebahagiaan untuk orang lain.

"Assalamualaikum, ukhti."

Annisa kembali menundukkan wajah dan menoleh ke sumber suara. Dia tersenyum saat tau siapa yang memanggilnya. Malik Ahmad Multazam, laki-laki itu berdiri tak jauh dari tempat Annisa duduk.

"Waalaikumussalam, Gus Malik."

Malik tampak kaku dan ragu ingin melanjutkan perkataannya. Berkali-kali dia menunduk dan tergagu saat hendak berbicara.

Ini pertama kalinya dia akan memberikan sesuatu untuk gadis di depannya. Biasanya dia hanya akan menitipkan kepada Salwa, istri Hamas. Namun dengan keberanian dia ingin memberikan sesuatu untuk Annisa secara langsung.

"Ada bingkisan dari saya untuk Annisa."

Annisa mengalihkan pandangan ke tangan Malik yang menenteng goodie bag kecil berwarna merah jambu. Gambarnya lucu, boneka beruang dan sangat terlihat feminim.

"Tolong diterima ya." Malik meletakkan goodie bag itu di bangku yang berjarak dua kursi dari tempat Annisa duduk.

"Syukron Katsiraa, Gus Malik."

Malik tersenyum kemudian menunduk. Keringat dingin masih membasahi dahi dan telapak tangannya. Rasanya gugup sekali.

"Afwan. Saya pamit dulu ke ndalem." Malik segera beranjak. Ketika melewati Annisa dia menunduk dalam.

"Gus Malik," panggil Annisa saat Malik belum jauh melangkah.

"Iya?" Malik menolehkan kepalanya. Tetapi tidak berbalik.

"Keep Hamasah. Semangat untuk Musabaqoh Tilawatil Quran nya."

Ini untuk pertama kalinya Annisa mengucapkan semangat untuk Malik. Selama ini dia hanya mampu menyuarakan lewat doa. Berharap Allah menjaga dan melindungi Malik. Sekarang dia sudah menyuarakan setelah sekian lama memendam. Entah muncul keberanian dari mana hingga dia mampu mengucapkan kalimat itu.

Malik tersenyum. Jelas dia merasa bahagia mendapat semangat langsung dari adik kelasnya itu.

"Semangat untuk olimpiadenya," balas Malik.

Setelah mengatakan itu Malik segera berlalu. Tidak sempat mendengar jawaban dari Annisa. Mengucapkan itu saja rasanya sudah membuncah. Ada sengatan listrik namun terasa hangat mengalir menuju rongga dadanya. Detak itu terasa kuat terdengar.

Annisa mengambil bingkisan yang Malik berikan. Dia masih ragu untuk membukanya. Nanti saja setelah sampai kamar.

Bibir tipis itu tidak henti-hentinya melengkung sempurna. Indah dan manis. Dia merasa bahagia sekali malam ini. Malik memberikannya semangat. Itu istimewa untuknya.

"Nis, kok senyum-senyum sendiri?"

Sinta keluar dari pintu kelas dan menghampiri Annisa yang duduk di bangku luar kelasnya.

"Hm, eh enggak."

Dahi Sinta bergelombang. Jawaban Annisa sama sekali tidak nyambung. "Kamu Annisa kan?"

"Ya iyalah, kamu kira aku siapa?"

Sinta hanya takut kalau-kalau terjadi hal yang tidak-tidak. Pasalnya Annisa hanya duduk sendirian di luar dan saat Sinta menghampiri sahabatnya itu tersenyum tidak jelas. Kan jadi merinding.

"Itu apa?"

"Apanya? Ini?" Annisa sedikit mengangkat goodie bag yang Malik berikan. Sinta mengangguk sebagai jawaban.

"Titipan tadi."

"Oh, yaudah yo balik."

Annisa segera berdiri dan beranjak. Kemudian berjalan bersama Sinta menuju ma'had. Sesekali bercengkerama kecil bertukar cerita. Annisa bahkan sudah lupa bahwa pernah ingin melupakan Malik dan mencoba move on.

Setelah diberi bingkisan dan semangat dari laki-laki itu Annisa kembali jatuh hati lagi. Menetap pada harapan yang sama dan untuk orang yang sama. Setidaknya untuk beberapa saat biarkan dia merasa bahagia akan indahnya jatuh cinta.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," jawab Zaskia yang tengah melipat pakaian di atas kasur.

"Lagi apa, ki?" tanya Sinta seraya menutup pintu kamar.

"Nyiapin baju buat lomba besok lusa. Besok pagi Kia kan udah berangkat untuk lomba."

"Semoga menang ya, ki, banggakan pesantren Deen Assalam," doa Annisa.

Dia sedang duduk di depan meja. Menata beberapa kitabnya dan membuka bingkisan yang tadi Malik berikan.

"Aamiin. Mbak Annisa semangat juga olimpiadenya. Semoga sukses."

Annisa mengaminkan. Kemudian fokus kembali membuka goodie bag berisi jilbab pashmina dengan motif kupu-kupu. Warnanya coral mengarah ke pink. Cantik, pas sekali untuk Annisa.

Keep Hamasah.
Dari Malik Ahmad M.

Masih sama dengan surat yang lalu. Singkat, padat, dan jelas. Sepertinya Annisa tidak perlu menuntut Malik untuk banyak bicara. Karena memang laki-laki itu hanya bicara dengan irit dan hal yang penting. Namun segala tindakannya manis sekali.

Tetapi dengan adanya sebuah novel dan pashmina itu bisakah Annisa memperpanjang harapan? Bolehkan Annisa merasa jika Malik memiliki rasa yang sama? Meskipun dia juga tidak tau atas dasar apa Malik memberikan hal-hal seperti ini padanya.

Kodratnya dia sebagai wanita yang memiliki hati yang lembut dan perasa. Dia jadi baper sendiri diperlakukan semanis ini.

***

06.15 am

Biasanya Malik akan berangkat sekolah di jam seperti sekarang. Tetapi pagi ini dia akan berangkat untuk lomba di Surabaya bersama dengan Zaskia.

Dia harus merelakan hari ini dan besok untuk absen tidak menjaga Annisa berangkat dan pulang sekolah. Tetapi semoga Annisa akan tetap aman dengan doa-doa baik yang dia harapkan.

"Malik, ayo turun, le. Zaskia sudah datang." Itu suara Ustadzah Rahma dari ruang tengah.

"Enggeh, umi," jawab Malik dengan sedikit mengeraskan suara.

Setelah menatap beberapa santri yang berangkat sekolah dari balik jendela kamar Malik segera bergegas meraih ransel yang sudah diisi dengan segala persiapan untuk lomba. Kemudian turun ke bawah menemui uminya.

"Zaskia sama Malik duluan saja ke mobil. Umi bicara sebentar dengan abi."

"Iya, umi."

Malik segera keluar dari ruang tamu diikuti dengan Zaskia. Dia mendudukkan diri di samping kemudi. Malik memilih duduk di depan sedangkan Zaskia dan uminya akan duduk di jok belakang.

Zaskia yang dibelakang tengah memasang masker untuk menutupi hidung dan mulutnya. Sengaja. Jika nanti dia tertidur di perjalanan dengan ekspresi yang tidak bagus bisa malu dilihat Malik dan Ustadzah Rahma.

Netra Malik melirik ke arah spion. Dia melihat wajah Zaskia yang hanya terlihat dua bola matanya. Zaskia memiliki bola mata seperti wanita ke arab-araban. Lebar, indah, dan menyejukkan.

Berbeda dengan bola mata Annisa yang seperti wanita Indonesia pada umumnya. Sedikit sipit dan biasa saja. Tetapi Malik suka.

"Malik, Zaskia, ndak ada sing ketinggalan?" tanya Ustadzah Rahma setelah masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Zaskia.

"Mboten, umi."

"Mboten, ustazah," jawab Zaskia sopan.

Setelah tidak ada yang tertinggal dan semua siap mobil melaju meninggalkan pekarangan pesantren. Malik sempat melihat Annisa tengah berjalan bersama Sinta ke arah gang menuju angkot.

Dia tersenyum. Maaf, nis. Aku absen jaga kamu. Tapi doaku untukmu nggak pernah absen.

Detik yang sama Annisa melihat mobil milik Kyai Zainal keluar dari gerbang. Dia memang tidak melihat Malik dari balik kaca yang gelap. Tapi dia tau di sana ada Malik.

Entah mengapa baru sekarang Annisa merasa sedikit kurang baik dengan perasaannya. Ditinggal Malik lomba dengan Zaskia pikirannya jadi was-was.

Tidak ada yang tidak mungkin jika Malik akan dekat dengan Zaskia di sana. Apalagi mereka hanya lomba berdua. Zaskia yang shalihah dan memesona, Malik yang tampan dan berakhlak baik. Bisa kan keduanya saling jatuh hati? Keduanya sama-sama baik.

Semoga Allah menjaga Gus Malik.

-Halaqah Cinta-

Tulungagung, 19 Maret 2019

Continue Reading

You'll Also Like

50.4K 1.7K 60
"Untukmu yang selama ini hanya bisa ku kagumi dari jauh" Vote&comment❤ Jangan lupa follow Akun Author ya💋
2M 8.7K 5
!Republish Secara Bertahap! Start: 05 Mei 2018 Finish: 10 Januari 2019 Highest rank : #458 in romance (23 November 2018) #59 in romance (26 November...
1.7M 263K 57
⚠Squel KEDUA dari CERITA Eh Gus Adnan! FIKSI! TIDAK NYATA. MAU SUKSES? JANGAN PLAGIAT⚔ Kisah Alya Soraya. Gadis Cantik, tidak sempurna fisik, namun...
113K 6.7K 42
aku terbangun dari bunga tidurku. tak lama alarm hp ku terdengar dari arah meja belajarku. aku bangkit dari tempat tidurku. lalu mencari hpku yang te...