KANCIL & TIMUN PERAK (Siluet...

By RAWSCommunity

3.9K 801 589

Apa jadinya jika sebuah cerita ditulis oleh puluhan orang? Satu ide tapi dengan puluhan eksekusi? Jika kamu p... More

About Us
Hi Silueters!
Sajian Pembuka
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Epilog
Sajian Penutup

Chapter 7

80 26 10
By RAWSCommunity


Casstor terus berjalan dengan langkah penuh kecemasan. Fajar akan tiba sebentar lagi. Semburat merah mulai terlihat dari kejauhan. Tanda-tanda keberadaan Lyam belum tampak, padahal dari pepohonan yang mulai menjarang satu sama lain, tepi hutan akan terpandang sebentar lagi. Casstor menghela napas. Lyam ... kamu di mana?

Benar seperti perkiraannya, ia telah keluar dari area hutan. Casstor terus menyusuri lembah yang ia lewati, sesekali menengok kanan dan kiri. Siapa tahu sahabatnya ada di sana. Casstor terus berharap, meski harapannya tidak mungkin.

Matahari telah berada persis di puncak kepala. Begitu terik dan menyebabkan kehausan. Casstor tertawa girang begitu perjalanannya menemukan tepi, sebuah pantai yang airnya sepekat arang.

"Aneh, airnya kenapa hitam ya?" gumam kancil itu. Kakinya menjejak pasir putih yang lembut, mendekat ke tepi pantai. Siapa tahu airnya bisa diminum walau warnanya di luar kenormalan. Casstor bisa mati kehausan kalau tidak minum segera.

"Hei,"

"HUWAAA!" Casstor melompat menjauh. Sebuah kerang berwarna putih kecokelatan muncul dari dalam pasir permukaan air. Apakah itu kerang ajaib? "Kamu siapa?"

"Duh, dramatis." Mata kerang itu berputar. "Aku Tira,  dan sekadar mengingatkan, air pantainya. Bertahun-tahun lalu ada sekelompok ikan jenis Hime yang mati dan menyebabkan warna airnya berubah jadi hitam. Kau akan mati dalam beberapa detik saat bersentuhan dengan airnya."

Casstor menelan ludah. Ia tidak menyangka ada tempat yang begitu mematikan di dunia ini. "Apa ada korban dari air beracunnya?"

"Jelas. Saat pantai pasang, hewan-hewan yang tinggal di dalam pasir sepertiku akan menjauh sebisa mungkin. Jika tidak, kami akan mati. Sudah beberapa jadi korban." Tira menjelaskan.

Merinding, Casstor berjalan menjauh sambil berpikir.  Bagaimana cara menyeberangi pantai ini? Bagaimana kalau ternyata Lyam ada di seberang pantai dan menunggu diselamatkan? Namun bagaimana cara menyelamatkan Lyam kalau pantainya saja beracun? Casstor rindu sahabatnya. Ia ingin melihat rambut perak Lyam lagi dari belakang, menyaksikan helai-helai yang akan berkilau bila ditimpa sinar mentari itu melompat mengikuti langkah semangat pemiliknya.

"Wah, kamu putus asa? Aku kira kamu bakal bertanya bagaimana caranya menyeberangi pantai ini?" Tira menyeringai. "Ternyata persahabatanmu dan gadis berambut perak itu nggak sekuat yang dikira."

"Heh, sembarangan bicara! Persahabatan kami itu kuat, tahu!" Casstor menendang sebagian pasir ke arah Tira, membuat kerang yang satu itu tertutup butiran pasir. Tira merengut. "Lagian, dari mana kamu tahu kisah perjalanan kami?"

"Penghuni hutan membicarakannya. Kabar burung itu sampai ke pantai ini. Tentang kancil dan gadis berambut perak yang bersahabat, mengarungi berbagai rintangan untuk sebuah tujuan." Dasar menyebalkan, kau mengejekku dramatis, kau sendiri mendramatisasi kalimat! Casstor membatin sebal.

"Aku penasaran, sekuat apa persahabatan kalian. Ternyata selemah ini--" ujar Tira, "--dan jangan mengataiku dramatis! Aku ini kerang ajaib yang bisa membaca pikiran, jangan macam-macam!"

Duh, tidak bisa bertemu Lyam, mengapa harus menjumpai kerang menyebalkan seperti Tira? Casstor memutar mata.

"Kau tidak mau berusaha demi sahabatmu ya? Masa tidak ada usaha lain? Sudah takut mendengar airnya beracun? Kenapa tidak cari cara lain buat menyeberanginya?" pancing Tira, lalu terdiam sejenak. "Eh, bukan berarti aku menyuruhmu nekat masuk ke pantai sekarang. Itu namanya mati konyol dan kau akan gagal bertemu gadis berambut perak itu. "

"Memang ada cara untuk pergi ke seberang?" Semangat Casstor timbul kembali memikirkan kemungkinan itu.  Masih ada cara untuk mencari Lyam!

"Katanya, batu Iamastronoit bisa digunakan untuk menjernihkan air, membuatnya tidak lagi beracun, bisa diminum atau diseberangi. Desas-desus terdengar, ukurannya mirip biji jagung." Tira mendesah. "Namun tidak ada yang pernah membawa batu seperti itu ke sini."

(Bagian cerita di atas ditulis oleh latibuliea )

Casstor mengangguk mendengar ucapan Tira si kerang ajaib. "Hei Tira, apakah kamu tau ciri-ciri lain dari batu itu? Mungkin aku bisa mencarinya." Casstor bertanya. 

"Ya, tentu saja aku tau, dan informasi ini tentu saja tidak gratis." Tira terkekeh melihat muka kesal Casstor.

Dasar kerang ajaib! Sudah menyebalkan pamrih pula. Casstor membatin sebal.

"Kamu menilaiku pamrih, aku hanya bercanda. Lebih baik kamu tidak menilaiku seperti itu." Tira sangat kesal dengan penilaian Casstor dan masuk ke dalam pasir, mengabaikan kancil itu. Tira kesal karena baru pertama kali ini ada penghuni hutan yang terlalu baper dengan candaannya.

Casstor menghadang jalan Tira "Tira maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaanmu, tolong bantu aku." Casstor memohon kepada Tira dengan muka yang memelas.

"Ya aku akan membantumu, lebih baik kamu ubah pola pikirmu, dan singkirkan mukamu yang menyebalkan itu."

"Terimakasih Tira, lalu bagaimana dengan ciri-ciri lain dari batu Iamastronoit itu?" Casstor  tersenyum sumringah tidak sabar menunggu jawaban Tira.

"Kabarnya batu itu bening,  berkilau seperti kristal, dan hanya dapat dipakai satu kali saja. Batu ini limited edition. Tapi aku sendiri sampai sekarang masih belum percaya jika batu itu ada, sebelum aku melihatnya dengan mataku sendiri."

Casstor teringat sesuatu dan langsung mengambil kantong yang Lyam tinggalkan sebelumya. Di dalam kantong peninggalan Lyam, terdapat sebuah batu yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan biji Iamastronoit.

"Apakah ini batu Iamastronoit?" Casstor memperlihatkan batu itu kepada Tira.

"Astaga! Ternyata batu itu memang benar-benar ada. Bagaimana bisa kamu mendapatkannya?" Tira terkejut saat Casstor memperlihatan isi kantong yang dibawanya, karena Lyam yang meninggalkan kantong itu.

Sudah cepat! Sebaiknya kamu segera mencobanya. Banyak yang mengincar batu itu."

"Tunggu bagaimana cara menggunakannya?"

"Coba celupkan batu itu," jawab Tira simpel. Tira mengetahui Casstor ragu mendengar jawabannya. "Sudah coba saja," ucap Tira menyakinkan Casstor.

Casstor mencelupkan batu Iamastronoit ke dalam air laut. Setika air laut menjadi berkilau dan berubah menjadi jernih. Casstor ternganga melihat perubahan ini.

"Casstor, lihat batunya beubah menjadi gelap," seru Tira.

Casstor mengambil batu itu. "Karena warna batu nya berubah, mungkin aku harus mengganti namanya menjadi batu Astronoit." Casstor terkekeh sambil memandangi batu yang sekarang berubah menjadi gelap namun tetap berkilau.

"Terserah kamu saja, lalu setelah ini apa yang akan kamu lakukan?"Pertanyaan Tira mmbuat Casstor terdiam dan segera menyimpan batu Astronoit ke dalam kantong.

"Aku akan menyeberangi lautan ini." Ucap Casstor.

"Lalu bagaimana caranya kamu menyeberanginya?"

"Tidak perlu aku ucapkan, pasti kamu sudah mengetahuinya, Tira." Casstor menyengir seperti kuda.

(Bagian cerita di atas ditulis oleh iamastronoit_ )

"Apa?" Tira terdengar begitu curiga.

"Cobalah mencelupkan diri di pantai. Mari mengecek airnya masih beracun atau tidak. Airnya sudah bening sekarang. " Cengiran jahil Casstor melebar.

"TIDAK MAU! Kenapa harus aku? Mengapa bukan kamu saja? Enak sekali mau menjadikanku tumbal!" Tira menolak mentah-mentah. "Tolong ya, aku kerang ajaib, bukan kerang percobaan! Memangnya aku kelinci?"

Astaga, ada saja kerang secerewet ini! Diminta apa, balasannya enam kalimat! Casstor meringis. Kalau dia sudah jadi manusia, pasti dia bakal garuk-garuk kepala menghadapi kerang satu ini. Sayangnya, dia masih jadi kancil!

"Ayolah, ayolah." Casstor berujar dengan nada membujuk.

"Lalu bagaimana caraku masuk ke sana? Kau tendang, hah?"

"Usul yang bagus." Mata Casstor berbinar. "Mau 'kan?"

Tira mendengus. "Bersyukurlah aku selalu lemah terhadap mata berbinar-binar. Ya sudah, pindahkan aku ke pinggir pantai. Kalau aku mati, tolong berkabunglah sedikit untukku."

"Siap!" Sebetulnya Casstor tahu air pantai yang kini bening itu tak lagi beracun. Ia tidak sengaja terciprat air ketika mencelupkan batu Iamastronoit, dan buktinya dia masih hidup. Dia hanya iseng saja.

Tira sungguh menyebalkan. Casstor benar-benar ingin membalasnya dengan sedikit jahil. Ah, tetapi dia tidak serius. Tidak mungkin Casstor berniat menyakiti Tira. Meski kerang itu menyebalkan, dia telah menbantunya. Sebentar lagi kancil itu dapat bertemu Lyam lagi, semoga saja. Mereka akan segera melanjutkan petualangan.

Perlahan, Casstor menendang-nendang Tira. Tidak keras karena ia tahu itu akan menyakitkan untuk kerang ajaib yang telah membantunya. Tira akhirnya menyentuh air pantai.

"Ah, aku tidak mati!" Tira berteriak riang. Namun mata kerang itu terbelalak saat ternyata tubuhnya semakin membesar sehingga cukup besar untuk dinaiki Casstor.

(Bagian cerita di atas ditulis oleh latibuliea )

"Kenapa kamu tumbuh semakin besar?" teriak Casstor.

"Aku tidak tau, mungkin ini efek dari batu Iamastronoit." Tira senang karena tubuhnya kini membesar. Tira selalu membayangkan bagaimana rasanya memiliki tubuh yang besar seperti seekor lumba-lumba. Tira melihat Casstor yang kini tubuhnya lebih pendek dan kecil dibandingkan dengannya.

"Hei Casstor, sekarang aku bisa memakanmu jika kamu bersikap menyebalkan. Aku suka sekali dengan tubuhku ini.” Tira tidak henti-hentinya memuji-muji tubuhya.

"Nah, karena tubuhmu sekarang jauh lebih besar dibandingkan aku, lebih baik kamu membantuku." Lagi-lagi Casstor memperlihatkan matanya yang berbinar.

"Sudah kubilang berapa kali agar kamu tidak mengeluarkan muka menjijikan itu. Kamu memang benar-benar ingin kumakan ya." Tira membuka mulut nya lebar-lebar.

"Ayolah untuk terakhir kali nya tolong beri aku bantuan," ujar Casstor membujuk Tira.

“Okelah, sudah lama juga aku tidak menjelajahi laut.” Tira mengiyakan permintaan Castor.

"Bagaimana agar aku bisa sampai ke seberang?"

Tira yang mendengar ucapan Casstor memutar mata malas. Ternyata Casstor tidak secerdik kancil yang dulu pernah kutemui. Tapi setidaknya dia memiliki tekad yang kuat, aku harus sabar menghadapi kancil satu ini. Batin Tira.

"Kamu bisa naik keatas tubuhku Cass," ucap Tira

"Apa tidak akan tengglam?" tanya Casstor. Tira gemas mendengar jawaban Casstor.

"Maka dari itu kamu coba dulu, bukannya kamu yang pertama kali menyuruhku untuk mencoba air laut ini. Siapa tau kamu nanti akan menjadi lebih sedikit cerdik saat terkena air laut ini.” Tira menjawab sambil menahan luapan emosinya.

"Baiklah, aku akan mencobanya, bersiap-siaplah aku akan melompat naik." Casstor melompat ke atas tubuh Tira.

BYUUR...

Tira sengaja sedikit memiringkan tubuhnya saat Casstor melompat naik, Tira memang ingin mengerjai  Casstor.

"Wkwkwkwk," tawa Tira, Tira sangat puas dengan rencananya ini.

"Dasar kerang kurang ajar! Lihat badanku jadi basah semua." Casstor  mengomel-ngomel saat naik ke atas tubuh Tira.

"Sudah puas aku mengerjaimu. Mari kita berangkat," ujar Tira, Tira berangkat dengan muka gembira, sedangkan Casstor berangkat dengan muka kesal karena menjadi korban keisengan Tira.

(Bagian cerita di atas ditulis oleh iamastronoit_ )

Di atas tubuh Tira, Casstor terlelap, menikmati perjalanan di alam mimpi, membayangkan bertemu dengan Lyam lagi. Tanpa sadar, perlahan-lahan, keempat kakinya berubah menjadi tangan dan kaki manusia.

(Bagian cerita di atas ditulis oleh latibuliea )

Waaaaah Cass sudah berubah!

Akankah ia berhasil menemukan Lyam?

Jika kamu suka, jangan lupa beri satu bintang untuk cerita KTP ini.

Jika rindu, silakan katakan di kolom komentar. Karena kami merindukan segala masukan, baik kritik maupun saran.

Salam!
Min Silue

Continue Reading

You'll Also Like

124K 7.8K 42
Aletta Cleodora Rannes, seorang putri Duke yang sangat di rendahkan di kediamannya. ia sering di jadikan bahan omongan oleh para pelayan di kediaman...
241K 20.7K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
129K 12.1K 34
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
587K 49.4K 55
|FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TITIK!!| Transmigrasi jadi tokoh utama? Sering! Transmigrasi jadi tokoh jahat? Biasa! Transmigrasi jadi tokoh figuran? Bas...