EL [Eternal Love] ✔️ [TERBIT]

By winka24

1.2M 25.5K 1.9K

PROSES PENERBITAN. "Datangmu seperti hujan. Tanpa kondisi jua tanpa permisi. Tiba-tiba." Sebelumnya, ia tak p... More

p r a k a t a
EL 1 - Perkenalan Resmi
EL 2 - Tentang Dia dan Hujan
EL 3 - Apartment
EL 4 - Ghazanfar Foundation
Ready Stock Eternal Love (EL)

EL 5 - Sederhananya Jatuh Cinta

42.5K 3.3K 252
By winka24

EL 5. Sederhananya Jatuh Cinta

🍁🍁🍁
Jatuh cinta itu sederhana.
Hanya berdiri diam tanpa kata di dekatnya.
Maka kau tak akan mampu menahan getaran yang memberontak di dalam dada.
-Elnaeera Navishe Ashadiya W.

"Tunggu saja di sini, Paman. Aku tidak akan lama." Navishe turun dari mobilnya setelah mendapatkan anggukan persetujuan dari pria seusia Ayah-nya itu.

Paman Ahmed adalah satu-satunya kepercayaan keluarga Wiryawan sejak Ayah-nya masih ada. Sejak kecil Navishe selalu diawasi dan dilindungi oleh beliau. Namun ketika Navishe SMP, kedudukan Paman Ahmed sempat digantikan karena pria keturunan Arab itu kembali ke negara kelahirannya untuk menikah. Suriah. Membuat Navishe kehilangan, terutama ketika Ayah dan Bunda-nya terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

Tapi tepat ketika kecelakaan pesawat Ayah dan Bunda Navishe, Paman Ahmed kembali menemaninya. Karena istri beliau meninggal disebabkan oleh pengeboman di lingkungan tempat tinggal mereka dari para manusia keji yang tak berhati. Sehingga, sejak itulah Paman Ahmed menjadi orang yang begitu Navishe percaya. Termasuk tugas tambahan ketika pria itu bersama para bawahannya harus melindungi Gemintang dari para musuh keluarga An-Noura.

Langkah gadis ber-niqab itu terasa ringan walau sisa-sisa malunya masih terasa. Siapa yang menyangka jika dia harus menabrak Elzaid di lobby apartemen mereka tadi? Benar-benar situasi yang membuat Navishe ingin menceburkan wajahnya di dasar sungai nil detik itu juga.

"Vee," suara itu menghentikan langkahnya.

Menoleh menatap perempuan yang menggantikan tugas Gemintang di kampus mereka. Karena setelah Gemintang memutuskan resign dari posisinya, Jihan menjadi pengganti perempuan itu di sini. Satu hal yang tak membuat Navishe benar-benar merasakan kehilangan. Karena masih ada orang yang ia kenal di lingkungannya.

"Kak Jihan." Suara ceria gadis itu membuat Jihan tertawa pelan. Mereka berpelukan sejenak seraya cipika-cipiki khas perempuan. "Kakak ada jadwal ngajar ya?" tanya Navishe lagi.

Jihan mengangguk sebentar, "Iya. Kamu ngapain? Mau konsul sama Prof. Ustman kah?" ujarnya.

Navishe mengiyakan seraya sedikit manyun, "Iya nih. Profesor ada 'kan?"

"Serius ada jadwal konsultasi? Prof. Ustman tidak jadi ke kampus loh dari tadi pagi," ucapnya membuat gadis di hadapannya itu meluruhkan bahu.

"Yang benar Kak?"

"Iya, Vee." Jihan terkekeh pelan, "Beliau memang ada jadwal hari ini. Tapi mendadak ada pertemuan di salah satu Universitas. Karena beliau ketua jurusan kita, maka itulah beliau datang kesana," jelas perempuan itu lagi.

"Tapi ...," suara Navishe terdengar kesal di ujung kalimat, "beliau udah janji loh Kak Jihannn ... fix aku lelah," sambung gadis itu.

Jihan bahkan tak menutupi tawa kecilnya mendengar ucapan Navishe. Gadis ini jarang sekali terlihat sedih, atau mungkin selama mengenal Navishe, Jihan tak pernah melihat sendu di netra Navishe. Gadis sunda itu selalu ceria, meramaikan suasana dengan kehadirannya, membuat ia dikenal banyak orang di kampus karena keramahannya. Berbeda dengan Gemintang yang terkenal akan kecerdasan dan sifat pendiamnya.

Tapi katanya, orang yang tak pernah terlihat sedih itu menyimpan kepedihan mendalam di balik tawanya, benarkah?

"Mungkin beliau lupa. Kamu bisa tanyakan lagi nanti ya." Jihan menepuk pelan pundak Navishe menenangkan. "Aku duluan ya, Vee. Ada kelas habis ini. Sayang sekali Kakak gak bisa nemenin kamu lebih lama," sambungnya.

Navishe mengangguk mempersilahkan. "Gak apa-apa, Kak. Aku juga mau pulang kok. Ngapain aku di sini kalau gak ada temen," gumamnya.

"Yasudah kalau gitu, ayo kesana! Ruangan Kakak searah kok denganmu." Jihan merangkul bahu gadis itu. Diikuti Navishe yang sudah kembali melupakan kekesalannya walau tak sepenuhnya. Gadis itu bahkan sudah bercerita lain hal pada Jihan, murobbi mereka sekaligus orang yang memperkenalkan Navishe pada Gemintang dulunya.

Jika ada orang yang ingin sekali ku lindungi di Mesir ini selain Kak Gee, maka Kak Jihan-lah orangnya.

• • •

Navishe langsung masuk ke dalam kamarnya ketika sampai di apartemen. Gadis itu meletakkan semua draft disertasi yang tadi dibawanya di atas meja belajarnya. Lalu melemparkan tasnya ke atas queen size yang terletak di tengah ruangan olive green itu. Tanpa kata Navishe berjalan cepat menuju balkon apartemennya.

"Ish! Nyebelin banget sih!" teriaknya tanpa peduli sekitar.

Navishe bahkan menghentakkan kakinya pelan seraya menatap ke arah gerimis yang telah menyambutnya. Rasanya hujan kali ini benar-benar mampu meredupkan amarah yang sudah sampai puncak ubun-ubunnya. Bagaimana Navishe tak kesal, menyamakan jadwalnya dan jadwal Profesor Ustman itu sulitnya naudzubillah. Dan saat sudah menemukan waktu yang tepat, Profesor tersebut melupakan janjinya begitu saja. Atau mungkin tak sengaja lupa karena pertemuan di sana sepertinya tak terprediksi sehingga Prof. Ustman mau tak mau harus pergi. Meninggalkan sang gadis pecinta pink ini memberengut dibuatnya.

"Udah capek-capek ke kampus. Udah nabrak orang juga. Udah begadang semaleman karena mau revisi bab tiga. Ehh ... malah gak dateng! Ngomong dong Prof kalau gak bisa dateng. Aku 'kan gak mesti buru-buru ke kampus dan bikin malu di lobby," gerutuan itu bertambah panjang karena sepertinya Navishe belum puas menumpahkan segala kekesalannya. Sebenarnya tidak begadang semalaman karena revisi saja, Navishe hampir setiap malam terjaga karena harus menyelesaikan pekerjaannya. Mau diserahkan bagaimana pun perusahaan milik sang Ayah pada Om-nya. Tetap saja Navishe tak bisa lepas tanggungjawab begitu saja. Memonitoring jalannya perusahaan, memeriksa semua kebutuhan dan pengeluaran perusahaan. Semua itu melelahkan. Karena dari itu dia pernah berniat akan menjadi ibu rumah tangga saja kalau sudah menikah. Seperti Mommy Ayana.

Duhh ... Mommy cantik, Vee kangen nih. Pengen curhat banyak-banyak. Mommy main kesini dong!

"Iiiiihhh ... pokoknya awas aja ya! Besok-besok aku gak mau lagi di php-in. Sakit hati akutuh!" Navishe kembali mengeluarkan kekesalannya, kemudian gadis itu menopang dagu dengan sebelah tangannya. Matanya menyipit sembari mengulurkan tangannya yang lain untuk merasakan hujan yang menyapa bentala.

Hujan selalu mengingatkannya akan kenangan yang ia rasakan di balik tirai cerianya. Selain karena dirinya selalu ditemani Elzaid di kala hujan. Ayah dan Bunda-nya juga meninggalkan dirinya ketika hujan. Waktu terbaik dan terburuk dalam hidupnya itu datang secara bersamaan. Pertama kalinya ia bercengkrama dengan Zaid adalah ketika hujan, juga terakhir kalinya ia bertemu Zaid saat datangnya hujan. Di hari yang sama itu pula, kedua orang tuanya meninggalkan Navishe untuk selama-lamanya.

Hujan itu ... bisa menjadi penyelamat sekaligus pembawa kenangan terburuk untukku. Aku menangis karena Ayah dan Bunda yang terlalu sibuk ketika hujan, aku berbicara dengannya pertama kali juga karena hujan, dan aku berpisah dengan mereka semua juga di saat hujan. Rain ... did you know something? I love you as much as I hate you.

"Hujan lagi ...," Itulah mengapa kata ini yang keluar selanjutnya. Sebelum suara dari sebelah kiri menyentak lamunannya.

"Beryukur. Hujan itu rejeki." Kata yang sama, seperti yang ia dengar pertama kali ketika dirinya bermain hujan di tengah lapangan SMP mereka.

Kala itu, senja sudah hampir gulita. Elnaeera sengaja pulang terakhir karena baru menyelesaikan tugas sekolahnya di kelas. Membiarkan dirinya ditemani hujan yang mengguyur Jakarta. Hingga ketika pulang sekolah, Naeera menari di bawah hujan. Tanpa menyadari seseorang menaikkan sebelah alis, memperhatikan dirinya. Sebelum pemuda remaja itu berjalan kearahnya dan mengatakan kata yang sama.

"Bersyukur. Hujan itu rejeki," ucap Elzaid seraya menumpukan sebuah jaket berwarna navy di atas kepala Elnaeera. "Jangan lupa berdo'a." Itu lanjutannya, seolah tahu bahwa kedua sudut mata gadis itu menyisakan luka.

Sejak itulah Naeera menjadikan Elzaid sebagai sosok idolanya. Saat itu Naeera mengejar Zaid yang sudah kembali menepi di koridor. Dengan senyum lebarnya yang tak luntur, gadis itu menyodorkan tangannya. Hal yang tak pernah ia lakukan karena Naeera bukan Navishe. Naeera adalah sosok tak tersentuh dengan gengsi yang tinggi, dan putri pengusaha kaya raya. Hidupnya seolah sangat berharga layaknya berlian di dalam kotak kaca. Elnaeera Ashadiya Wiryawan ini bisa tersenyum lebar di hadapan Elzaid adalah sesuatu yang tak pernah dilihat siapa pun mereka. Termasuk Ayah dan Bunda-nya.

"Aku Elnaeera. Panggil saja Nai," ucap gadis itu.

Zaid tak membalas uluran tangannya. Hanya sebelah alisnya yang naik, dengan satu tarikan tipis di ujung sudut bibirnya, "Elzaid," jawabnya sebelum berlalu.

Meninggalkan gadis yang melongo di belakangnya. Walau tak lama satu senyum lebar kembali terpatri di wajah gadis cantik itu. Dan teriakan yang mengisi koridor sekolah yang sepi di kala senja yang sendu.

"Kak El! Mulai hari ini ... aku bakal jadi fans nomor satunya kakak! Cuma aku ya! Gak boleh orang lain!"

Hari itu, Neera mendapatkan dunia barunya. Dunia di tengah hujan yang membuatnya seolah melupa. Bahwa sebelum Elzaid datang tadi, kedua sudut matanya dipenuhi air mata.

Dan kini, pemuda yang sama itu kembali berada di hadapannya. Hanya terpisah pembatas balkon berwarna hitam yang sedikit tebal dan jarak kurang lebih lima puluh sentimeter yang terpisah antar dinding mereka. Bersedekap, menaikkan sebelah alisnya, dan menahan senyum tipisnya. Khas Elzaid Ghany Ghazanfar sekali.

Sampai Navishe menyipitkan matanya, mencebikkan bibirnya kecil di balik niqab yang menutupi wajahnya. Gadis itu kembali protes, "Kak Za jangan ngagetin dong! Untung aku gak punya riwayat penyakit jantung ya! Kalau aku tiba-tiba jantungan gimana?"

"Berdo'a dulu. Biar kamu tenang. Mumpung hujan 'kan." Zaid tak menanggapi ucapannya. Kembali menyuruhnya berdo'a. Masih dengan posisi yang sama walau satu tangannya kini berada di saku celananya.

Dan Navishe memilih untuk mengikutinya. Gadis itu kembali menghadap ke arah hujan yang kini mulai menderas. Riaknya di sungai nil semakin tercipta jelas. Menghadirkan senyum manis yang tersembunyi di balik niqab miliknya.

"Allahumma soyyiban nafi'an," lirihnya. Mengulurkan tangannya kembali, merasakan hujan yang menyapa mereka dengan kekehan kecil di bibirnya. Menyaksikan nil river yang menemani keduanya dengan bahagia. Senjanya kali ini, lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Karena ... satu orang yang selama ini ia rindukan, berdiri tak jauh darinya. Hanya seperti ini, biarkan Navishe menikmatinya dalam senyap yang menyapa bentala. Menitipkan do'a terbaik pada sang Pemilik Jiwa.

Sebelum ia kembali menoleh, dan Elzaid sudah tak ada lagi di tempatnya. Tak apa. Bagi Navishe seperti ini saja cukup. Gadis itu menunduk pelan dan tertawa kecil. Lalu melangkah masuk kembali ke kamarnya, menutup pintu kaca pembatas balkon dan menguncinya. Dan jeritan tertahan akhirnya tercipta.

"Ya Allah ... mimpi apa bisa sampingan begini kamarnya sama Kak Za? Astaghfirullah ... hufhh ... hufhh ... napasku hampir habis berdiri di sana. Ya Allah ... Lailahaillallah ... Yaa Rabbi ... Yaa Rahman ... Yaa Rahiim ...," Navishe menepuk-nepuk dadanya yang sejak tadi berdetak tak beraturan. Selanjutnya, Elnaeera Navishe Ashadiya itu heboh sendiri di kamarnya.

Jatuh cinta memang terkadang sederhana. Hanya berdiri tanpa kata di dekat sosok yang mampu menggetarkan jiwa. Maka kau akan merasa cukup untuk segalanya.

Astaghfirullah Rabbi ... walaupun aku tak mampu memagari hati, setidaknya terus ingatkan diriku bahwa semuanya bisa saja terjadi. Entah kebahagiaan yang membuncahkan dada atau pun kesulitan yang menyayat hati juga raga. Karena itu ... lindungi aku selalu dari godaan syaithan yang menyesatkan diri senantiasa.

🍁🍁🍁

Instagram
Navishe.ashadiya

Badmood itu bikin laper. Hehe ... gak nyambung ya? Biarin deh lagi sebel.
❤️1.527 loves
View all comments ...

Gemintangbalqist : Kenapa kamu?
ENavishe.ashadiya : huhuhu kakak aku di pehapein prof
Gemintangbalqist : YaAllah Vee kirain kenapa. Makan sana! Nanti sakit.
ENavishe.ashadiya : gak laper :(
Aleeshan-noura : yaelah si kakak lebay nih! Makan sonoo tar tambah kurus macem lidi
ClemiraAWiraguna : SETUJU! @Aleeshan-noura
AShaqueenagzfr : makan neng geulis. Jangan sedih begitu. Ntar tambah lama jomblonya hihihi
ENavishe.ashadiya : Ihhhh Ai kenapa bawa2 status 😡😡 | @Aleeshan-noura ini lagi bocah ngatain orang! | @ClemiraAWiraguna tolong ya yang sama lidinya dengan saya, ngaca dong wkwkwk
Gemintangbalqist : ckckck kenapa jd ribut di sini?
Alershan-noura : kak vee tuh kak
ENavishe.ashadiya : eeehhhh kok aku? -_-
JihanAlmahyra : Vee, cek WA ya. Td aku sempat ketemu Prof Ustman.
ENavishe.ashadiya : eh? Siaappp Kak Jihan 🤗

ElzaidGGzfr started following you.


🍁🍁🍁
Jadi, EL memang disorot dari kehidupan mereka berdua. Biar kalian tahu gimana aktivitas mereka. Kenapa beda dengan Gemintang? Karena VeeZa berada di negara yang sama. Sedangkan AGee, Mesir-Sydney itu sulit menyatukan scene-nya.
Itulah kenapa alur lebih cepat dibandingkan cerita ini. Tapi kalau AGee naik cetak, I've a special gift tentunya buat kalian.

Semua nama instagram di sini, gak ada di ig asli. Jadi jangan ditanya lagi ya. Aku gak maen RP. Udah itu aja.

Salam,
Winka.

Continue Reading

You'll Also Like

854K 39.3K 10
MANTAN? Apa yang terlintas saat kata 'Mantan' disebutkan? Masalalu? Seseorang yang pernah menyakiti? Manusia terkutuk yang tak ingin lagi ditemui? Hm...
250K 14.4K 35
Spin off: Imam untuk Ara cover by pinterest follow dulu sebelum membaca.... ** Hari pernikahan adalah hari yang membahagiakan bagi orang banyak,namun...
9K 257 4
Mendapat beasiswa untuk berkuliah di luar negeri merupakan nikmat luar biasa yang dianugerahkan kepada Sahla. Lebih beruntungnya lagi, ia ditakdirkan...
61.1K 4.8K 31
Lagi asik-asiknya panen mangga eh malah denger lelaki ngucap akad pakai namanya??? HAH! KOK BISA? .... ⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ ... Di keluarga...