HELLO GAES...
AKU SAKIT DARI SABTU, BENER-BENER DEFINISI TEPAR, HARI INI AJA MASIH BELOM BISA MASUK SEKOLAH. DOAIN CEPET SEMBUH YAAA...
TADI SIANG NGECEK WP SEBENTAR, BUAT GANTI COVER DAN BACAIN PESAN DARI KALIAN, YA GUSTI ISINYA... kak update dong, next kak, lama banget sih kak, kapan nih update kelamaan, ayo dong kak jangan php, kelamaan nih. SEKETIKA MOOD ANJLOK SANGAD, MAKIN PUSING LIATNYA:')
Mengertilah guys.. Im human too:'
......
Part kali ini aku rada halu, buat yang merasa dipertengahan cerita mulai terasa aneh, keluar aja ya, takut ada efek samping:v
.....
Aldo berjalan terburu buru dari ruang Osis menuju Kantin. Menabrak beberapa orang yang berpapasan dengannya dan berlalu begitu saja tanpa minta maaf. Yang Aldo tahu hanya dia dalam situasi darurat!.
Aldo menghela nafasnya saat melihat Febi sedang asik makan bersama Raya.
Aldo segera melangkahkan kakinya kearah Febi dan mencubit pipi gadis itu kuat.
"Aaaa Abang!, Sakit!" Pekik Febi kuat.
"Kamu Abang cariin dari tadi ternyata ada disini!, Abang kan udah bilang kalo kemana-mana jangan sendirian, ajak orang sayang.." Omel Aldo.
"Lah Raya bukan orang?, Febi kan ngajak Raya, berarti Febikan ngajak orang.." Ucap Febi membuat Aldo terdiam sejenak.
"Iya ya?, Elo juga orang" Ucap Aldo menatap Raya sebentar sebelum kembali menatap Febi dengan tajam.
"Abang telfon dari tadi kenapa gak diangkat?" Tanya Aldo cepat.
"Hanphone Febi ditas, masih dicas pake Powerbank, emang kenapa Abang nelfon Febi?" Ucap Febi santai.
"Kenapa-kenapa.. Nathan nih dari tadi nelfonin Abang nanyain kamu, mana Abang bilang kamu lagi sama Kevin, lah Nathan nelfon Kevin bilangnya kamu lagi sama Bayu, lah bayu ditelfon Nathan bilangnya kamu lagi sama Abang, ini lagi kamu, ditelfon gak diangkat-angkat!. Bisa mampus Abang kalo Nathan tahu Abang ninggalin kamu sama dua curut tak bertanggung jawab itu!" Frustasi Aldo.
"Tapi kan Abang emang ninggalin Febi sama BangKev BangBay" Ucap Febi menyipitkan matanya menatap Aldo.
"Yakan Abang lagi Osis sayang.., Lagian mana itu 2curut, kok kamu malah sama ini turis?" Tanya Aldo sambil menunjuk Raya yang mendengus kesal.
Belakangan ini, Aldo Cs selalu memanggilnya Turis karena rambutnya yang agak kecoklatan, bukan karena dicat rambut, tapi Raya memang terlahir dengan warna rambut seperti itu.
"BangKev BangBay lagi keatap, gatau ngapain. Febi disuruh makan duluan sama Raya" Ucap Febi dengan mimik wajah yang lucu.
Aldo mendengus mendengar ucapan adiknya itu, Aldo jelas tahu apa yang dilakukan dua curut itu diatap, Merokok.
Ya, dari 4sekawan itu memang Bayu dan Kevin lah yang memang seorang perokok, Aldo dan Nathan hanya merokok saat mereka benar-benar stres, banyak pikiran dan lelah saja.
"Jangan ngomong ke Nathan kalo Kevin sama Bayu keatap ninggalin kamu sama Raya oke?, Kasian, mereka dibantai nanti" Ucap Aldo mengusap lembut rambut Febi yang nampak manis hari ini, gadis itu begitu cocok dengan poni didahinya. Yaa semenjak hari dimana Yura menata rambut Febi, Yura mulai membeli aksesoris-aksesoris rambut lucu untuk Febi dari karet, jedai, sampai pita dan jepit-jepit lucu. Menata rambut Febi dipagi hari adalah hal wajib bagi Yura sekarang, Yura bilang seperti mimpi yang jadi kenyataan.
Drt..drt..
ADEK IPAR BANGSAT calling~
"Tuhkan dia nelfon lagi!, Buruan angkat, loudspek loudspek!" Ucap Aldo segera memberikan Handphonenya kepada Febi.
Febi mengangkat panggilan dari Nathan dan mengeraskan Volumenya. Terdengarlah suara menggelegar Nathan dari seberang sana.
"ELO DARI MANA GAK ANGKAT TELFON GUE HAH?!, GUE TANYA DIMANA FEBI!, GUE MINTA ELO JAGAIN DIA!, KALO SAMPE FEBI KENAPA-KENAPA GUE ABISIN LO!, ALDO BANGS..."
Nathan menelan kembali umpatannya saat mendengar suara lembut gadisnya.
"Adit kok marah-marah sama Abang?" Tanya Febi dengan nada lucunya seketika melunakkan hati Nathan yang kebakaran karena Aldo sebelumnya.
"Kamu dari mana hmm?, Aku nelfon kamu dari tadi" Ucap Nathan melembut membuat Aldo mendengus.
"Dasar muka dua!" Batin Aldo mengumpat.
"Handphone Febi batrainya Abis, lagi dicas, jadi Febi nggak tahu kalo Adit nelfon, maaf ya.." Sesal Febi.
Hening beberapa saat sampai suara Nathan kembali terdengar dari seberang sana.
"Kamu gak pake kalungnya" Ucap Nathan datar.
"Tadi Febi lepas, Abisnya hari ini ada jam olahraga.. Kata Bunda dulu, kalo kesekolah gak boleh pake perhiasan.. Kalo pake kalung harus ketutup kerah seragam.. Kan baju olahraga gak ada kerahnya Dit.." Jelas Febi polos.
Tersengar hembusan nafas lelah diseberang sana membuat Febi menggigit bibir bawahnya gugup.
"Adit marah ya?" Tanya Febi sendu.
"Kamu bikin aku kawatir lagi sayang.., aku nggak ngasih itu kekamu buat perhiasan, tapi itu salah satu cara aku buat mantau kamu, buat keamanan kamu, it's okay buat pake itu kesekolah, itu emas putih, gak akan mencolok, lagi pula banyak yang pake lebih dari itu kesekolah" Ucap Nathan lembut. Aldo bisa mendengar suara Nathan yang tertahan disana, Aldo tahu jika Nathan sedang marah, tapi pria itu tak akan mau memarahi Febi, lebih tepatnya tak akan bisa.
"Tapi kalo dimarahin guru tata tertib gimana?, Kan ada guru tatib yang meriksa digerbang" Ucap Febi membela dirinya.
"Siapa yang berani marahin kamu?, Bilang sama aku" Ucap Nathan cepat.
Febi hanya diam, gadis itu tidak mampu menjawab ucapan Nathan lagi.
Nathan menyadari ketakutan gadisnya dan menghela nafasnya pelan.
"It's okay aku nggak marah.." Ucap Nathan lembut.
"Aku matiin ya" Ucap Nathan langsung mematikan sambungannya secara sepihak.
Febi menatap sedih Handphone Aldo.
"Bang.. Adit marah ya?" Tanya Febi sendu.
Aldo mengambil handphonenya tidak yakin, seorang Nathan?, Mematikan sambungan telfon dengan Febi?. Yang benar saja!.
Jemari Aldo mengetik lincah diatas layar handphone pipihnya.
"Eh anjir!" Umpat Aldo reflek. Aldo sangat terkejut saat wajahnya terpampang dilayar handphonenya karena mendapat panggilan VideoCall, dari siapa lagi jika bukan dari Nathan.
Aldo segera memberikan handphonenya kepada Febi. Febi mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa Bang?" Tanya Febi lola.
"Vc!, dari Nathan!, Buruan!" Ucap Aldo heboh.
Febi merapikan rambutnya dan menyandarkan handphone Aldo pada botol saus karena Handphone Aldo tidak memilik popsochet.
"Kenapa cemberut gitu?" Tanya Nathan lembut.
"Adit marah.." lirih Febi menunduk.
"Aku Vc bukan buat liat kamu nunduk sayang.. Aku udah bilang kalo aku nggak marah" Ucap Nathan membuat Febi mengangkat kepalanya perlahan.
"Kamu cantik pake poni, lucu, pengen aku makan" Ucap Nathan membuat Febi terkekeh.
"Febi juga suka, Mama yang natain, lucu ya!" Ucap Febi antusias sambil menyentuh poni didahinya.
"Kamu udah lucu dari sananya" Ucap Nathan kalem.
"Adit dasinya jelek.." Ejek Febi menunjuk dasi Nathan yang miring pada layar Handphone.
"Karena waktu aku berangkat kamu masih tidur, jadi gaada yang benerin dasi aku" Ucap Nathan menarik lepas dasinya, dia tidak suka benda yang mencekik lehernya itu, lagi pula dia sudah tampan tanpa perlu pakai dasi lagi.
"Ih dilepas, dasar ngambekan!" Ejek Febi lagi, wajahnya berbinar ceria membuat Nathan ikut tersenyum juga.
"Lagi apa sayangnya aku?" Tanya Nathan lembut.
"Lagi makan bubur ayam sama Raya" Ucap Febi membuat Aldo mendelik dan menunjuk-nunjuk dirinya.
"Oh iya sama Abang juga, Abang lagi beli minum, hehehe" Ucap Febi cengengesan.
"Nanti kekantor aku ya, biar Rio yang jemput" Ucap Nathan membuat Febi terdiam, yaaa, gadis itu masih sedikit takut dengan kantor Nathan.
"Gak akan ada yang macem-macem sama kamu sayang, percaya sama aku" Ucap Nathan lembut.
"Aku nggak bisa pulang lebih awal, aku pengen makan siang bareng kamu" Ucap Nathan membuat Febi terenyuh.
"Yaudah iya, tapi Febi ganti baju dulu" Ucap Febi menatap layar handphone Aldo pasrah.
"Jangan kemana-mana sampe Rio jemput kamu ya.., habisin makannya, aku mau lanjut kerja lagi" Ucap Nathan lembut.
.....
Febi memasuki rumah bersama Aldo yang merangkul bahunya.
Febi dan Aldo melihat Yura yang membuka sebuah paket dengan tumpukan paket lainnya berserakan diatas hambal.
"Mama ngapain?" Tanya Aldo bingung.
"Ini Do, Sepupu kamu yang di US ngirim paket buat Febi" Ucap Yura semangat.
"Buat Febi?" Tanya Febi menunjuk dirinya sendiri bingung.
"Iya sayang, Sepupunya Abang kamu kuliah di US, dia denger kabar kalo keluarga ini kedatangan anggota baru, jadi dia ngirim hadiah buat kamu, sini deh liat, lucu-lucu banget, pasti cocok buat kamu, sini sayang!" Ucap Yura antusias.
"Aldo keatas dulu ya Mah, Dek.. Jangan lupa siap-siap mau ke kantornya Nathan.." Ucap Aldo mengusap lembut rambut Febi dan berlalu kekamarnya.
Febi membuka satu persatu paket yang didapatnya, semuanya sangat lucu dan cantik, Febi menyukainya.
"Bawa kekamar kamu sayang, cobain ya.." Ucap Yura mengusap rambut Febi lembut.
"Febi boleh pake satu sekarang?" Tanya Febi menatap Yura dengan mata polosnya.
"Boleh dong cantik.." Ucao Yura gemas.
......
Febi mematut tubuhnya didepan cermin, dia suka semua hadiah dari Kakak sepupunya itu, Febi tidak sabar ingin bertemu dan mengucapkan terimakasih.
Febi menggunakan salah satu outfit dari kakak sepupunya. Sangat lucu, tapi sedikit terbuka
Febi mengambil jaket putih Nathan didalam lemari dan menggunakannya. Sangat kebesaran untuknya tetapi terasa nyaman.
Febi meraih tas selempang kecilnya dan segera keluar karena dirinya sudah mendengar suara deru mobil dibawah, pertanda jemputannya sudah datang.
"Bawa kotak makan didapur sayang.. Mama udah masakin makan siang buat Nathan sama kamu!" Teriak Yura dari taman belakang.
....
Febi memasuki kantor Nathan dengan sedikit gelisah, entahlah, hanya saja Febi merasa gugup setelah kejadian terakhir kali dia kesini.
"Nona bisa langsung masuk kedalam, tuan muda sedang rapat" Ucap Rio membuka sedikit pintu ruang rapat mempersilahkan Febi masuk.
"Nggak ah, Febi diruangannya Adit aja, Febi takut.." Rengek Febi menjauh dari pintu yang dibuka Rio.
"Tuan muda yang memerintah saya untuk membawa nona kemari, semua akan baik-baik saja nona, ada tuan didalam" Ucap Rio meyakinkan Febi yang masih memasang raut wajah takutnya.
Perlahan tapi pasti Febi memasuki ruangan rapat yang lampunya cukup redup itu. Saat rapat memang lampu diatur redup agar fokus peserta rapat hanya pada layar materi saja.
Febi membalikkan badannya kembali menatap Rio yang memasang wajah menahan gemas, Rio mengingat keponakannya yang masih kelas 1SD, raut wajah takutnya sama menggemaskannya dengan Febi, walaupun Febi masih jauh lebih cantik.
Rio kembali mengisyaratkan tangannya kepada Febi untuk terus masuk. Febi berjalan perlahan memegang dinding, merayap seperti cicak. Ruangan yang redup ditambah ini adalah pertama kali dia kesini membuat Febi tidak mengetahui letak-letak benda didalamnya.
Masih belum ada yang menyadari keberadaan Febi sampai kaki Febi tersandung kabel yang menggulung disamping meja dan....
"Aaw, Sakit...." Ringis Febi dengan mata yang berkaca-kaca.
Rio dengan langkah cepat memasuki ruangan rapat bermaksud menolong Febi sampai sebuah suara datar menghentikannya.
"Berhenti disana" Ucap Nathan datar.
Nathan berjalan kearah Febi dengan langkah lebar. Dengan perlahan melepaskan kaki gadisnya yang tersangkut gulungan kabel yang jelas sudah dijauhkan jangkauannya dengan menaruhnya disamping meja dekat dinding. Bagaimana bisa gadisnya tersandung kabel?.
"Terangkan lampunya" Ucap Nathan datar. Dengan cepat David berdiri untuk mengatur keterangan lampu.
Siapa David?, dia merupakan Sekertaris baru Nathan, pengganti Qian. Sengaja Nathan memilih sekertaris laki-laki agar jika sesuatu yang serupa terjadi, atau apapun yang menyangkut gadisnya. Nathan bisa langsung memukul tanpa perlu menahan dirinya dan memberikan hukuman sekedar tamparan atau jambakan, kali ini dia bisa leluasa.
"Sakit Dit.." Ringis Febi merengek.
"Sssh.. bentar lagi sayang.." Ucap Nathan menenangkan Febi dengan tangan yang masih terus berusaha melepaskan kaki Febi dari kabel. Febi menggunakan wedges bertali itu sedikit menyulitkan Nathan.
"Udah, mana yang sakit hmm?" Ucap Nathan menatap kaki Febi yang memerah dengan kawatir.
"Sini.." Ucap Febi menunjuk pergelangan kakinya yang nyeri.
Baru saja Nathan menyentuh pergelangan kaki Febi saat tangan Febi menarik telinganya kuat.
"Sakit!!!, Jangan dipegang!!!" Pekik Febi histeris.
Semua peserta rapat ternganga melihat bagaimana bos kejam mereka dijewer dengan tidak elitenya oleh gadis SMA yang terakhir kali mereka lihat datang kesini.
"Aw, Iya sayang gak aku pegang, aw sakit Bi" Ringis Nathan melepaskan jeweran Febi ditelinganya yang kini memerah.
"Hiks sakit..." Isak Febi membuat Nathan panik.
"Kok nangis?, Sayang liat aku, liat aku bentar" Ucap Nathan menangkup pipi Febi.
"Aku gendong ya?, kita keruangan aku.., nanti aku obatin disana. Tapi sekarang jangan nangis.. Nanti makin sakit.." Ucap Nathan mengusap pelan airmata Febi seolah sedang menghibur anak-anak yang terjatuh dari sepeda.
Febi masih sedikit terisak, tapi airmatanya sudah berhenti mengalir.
Nathan dengan perlahan menggendong Febi bridal style. Dengan hati-hati Nathan menyamankan Febi dalam gendongannya.
"Udah?, Kakinya sakit digendong gini?" Tanya Nathan lembut.
Febi menggeleng dan melingkarkan tangannya dileher Nathan, menyembunyikan wajahnya didada bidang tunangan tampannya. Karena sakit pada kakinya, Febi baru menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian semua orang didalam ruangan ini. Dan saat ini dia sangat malu.
Nathan yang menyadari mengapa Febi bertingkah malu-malupun tersenyum kecil.
"Kita lanjutkan rapatnya setelah makan siang" Ucap Nathan seenaknya.
Semua orang didalam ruangan rapat memekik girang. Makan siang masih 15menit lagi, berarti mereka mendapatkan jam makan siang tambahan. Lumayan untuk berleha-leha sejenak atau sekedar bermain handphone.
....
Disisi lain Nathan sedang memijat kaki gadisnya yang rupanya sedikit terkilir. Febi sendiri sedang menggigit kuat bantal sofa sebagai pelampiasan rasa sakitnya.
Nathan mengerti masalah kaki terkilir karena dia pernah ikut club basket semasa kelas 10, tapi Nathan yang saat itu merupakan orang yang masa bodoh merasa malas dan tak pernah aktif dalam pertemuan lagi, padahal dia sangat berbakat dibidang olahraga, khususnya basket.
Bagus dalam bidang akademik dan non akademik membuat Nathan selalu berprestasi, harusnya dia banyak disenangi guru bukan? Apalagi dia merupakan cucu dari pemilik sekolah.
Tingkah nakalnya, kesopanannya pada guru, dandanan atau bahkan absennya yang jarang-jarang karena sering bolos lah yang membuat Nathan mendapat gelar Badboy disekolah, sebelum Febi datang tentunya.
Entah bagaimana caranya seorang Febi bisa merubah Nathan begitu banyak.
Perlahan Febi melepaa gigitannya pada bantal sofa. Kakinya sudah tidak sakit, walaupun masih ada sedikit nyeri, tapi sudah tidak sesakit yang tadi.
"Udah?, Masih sakit?" Tanya Nathan mengusap pelan kaki Febi dengan minyak telon.
Ya, Nathan memijat dengan minyak telon. Febi menolak keras saat Nathan akan mengoleskan minyak pijat kekakinya, Febi benci baunya, seperti bau orangtua!.
Febi menggeleng dan mengambil tissue, mengusap-usap kasar bantal sofa yang telah digigitnya.
Nathan mengulum senyum gemasnya melihat tingkah lucu gadisnya itu. Bahkan semakin lucu saat melihat gadis itu menggunakan jaket miliknya. Badan mungilnya tenggelam dibalik jaket kebesaran itu.
"Harusnya tadi kamu gigit aku aja, keenakan bantalnya kamu gigit-gigit" Ucap Nathan menggoda Febi yang pipinya memerah malu.
"Apaan sih!" Rajuk Febi kesal.
Nathan terkekeh dan melepaskan jasnya perlahan, menggantungkan jas biru tuanya pada gantungan jas dan berjalan santai kekursi kebesarannya.
"Sini sayang" Panggil Nathan lembut.
Febi melepaskan jaket kebesaran Nathan dan menggantungkannya ditempat yang sama dengan jas Nathan.
Nathan menatap Febi tak berkedip. Dari mana gadisnya mendapat pakaian semacam itu?.
Febi berjalan pelan kearah Nathan dan duduk dipangkuan Nathan dengan tenang. Lain halnya dengan Nathan yang mulai gelisah.
"Selama ini kau bisa menahannya, kau pasti bisa melakukannya juga kali ini, bertahanlah jiwa lelakiku!" Batin Nathan menyemangati dirinya sendiri.
Nathan melingkarkan tangannya dipinggang Febi dan meletakkan dagunya dibahu terbuka gadisnya, memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali.
"Kok kamu yang bawa makanan?, Padahal aku pengen ngajak kamu makan diluar" Ucap Nathan mengecup bahu Febi lembut, mencoba bersikap seperti biasanya.
"Dibawain Mama Yura, katanya buat Adit, yaudah Febi bawa aja!" Ucap Febi semangat.
Nathan tersenyum dan mengecup gemas pipi Febi.
Nathan melepaskan pelukannya pada perut Febi segera setelah merasakan tubuhnya bereaksi karena tangannya yang menyentuh kulit perut Febi secara langsung.
Nathan memiringkan posisi Febi sehingga ia bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.
"Makan sekarang ya?" Ucap Nathan dengan suara yang aneh menurut Febi.
"Adit kenapa?" Tanya Febi mengusap pipi Nathan yang langsung ditepis Nathan dengan kuat.
Sadar dengan apa yang ia lakukan, Nathan langsung menggenggam tangan Febi dan mengecupinya. Bukan bermaksud kasar pada gadisnya tapi saat ini dirinya sedang sangat sensitive dengan sentuhan-sentuhan Febi karena itu dia perlu berhati-hati jika tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi.
"Makan sekarang ya?" Tanya Nathan lagi, kali ini tangannya langsung mengambil sendok dan menyuapkan nasi, ayam manis itu pada mulutnya. Mengabaikan bisikan-bisikan setan dalam dirinya.
"Suapin.." Rengek Febi membuka mulutnya.
Nathan menyuapkan nasi dengan lauk udang asam manis pada Febi. Febi makan dengan lahap dan tidak menyadari jika terdapat saus disudut bibirnya.
Nathan mengalihkan wajahnya dari Febi, mencoba menekan segala macam hal negatif yang bergejolak dalam dirinya.
"Adit kenapa sih?, Kok aneh gini.., Febi ada salah ya?" Tanya Febi sendu.
Nathan menghembuskan nafasnya kasar. Apa yang harus dilakukannya sekarang, pertahanannya selama ini digoyahkan dengan sebuah pakaian yang digunakan gadisnya.
"Oh ayolah Nathan!!!, Sadarkan dirimu!!!" Batin Nathan berteriak.
Nathan menatap Febi dalam diam, "bagaimana sekarang?, Apa yang harus ia lakukan?". Batin Nathan bergejolak.
Febi mengecup kilat pipi Nathan yang tentu saja memiliki reaksi yang nyata pada tubuh Nathan.
"Febi suapin ya!" Ucap Febi semangat.
Nathan menahan tangan Febi yang akan mengambil makanan dalam kotak bekal.
Tangannya menarik pinggang Febi mendekat kearahnya. Mengecup lembut pipi Febi dalam diam.
Febi yang merasa hal ini sudah biasa dilakukan Nathanpun hanya diam dan membiarkannya saja.
Nathan menyesap sudut bibir Febi yang terdapat saus asam manis disana. Febi yang mendapat perlakuan seperti itupun merasa aneh.
"Adit ngapain?" Tanya Febi menjauhkan wajah Nathan.
Nathan tidak mengucapkan sepatah katapun. Dalam diam Nathan kembali mendekatkan wajahnya, mengecup hampir seluruh bagian dari wajah Febi dengan lembut.
Nathan berhenti tepat didepan bibir Febi, favoritnya.
Nathan mengecup bibir Febi ringan, namun lama kelamaan kecupan itu mulai menjadi lumatan yang begitu menuntut. Nathan semakin terlarut dengan bibir Febi sampai pintu terbuka menampakkan Rio, David dan Aldo yang membulatkan matanya shock.
"Anjir mata gue!!!" Pekik Aldo mengumpat.
Dengan segera Rio menutup kembali pintu ruangan tuannya itu.
....
Nathan dan Febi masih sedikit terengah. Jemari Nathan terulur untuk mengusap bibir Febi yang basah karenanya.
"Pake jaket kamu" Ucap Nathan menatap mata Febi serius.
"Kenapa?, Gerah tahu siang-siang pake jaket.." Rengek Febi.
"Aku lebih gerah liat kamu gak pake jaket" Ucap Nathan mengecup dalam bibir Febi.
"Aku mau kekamar mandi, begitu aku keluar, kamu udah harus pake jaket, atau aku makan bibir kamu lagi" Ucap Nathan mengusap sekilas rambut Febi dan segera berlalu kekamar mandi.
.....
"Elo liat?!, Dia apain Adek gue?!, Gue mau masuk sekarang, lepasin gue!!!" Teriak Aldo berusaha melepaskan tangan David yang menahannya.
"Dek!!!, Tolongin Abang Dek!!!" Teriak Aldo histeris.
"Ruangan Tuan Nathan kedap suara" Ucap Rio malas.
"Lepasin gue anjir!" Umpat Aldo mencoba melepaskan diri dari David yang menahan dirinya.
Melihat badan David yang lebih kurus darinya tetapi memiliki tenaga yang luar biasa membuat Aldo lagi-lagi merasa jika dirinya harus ngegym bareng Nathan.
Dan satu hal lagi, setidaknya Aldo mengetahui jika tentu saja Nathan lelaki normal. Aldo sempat meragukan Nathan karena tidur dengan Febi tanpa bereaksi apapun. Jujur saja, kalian juga pernah kan?
......
Seperti yang aku bilang diatas, partnya rada halu:v, siapa yang baca sampai selesai?
.....
2818 Word, lagi-lagi saya terlalu banyak berimajinasi dalam project 2k word😅
.....
SEE YOU DI CHAPTER ES SELANJUTNYA :)
Tinggal 1 lagi😌