Imperfection : Trapped With T...

By a_andieran

136K 5.6K 366

[❎PLAGIATOR❎] #BBS [Bastard Belati Series] #1 Sebuah ketidaksempurnaan yang menjadi sempurna karena adanya ci... More

00 || Intermezo
Prolog
01 || Dia
02 || Masalah
03 || Drama
04 || Sebuah kejutan
05 || Bertemu Musuh
06 || Dia iblis
07 || Ditantang
08 || Menerima Kekalahan
09 || Balas Dendam
10 || Benci
11 || Reza Adrian
12 || Peduli
13 || The Devil is back
14 || Murak-Muka Abstrak
15 || Rencana menyerang
16 || Pasukan Belati? Siap!
17 || Masalah Remaja
18 || Tinggal Bersama
19 || Awal Baru
20 || Satu Langkah Lebih Dekat
21 || Pernyataan
22 || Kembali Terluka
23 || Dongeng Masa Kecil.
24 || Kejutan dan Pertengkaran
25 || Terungkap
26 || Belati dan Masalah
28 || Monster
29 || I HATE YOU!
30 || From You
31 || With You, I Feel Better.
32 || Be Mine
33 || Luka Lama
34 || Holiday
35 || Tak Perlu Gugup Sendirian
36 || Hari Terakhir
37 || Dia yang pernah pergi
38 || Pertikaian
39 || Pantang Mundur
40 || Belajar Berdamai
41 || Penolakan
42 || Amarah
43 || Batas
44 || Hitung Mundur
45 || Tahun Baru
Epilog
Extra Part
48 || Baru (Imperfection 2)

27 || Warna Baru

2.1K 101 2
By a_andieran

"Kita adalah orang yang sama-sama terluka. Tapi dengan bersama, tidak peduli dengan belati yang siap menikam jantung kita kapanpun itu, kita pasti bisa melewatinya."

IMPERFECTION

2U - David Guetta feat Justin Bieber🎵

***


Leo menatap sinis Alex beserta anggotanya, Black Gun. Ia berseru lantang kepada anggota Belati. "UDAH, KITA BALIK SEKARANG. JANGAN BUANG-BUANG WAKTU BUAT NGURUSIN PECUNDANG KAYAK MEREKA!"

Fariz menginjak perut Johny yang sudah terkapar untuk yang terakhir kali. Ia dendam pada Johny karena sudah membuat jambul katulistiwa kesayangannya rusak.

Setelahnya, mereka pergi berlalu dari sana. Keadaan Leo dan para anggota Belati bisa dibilang cukup mengenaskan. Celana abu-abunya sudah sobek di bagian lutut. Bahkan beberapa bagian wajahnya tampak lebam. Tapi keadaan mereka tidak seberapa dibandingkan dengan keadaan Alex dan para anggotanya, Black Gun. Keadaan mereka jauh mangenaskan. Sudah babak belur akibat saksi bengisnya anggota Belati saat menyerang mereka tadi.

Beberapa dari anggota Belati memilih pulang. Ada juga yang memilih kembali ke markas. Dan Leo beserta Ahwal dan Reza memilih untuk ke rumah Fariz.

Sedangkan Rio memilih untuk datang ke Warung Bu Geulis terlebih dulu untuk menemui Putu dan juga Ariesta. Baru setelahnya akan menyusul teman-temannya ke rumah Fariz.

Ketika sampai di tempat tujuan, Rio langsung melesak masuk ke Warung Bu Geulis. Ia melihat Ariesta yang hanya diam saja. Sepertinya masih shock walau jauh lebih mendingan dibanding tadi.

Rio melipat tangan di dada dengan posisi berdiri menyender di tembok. "Kenapa lo sampai bisa ada di sana?"

"Ta-tadi pas gue ma-mau pulang, gue dicegat sama kawanan mereka." Ariesta berkata gugup. Ia merunduk. Tidak berani menatap wajah dingin Rio.

Putu yang duduk di sebelah Ariesta menyerocos. "Kasian bos, nih anak diam aja dari tadi. Udah kayak nggak ada semangat hidup. Ditawarin makan nggak mau, diajak ngobrol malah diam. Ngelamun mulu."

Masih dengan posisinya, Rio mengangkat sebelah alisnya. Katanya, "Ayok gue antar lo pulang."

Setelah Ariesta mengangguk, Rio berjalan mendekat. Ia menarik lengan Ariesta ketika Ariesta sudah berdiri dari tempat. "PUTU, GUE PINJEM HELM LO, YA," teriaknya dari luar sana seraya mengambil helm milik Putu yang disangkutkan di spion motor lelaki itu.

Putu mengacungkan kedua jempolnya. Ia mengangguk, balas teriak. "SIIP BOS, PAKE AJA."

Rio langsung memberi helm itu pada Ariesta. "Pakai tuh helm, biar ngindarin bahaya sama polusi."

Ariesta menerima helm pemberian Rio lalu memakainya. Setelahnya, ia ikut naik ke atas motor Rio saat lelaki itu sudah memasang helm di kepalanya dan naik ke atas motornya.

Motor Rio mulai melaju pergi dari sana dengan keterdiaman sepanjang jalan. Ariesta yang biasanya akan banyak bicara, kini tidak. Ia masih cukup shock hari ini karena sudah digeret paksa oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

***

Keadaan rumah Fariz sudah seperti kapal pecah sekarang. Padahal tadi sebelum Fariz beserta Ahwal, Reza dan Leo pulang keadaan rumahnya tidak seperti ini. Bukan Fariz yang membuat rumahnya menjadi berantakan begini. Melainkan karena ulah para makhluk kurang ajar yang bedebah dan songong ini.

Di ruang tamu, karpetnya sudah banyak sekali remah-remah biskuit atau pun snack yang dengan kurang ajarnya dimakan sampai habis oleh Ahwal dan Reza. Televisi di ruang tamu Fariz sedang menyala. Reza yang sedari tadi ongkang-ongkang kaki dengan posisi telentang mulai geram karena Ahwal mengganti film yang sedang ditontonnya.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu mencoba merebut remot TV yang dipegang oleh Ahwal. Ahwal tak mau kalah. Ia berusaha menjauhkan remot TV yang dipegangnya dari jangkauan Reza.

"WOE AHWAL SETAN, GANTI NGGAK. GUE LAGI NONTON DILAN, ANJING!" Fariz yang sedari tadi memilih diam dengan memilih tiduran di pojok karpet ruang tamu—untuk menjauh dari mereka—langsung menutup telinganya dengan telapak tangannya akibat suara menggelegar Reza.

"Ah, Dilan mulu, bosen ah. Lagian tuh film udah sering diputar juga! Mending nonton ini, lebih berfaedah." Ahwal berkata tak mau kalah.

"Berfaedah palalo peyang! Siniin nggak remotnya. Gue maunya nonton Dilan. Lagi seru itu anjing, lagi adegan Dilannya berantem!" Sungut Reza.

Ketika Reza ingin kembali mengambil remot TV, secepat kilat Ahwal kembali menjauhkannya dari Reza. "Nggak mau ah. Gue maunya nonton ini!"

"Siniin nggak!"

"Ogah."

Mendesah, Fariz mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap kedua makhluk itu dengan kesal. "Udah ganti aja ngapa, Wal! Mending nonton Dilan. Emang sih itu film udah sering diputar. Tapi seenggaknya lebih cocok ditonton bareng dibanding Sinema Azab yang lo tonton."

Ahwal mendengus keras. Merasa kalah karena si pemilik rumah tidak membelanya. Akhirnya ia mengganti channel pada stasiun TV yang tadi menayangkan film Dilan dengan raut kesal.

Fariz menggeleng sambil berdecak. Ia lalu
melirik Leo yang sedang tiduran di sofanya dengan kedua kaki terangkat. Fariz kesal, sedari tadi rumahnya berisik bisa-bisanya Leo dengan tenangnya memejamkan mata.

Tak lama setelahnya Inah datang dengan membawa nampan berisi tiga gelas minuman. Inah menggeleng saat melihat keadaan ruang tamu majikannya yang sudah seperti kapal pecah.

Fariz tersenyum kala Inah menaruh satu persatu minuman itu di depan Fariz "Wah segar nih. Makasih ya Bi Inoy!" Fariz memang begitu. Suka mengganti nama orang seenak jidat. Inoy adalah panggilan kesayangannya untuk Inah.

Inah balas tersenyum sebelum pergi kembali ke dapur dengan membawa nampan kosong. Kerjaannya masih banyak. Masih harus mencuci piring dan beberes rumah.

Fariz langsung menepis tangan Ahwal yang akan mengambil minuman. "Enak aja lo minum-minum. Bayar dulu sini!"

Ketika Fariz menodongkan tangannya, Ahwal mencibir. "Medit amat lo jadi manusia. Mau lo kuburan lo sempit? Atau mau lo gue sumpahin nanti kuburan lo tenggelam sama nih minuman?"

Fariz bergidik ketika membayangkannya. Secepat kilat ia menggeleng. "Ogah ah, ih amit-amit deh. Lo jadi setan jangan nyumpahin dong."

"Seenak kata setan-setan! Gue sumpahin benaran tau rasa lo!"

"Aduh jangan dong."

"Makanya jangan medit. Jangan koret, banyakin sedekah sama gue. Kasih semua makanan lo yang enak buat gue. Minumannya juga."

Fariz langsung menoyor kepala Ahwal. "Semua snack sama biskuit gue di toples aja udah lo embat semua. Kurang baek apa coba gue sama lo setan!"

Sedetik kemudian Ahwal nyengir tanpa dosa. "Iya juga ya."

"Monyet! Diam, jangan ganggu gue. Ngantuk bat nih gue!

Fariz dan Ahwal langsung menoleh ke sumber suara. Leo sudah beralih posisi menjadi duduk. Ia menatap garang Reza yang baru saja melempar bantal ke wajahnya. Sedang Reza mengangkat bahu tak acuh. Dengan wajah santai tanpa dosa ia berkata, "Bukan gue yang nimpuk bantal ke muka lo. Setan yang barusan lewat kali yang udah ngerjain lo."

Fariz dan Ahwal menahan tawanya saat melihat mata Leo yang melotot dengan wajah garang. Baru saja Leo ingin memarahi Reza, Rio datang. Lelaki itu langsung nyelonong masuk tanpa bilang permisi atau mengucap salam kepada sang pemilik rumah.

Ketika Rio mulai bergabung di depan TV, Fariz menggodanya. "Gimana, bray PDKTnya. Sukses nggak tuh?"

Rio mengernyit. "PDKT apaan sih maksud lo, njeng?!"

"PDKT sama Ariesta lah tulul!" Ahwal menyahut.

"Siapa yang PDKT? Ngigau lo pada."

Reza terkekeh. "Awas lo ntar suka beneran tau rasa!"

Rio hanya diam saja. Malas menanggapi ucapan teman-temannya yang membuatnya sakit kepala.

"Pokoknya kalo jadian, gue bagi PJ. Nggak mau tau pokoknya." Kata Fariz seperti bocah.

Leo yang sedari tadi memilih diam pun langsung melempar kembali bantal yang tadi dilempar Reza padanya. Ketika Reza menatapnya garang, Leo mengangkat bahu. Lalu berucap santai. Meniru ucapan Reza tadi. "Nggak tau tuh siapa yang lempar. Setan kali."

Setelahnya, Leo memilih untuk merebahkan tubuhnya lagi. Ingin kembali memejamkan matanya. Tapi, sebelumnya dia berkata dengan penuh penekanan. "Awas aja kalo ada yang berani ganggu gue lagi. Gue sikat benar-benar."

***

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ketika Leo masuk ke dalam rumahnya, Bramasta yang berada di sofa memanggilnya. Dengan ragu Leo membalikkan badannya. Memberanikan diri menghadap Bramasta. Ia takut Bramasta marah dan kecewa padanya karena keadaannya yang sekarang sudah seperti brandalan.

"Kamu berkelahi lagi?" tanya Bramasta yang kemudian berjalan mendekati Leo yang sedang menunduk.

Ketika Bramasta sudah ada di hadapannya, Leo memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. "Iya Pa."

"Papa nggak suka lihat kamu berkelahi. Papa nggak mau kamu luka-luka begini," kata Bramasta seraya memegang pipi Leo yang lebam.

"Tapi anak laki itu 'kan biasa Pa kalo cuma sekadar berkelahi." Leo menatap lekat Bramasta. "Lagi, Leo ngelakuin ini karena ngebela sekolah kita Pa. Leo ngebela siswi yang disandera sama geng di SMA Bima Tiga."

Bramasta menepuk pelan bahu Leo. Ia tersenyum. "Tapi Papa nggak mau lihat kamu kenapa-napa."

"Papa liat Leo ... Leo nggak kenapa-napa 'kan sekarang? Lagian, Papa tenang aja, mereka itu bukan tandingannya Belati Pa," jelas Leo balas tersenyum.

Ketika Bramasta ingin kembali berkata, Leo langsung melanjutkan. "Kalo Papa suruh Leo untuk ngejauh dari Belati, maaf Leo nggak bisa. Mereka itu orang terpenting buat Leo. Udah kayak keluarga. Mereka selalu ada buat Leo saat Leo susah maupun senang."

Bramasta mendesah. Jika sudah begitu, ia tidak mungkin menjauhkan Leo dari gengnya. Mereka pasti orang-orang yang penting dalam hidup Leo.

"Papa tenang aja. Leo nggak akan ngelakuin hal bodoh yang akan menjerumuskan Leo kayak dulu. Leo nggak mau jatuh di lubang yang sama buat kedua kalinya. Leo sekarang 'kan punya Papa."

Bramasta tersenyum. Dia mengacak rambut Leo gemas. "Ya sudah. Kamu mandi sana. Terus jangan lupa obati luka kamu supaya nggak infeksi." Leo mengangguk. Setelahnya ia beranjak dari tempat menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sekarang, interaksi Leo dan Bramasta sudah kembali seperti dulu lagi. Seperti seorang anak dan ayah pada umumnya.
Bramasta sekarang juga sudah mengusahakan agar tidak terlalu memfokuskan diri dengan hanya pada pekerjaannya saja. Ia ingin menghabiskan waktu untuk melihat putra semata wayangnya.

Seandainya tidak ada Cahaya, mungkin pemikiran Bramasta tidak akan terbuka seperti ini. Seandainya tidak ada Cahaya, mungkin Bramasta tidak akan pernah tahu apa yang Leo rasa selama ini. Tidak akan tahu seberapa besar luka yang anaknya punya karena kelalaiannya sebagai orangtua.

Dan seandainya tidak ada Cahaya, mungkin Leo masih menjadi Leo yang sebelumnya. Leo yang kasar dan juga selalu bolos kelas.

***

Rambut Leo masih basah karena baru saja usai mandi. Ia memakai kaos hitam dengan celana pendek berwarna biru dongker sekarang. Ia naik ke atas ranjangnya, duduk di sana. Mengambil ponsel di atas nakas, lalu mulai membuka aplikasi line.

Ia ingin tahu sedang apa Cahaya sekarang. Beberapa kali ia menulis pesan seperti; 'Cahaya, lo lagi apa?', 'Udah makan belum?' atau 'Gue pengin ketemu sama lo' yang berakhir ia hapus kembali.

Kata gengsi sepertinya menjadi skala prioritas sekarang. Lebih mendominasi. Membuat Leo resah karena bingung harus menge-chat apa. Leo sungguh kepo dengan perempuan itu sekarang.

CalileoABram
Gue mau lo temenin gue sekarang!

CalileoABram
Gue jemput lo sekarang. Sepuluh menit dari sekarang lo harus udah siap-siap.

Dan itulah pesan yang akhirnya ditulis Leo. Leo mendengus. Cahaya hanya membacanya. Tidak berniat untuk membalas. Beranjak dari tempat, ia mengganti celana pendeknya menjadi celana ripped jeans semata kaki. Setelah selesai, Leo mengambil jaket denim sobek kebangsaannya yang ada di sofa kamarnya.

"Mau ke mana lagi kamu Leo?"

Sontak Leo menghentikan langkahnya saat pertanyaan Bramasta terlontar. Bramasta beranjak dari sofa ruang tamu, menghampiri Leo.

"Mau pergi sebentar, Pa," jawab Leo.

"Mau pergi ke mana?"

Leo menghela napas. Ia menjawab dengan gugup. "Ma-mau pergi sama Cahaya, Pa."

Bramasta tersenyum. Gemas dengan sikap Leo. Ia menepuk pelan pundak Leo. Katanya, "Yaudah ... semangat ya."

Leo mengernyitkan dahi. "Semangat buat apa, Pa?"

"Semangat untuk dapatkan hatinya Cahaya. Cahaya anak yang baik. Jangan sampai kamu sia-siain."

Dengan wajah merah Leo menjawab, "Pasti, Pa."

Setelahnya Leo meninggalkan tempat. Tapi Bramasta sempat berteriak padanya. "Jangan pulang malam-malam ya ...."

Sembari melangkah tanpa membalikkan wajahnya. Leo menyahut, balas teriak. "Siap, Pa."

***

[REVISI BAB 27 SELESAI]✓

Jangan lupa vote dan comentnya, guys.

See you....

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 195K 59
KALO GAK SUKA, GAK USAH BACA! PERGI! GAK USAH MENGHINA! GW GAK BUTUH BACOTAN LU! -------------------- 'Kamu tidak bisa menilai sesuatu dari penampil...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1M 58.5K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
766 62 5
Coretan gaje dari tokoh bernama Metana dan Dimas Argantara Pratama _si paling typo minta maaf di atas materai banyak kelirunya
14.1M 1.4M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...