Love Is Not Over ✔

Galing kay ririrrrii

8.4K 745 347

"Aku tahu Kookie-ya, tapi tidak bisakah kau menahan diri? Kau sudah berada di tingkat akhir." "Kalau aku mena... Higit pa

(1) Noona
(2) Holiday
(3) Dream
(4) Love is Not Over
(5) Date
(6) In Luv
(7) Drive
(8) Boyfriend
(9) Relationship
(10) Stuck
(12) Jealousy
(13) Jealousy 2
(14) Confession
(15) Gloomy
(16) Break Up
(17) Date 2
(18) So Sorry
(19) Girlfriend
(20) Annoy
(21) Be My Lover
(22) Caught Up
(23) Stay Strong
(24) Happiness

(11) First Love

255 29 20
Galing kay ririrrrii

*

*

*

*

*

Hari masih pagi tapi Jungkook sudah senyum-senyum sendiri sambil memainkan ponselnya. Pria itu sedang bertukar pesan dengan Chaeyeon, memberi semangat pada sang gadis yang sedang bersiap untuk pergi kerja.

"Hihi, dia pasti senang saat tahu aku sudah punya SIM nanti." Jungkook berbicara sendiri. Sungguh, bukan kebiasaan seorang Jeon Jungkook.

Hari ini dia akan pergi mencari SIM. Karena pada dasarnya Jungkook sudah bisa mengemudi, maka dia tak perlu kursus terlalu lama. Dia hanya perlu bukti jika sudah mengikuti kursus kan? Jadi setelah itu hanya perlu membuat SIM. Beres. Jungkook berencana membuat dua SIM sekaligus. Satu agar dia bisa mengendarai mobil, dan satu lagi SIM agar dia bisa membonceng Chaeyeon dengan kendaraan roda dua.

Dengan wajah berbinar, Jungkook keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar sang noona.

"Noona."

Terlihat Jungra yang sedang duduk menghadap cermin sambil memoleskan makeup.

"Tumben sudah bangun? Bukankah hari Sabtu tidak ada kuliah?" Tanya Jungra tanpa menoleh pada Jungkook. Gadis itu sedang sibuk menyapukan maskara.

Jungkook menjatuhkan dirinya pada ranjang Jungra. "Hari ini aku akan tes untuk mendapat SIM."

"Jinja?" Jungra melirik sang adik sekilas melalui pantulan cermin.

"Eung. Aku akan pergi dengan Jimin Hyung nanti."

Jungra menghentikan kegiatannya sesaat.

Jungra POV

Jimin? Kenapa Jimin? Kenapa tidak pergi dengan Taehyung? Bukankah biasanya Jungkook pergi dengan pria itu?

"Tumben tidak dengan Taehyung?" Tanyaku mencoba sesantai mungkin.

"Dari kemarin ponselnya tidak aktif."

Tumben.

"Noona, belikan aku mobil ya?"

Aku menatap Jungkook melalui pantulan cermin. Enak sekali dia meminta. Dia pikir harga mobil itu murah? Ya walau sebenarnya keluarga kami mampu membeli bahkan yang harganya sangat mahal, tapi aku secara pribadi belum memiliki uang cukup untuk membeli mobil. Lagi pula di rumah ini ada beberapa mobil, akan sangat boros jika membeli lagi.

"Pakai saja yang sudah ada."

"Aku ingin yang baru. Belikan ya? Lagi pula dulu Noona juga dibelikan mobil baru, jadi aku juga ingin yang baru."

Ya ya ya, aku memang dibelikan mobil baru. Namun aku tidak pernah memintanya. Kata appa itu sebagai hadiah ulang tahunku sekaligus karena nilai kuliahku selalu meningkat. Padahal nilaiku dulu biasa saja, teman-temanku banyak yang lebih bagus. Kebaikan appa memang tidak bisa diduga.

"Minta pada Appa saja."

"Tidak berani."

Aku sudah selesai dengan makeup-ku. Kini aku memutar badan dan menatap Jungkook secara langsung.

"Kalau tidak berani ya sudah, pakai yang sudah ada saja." Ucapku enteng.

"Noona, kau ini tidak asyik sekali sih? Mana mungkin aku pakai mobil bekas? Aku ingin baru, yang model baru, yang keren."

"Ya sudah, tinggal bilang pada Appa." Aku mengambil tasku lalu beranjak, meninggalkan Jungkook yang sepertinya sedang cemberut itu.

*

*

*

Aku, appa, Sunny dan ibunya sudah berada di ruang makan.

"Di mana Jungkook?" Tanya appa. Appa baru datang kemarin malam dari perjalanan bisnisnya ke luar negeri.

"Masih di atas." Jawabku singkat kemudian meneguk air mineral.

Sesaat kemudian Jungkook datang dengan langkah lesu.

"Kau ini kenapa?" Tanya Sunny.

"Tidak apa-apa." Jawab Jungkook singkat.

"Kau sakit?" Tanya appa.

Aku dapat melihat dari ekor mataku jika Jungkook menggeleng. Pasti gara-gara mobil. Biar saja. Lagi pula bukan salahku kan? Aku ini hanya karyawan biasa yang masih bekerja beberapa bulan, jadi belum sanggup membelikannya mobil. Sebenarnya tak masalah jika Jungkook meminta langsung pada appa karena appa pasti akan menuruti. Namun bocah itu terlanjur nyaman meminta apa-apa padaku.

"Bagaimana kursus mengemudimu?" Appa bertanya lagi.

"Berjalan dengan baik. Aku sudah bisa mengemudi." Jungkook masih saja terdengar lesu. Sepertinya aku sudah merusak paginya. Haha, biar saja.

"Jinja? Kalau begitu aku akan segera membelikan mobil untukmu."

Aku dan seisi ruang sontak menatap appa dengan tatapan tak percaya. Semudah itukah?

"Ji-jinja?" Jungkook saja sampai terbata-bata.

Appa tersenyum sambil mengangguk. Appa memang terbaik.

*

*

*

Hari ini aku mendapat cuti khusus dari appa. Setelah appa mengetahui kalau Jungkook akan tes untuk SIM, appa langsung menyuruhku untuk tidak masuk kerja. Katanya aku harus mengantar Jungkook tes, kemudian mengantar bocah itu memilih mobil. Alhasil Jungkook tidak jadi diantar Jimin. Aku sih senang-senang saja.

"Noona, nanti aku ingin yang berwarna hitam." Ucap Jungkook penuh semangat. Kami sedang dalam perjalanan menuju lokasi tes.

"Di rumah sudah ada tiga yang warna hitam. Kenapa tidak warna lain saja?"

"Aku ingin hitam. Akan sangat keren kalau aku memakai mobil warna hitam."

Ya ya ya, terserah dia saja.

"Noona, belikan aku motor juga ya?"

Aku melirik Jungkook sekilas. Bocah ini sedang memerasku atau apa?

"Tidak."

"Satu saja. Ya? Lagi pula yang membayar kan Appa, bukan Noona."

Benar juga. Namun tidak, aku tidak bisa membiarkan Jungkook mengendarai motor. Appa pasti tidak akan mengizinkannya juga.

"Tidak."

"Ayolah Noona, hari ini aku sekalian tes untuk mendapat SIM khusus motor. Ya ya ya?"

"Aku bilang tidak ya tidak."

"Noona ... Hanya satu, tidak lebih. Lagi pula di rumah kan tidak ada motor." Bocah ini mulai merengek. Membuatku sedikit luluh tapi aku tetap tidak bisa membiarkannya mengendarai motor. Terlalu berisiko menurutku.

"Tidak Jungkook-ah. Tidak ada motor. Cukup mobil saja. Dan tidak perlu mencari SIM untuk mengendarai motor. Cukup mobil. Oke?" Pagi-pagi aku sudah mengomel.

"Ya sudah kalau tidak mau membelikan motor. Tapi aku akan tetap mencari dua SIM."

Ya, terserah. Aku sudah tidak mau berdebat lagi dengan Jungkook. Aku tidak mau merusak mood kami.

"Mau ice cream?" Aku berusaha mencairkan suasana karena sepertinya Jungkook sedang kesal.

"Tidak." Ketus sekali sih? Dia benar-benar kesal ya? Sebegitu inginkah dia dengan motor?

Apakah tidak masalah jika aku membiarkannya mengendarai motor? Aku menghela napas panjang. Jungkook terbiasa dituruti, jadi sekali saja tidak dituruti akan seperti ini. Salahku juga sih, terlalu memanjakannya.

"Baiklah, kau boleh membeli motor juga." Semoga aku tidak salah mengambil keputusan.

"Jinja?" Seketika Jungkook berbinar. "Gomawo Noona. Aku janji aku akan berhati-hati dalam mengendarainya." Jelasnya seolah paham akan kekhawatiranku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Sekhawatir apa pun aku pada Jungkook, aku tidak boleh terlalu membatasinya. Biar bagaimanapun Jungkook sudah dewasa.

Jungra POV End

*

*

*

Yoongi baru saja menginjakkan kaki di gedung JJ. Pria itu berjalan santai seperti biasa menuju studionya. Sesaat setelah membuka pintu studio, dia terdiam. Tiba-tiba dia teringat pada kekasihnya. Rasanya benar-benar sudah lama Yoongi tidak bertemu dengan kekasihnya itu.

Yoongi tak jadi memasuki studio. Pria itu kembali beranjak, tujuannya adalah ruang Jungra.

Sampainya di ruang khusus pegawai keuangan itu, Yoongi tak mendapati Jungra di tempat duduknya.

"Di mana Jungra?" Tanya Yoongi pada seorang karyawan.

"Jungra-ssi sedang cuti."

"Cuti? Dalam rangka apa?"

"Maaf, saya tidak tahu."

Yoongi tak mau berlama-lama di ruangan yang penuh dengan pekerja itu. Dia memilih untuk kembali melangkah, sambil mengoperasikan ponselnya lalu menempelkan pada telinga.

"Jungra-ya, kau tidak masuk?"

"..."

"Dia sudah bisa menyetir?"

"..."

"Baguslah, biar dia bisa ke mana-mana sendiri tanpa merepotkanmu."

"..."

"Aku di JJ. Ke sinilah setelah selesai."

"..."

"Eung."

Selesai dengan obrolan singkatnya, Yoongi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Pria itu berjalan menuju studionya.

*

*

*

Jungkook tak henti tersenyum sejak keluar dari tempat pembuatan SIM. Pria itu sudah tidak sabar untuk berkendara dengan Chaeyeon.

Dan kesenangan Jungkook bertambah ketika sang noona membawanya mampir ke dealer mobil. Walau mobil yang dia inginkan belum ada di dealer, paling tidak dia sudah dipastikan akan memiliki mobil keluaran terbaru dari merek yang diinginkannya itu beberapa hari lagi.

"Noona, kapan mobilku akan sampai?" Tanya Jungkook penuh antusias.

"Kau kan sudah dengar sendiri tadi. Beberapa hari lagi. Bersabarlah."

"Aku sudah tidak sabar. Hihi."

Jungra ikut tersenyum mendengar Jungkook yang cekikikan itu.

"Lalu bagaimana dengan motorku? Noona bilang akan membelikan aku motor juga kan?"

"Kalau itu nanti saja ya? Ajak Yoongi Oppa. Aku tidak tahu masalah motor."

"Yoongi Hyung pasti sibuk." Jungkook mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Aku akan mengajak Taehyung Hyung saja."

Jungra curi-curi lirik saat Jungkook sedang menghubungi Taehyung.

"Ponsel Taehyung Hyung tetap tidak aktif." Jungkook menjauhkan ponselnya dari telinga begitu mendapati fakta bahwa ponsel Taehyung tidak aktif.

Diam-diam Jungra merasa kecewa karena hal tersebut.

"Apa mungkin dia sedang sibuk ya?" Gumam Jungkook.

"Bagaimana kalau kita langsung ke apartemennya?" Usul Jungra. Jelas terselip maksud dari usulan tersebut. Tak lain dan tak bukan adalah dia ingin bertemu dengan Taehyung. Dia ingin memastikan apakah sikap Taehyung padanya masih dingin atau tidak.

"Bagaimana kalau dia tidak ada di rumah atau dia sedang sibuk?"

"Kita bisa pergi lagi. Beres."

Jungkook hanya mengangguk. Apa yang dikatakan noona-nya benar.

*

*

*

Taehyung mengenakan sweter putih tulang dengan pasangan celana longgar berwarna merah cerah ketika membuka pintu apartemennya.

"Eoh, kalian. Ada apa?" Tanya Taehyung sambil mengucek matanya. Pria itu baru bangun tidur rupanya.

Jungkook menampilkan wajah antusiasnya sementara Jungra tanpa bisa dikendalikan memunculkan wajah penuh rasa gugup. Entah, dia sendiri tidak tahu kenapa bisa gugup.

"Hyung, coba tebak."

"Mwo?" Tanya Taehyung cuek. Bahkan pria itu belum mempersilakan tamunya untuk masuk.

"Aku sudah memiliki SIM." Jungkook sama sekali tidak terganggu dengan cueknya Taehyung. Dia masih tetap saja penuh semangat.

Mendengar kata SIM dari mulut Jungkook, tiba-tiba rasa kantuk Taehyung hilang digantikan dengan rasa penuh semangat. "Jinja?"

Jungkook mengangguk, masih dengan penuh semangat.

"Whoa selamat. Kau hebat sekali. Eh, iya. Ayo masuk." Barulah Taehyung sadar untuk menyuruh Jungkook dan Jungra masuk. Atau lebih tepatnya menggiring Jungkook untuk masuk sementara Jungra dia abaikan begitu saja.

Jungra mengikuti dua pria yang sudah mendudukkan diri di ruang tengah itu. Taehyung terlihat sangat antusias saat mendengar cerita dari Jungkook. Dua pria itu sama-sama antusias dan sama-sama tak menganggap Jungra ada. Namun anehnya, Jungra sama sekali tidak merasa kesal. Dia masih merasakan rasa yang sama seperti tadi. Gugup.

"Ju-Jungkook." Dua orang yang sedang asyik bercerita itu kini sama-sama menatap Jungra. "Kau masih lama?"

Jungra POV

Sial. Kenapa aku bisa gugup seperti ini? Padahal tidak ada yang perlu aku gugupkan tapi kenapa bisa seperti ini?

"Kau bilang ingin membeli motor kan?" Tanyaku mencoba untuk tetap tenang. Segugup apa pun aku, aku harus bisa menyembunyikannya.

"Ah iya. Hyung, kau sedang sibuk tidak? Antar aku beli motor ya?"

Taehyung terlihat berpikir beberapa saat. "Aku tidak sibuk. Tapi aku belum mandi hihi." Taehyung meringis. Aku tersenyum melihat itu.

"Ya sudah kalau begitu Hyung mandi dulu. Aku dan Noona akan menunggu."

Taehyung menatapku. "Noona-mu juga ikut?" Apa-apaan sih Kim Taehyung? Kenapa bertanya seolah aku ini pengganggu?

"Tentu saja, Noona yang akan membayar." Jawab Jungkook.

Aku sudah terlanjur tersinggung dengan perlakuan Taehyung padaku. Daripada nanti aku semakin sakit hati karena perlakuannya, jadi lebih baik aku tidak ikut saja. Biar dua bocah ini pergi sendiri.

"Jungkook, bagaimana kalau kau pergi dengan Taehyung saja? Aku akan ke JJ menemui Yoongi Oppa." Aku mengeluarkan kartu milik appa dari dalam tote bag-ku. "Ini, kau bisa membayar sendiri."

Jungkook menatapku dan kartu berwarna hitam yang kuulurkan secara bergantian.

"Noona yakin menyerahkan kartu ini padaku?"

Sebenarnya tidak karena terakhir kali aku menyerahkan kartu seperti ini pada Jungkook, dia membeli banyak sepatu hingga dia sendiri bingung kapan harus memakainya. Namun tidak ada pilihan lain daripada aku harus mati kutu jika terus bersama Taehyung.

Di luar dugaanku, bukan Jungkook yang mengambil black card ini melainkan Taehyung.

"Biar aku saja. Kartu ini aman bersamaku." Taehyung tersenyum padaku. Bukan senyum yang biasa dia tampilkan melainkan senyum yang terkesan profesional seolah aku ini adalah orang yang harus dia hormati. Dia memang harus menghormatiku tapi aku tidak suka. Aku lebih suka Taehyung yang seenaknya sendiri padaku walau kadang aku juga merasa kesal jika dia terus-terusan seperti itu.

Entah, aku bingung dengan diriku sendiri. Sebaiknya aku segera pergi saja.

"Baiklah, aku pergi dulu." Aku beranjak begitu saja, tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Taehyung walau sebenarnya aku sangat ingin.

*

*

*

Yoongi Oppa sedang duduk menghadap monitor sambil memakai headphone sehingga tidak menyadari kedatanganku. Aku tak bisa menyembunyikan senyum bahagiaku saat melihat dia larut dalam dunianya. Dia terlihat sangat menikmati itu.

"Oppa." Panggilku yang jelas saja tak didengarnya.

Aku menghampirinya dan duduk di kursi kosong sebelahnya. Dia segera melepas headphone-nya begitu mendapatiku di sisinya.

"Eoh, kau sudah datang? Di mana Jungkook?"

"Dia pergi membeli motor dengan Taehyung."

"Kau juga membelikannya motor?"

Aku hanya mengangguk. "Oppa sudah makan?"

Yoongi Oppa menggeleng. "Aku tidak lapar."

Aku menyandarkan kepalaku pada lengannya. Dia ini kurus sekali sih? "Oppa, ayo kita pergi sebentar. Kau harus makan. Atau kalau kau tidak mau keluar, aku pesankan makanan ya?"

"Terserah kau saja." Dia cuek, sama seperti biasa. Dan seperti biasanya juga, aku sama sekali tidak terganggu dengan cueknya ini.

Aku masih bersandar pada lengannya saat mulai memilih menu melalui ponsel. "Mau makan apa?"

"Apa saja."

Aku memilih beberapa makanan yang gambarnya terlihat menarik. Senangnya saat meladeni Yoongi Oppa adalah dia ini tidak rewel. Saat dia berkata terserah, dia sepenuhnya akan berserah. Benar-benar kekasih yang tidak merepotkan.

Aku sudah selesai memesan makanan. Kini fokusku tertuju pada layar monitor di hadapan Yoongi Oppa yang menampilkan grafik. Aku sama sekali tidak paham dengan itu.

Atensiku beralih pada lembaran yang ada di depanku. Aku mengambilnya. Sepertinya ini adalah lirik lagu. "First love?"

"Eung." Jawab Yoongi Oppa.

Aku menegakkan tubuhku, merasa tertarik untuk membaca lirik lagu ini. Kukira ini tentang 'cinta pertama' dalam artian manusia. Ternyata bukan. Ini tentang piano. Atau dalam artian lebih luas, ini tentang seorang yang telah menemukan passion-nya untuk pertama kali. Kata-katanya bagus juga. Yoongi Oppa memang tak perlu diragukan lagi dalam hal menulis lagu.

Setelah selesai membaca, kuletakkan kertas ini kembali pada tempatnya. Namun pikiranku masih terjebak dalam 'first love'. Aku melirik Yoongi Oppa yang masih saja sibuk.

"Oppa,"

Dia tak menjawab dengan kata-kata melainkan dia hanya mengangkat sedikit alisnya.

"Siapa cinta pertamamu?" Pertanyaan ini keluar begitu saja. Aku hanya penasaran karena selama kami berkencan, kami tidak pernah membahas tentang masa lalu. Waktu itu kami sama-sama mengatakan jika baru saja putus cinta. Setelah itu berjalan begitu saja tanpa ada bahasan mengenai yang telah lalu.

"Apakah itu penting?" Yoongi Oppa masih saja penuh dengan aura cuek.

Sebenarnya itu tidak terlalu penting bagiku. Namun aku hanya ingin tahu. Cinta pertamaku adalah Taehyung dan aku ingin tahu siapa cinta pertama Yoongi Oppa.

"Aku hanya ingin tahu." Jawabku lirih.

Yoongi Oppa menghadapku. Tak ada ekspresi apa-apa yang terpancar dari wajahnya. "Apa kau sangat ingin tahu?"

Tidak juga sih. Namun ... "Eung." Aku mengangguk mantap. Aku penasaran. "Aku ingin tahu. Apa dia cantik? Apa aku mengenalnya?" Tanyaku penuh dengan rasa penasaran.

Yoongi Oppa tersenyum. Entah apa yang membuatnya tersenyum. Mungkin ekspresiku yang penuh rasa penasaran ini.

"Kau tidak akan marah kalau aku bercerita?"

Aku menggeleng.

Pria di hadapanku ini masih tersenyum, sangat manis. "Dia sangat cantik, senyumnya sangat manis. Dia pandai memasak. Suaranya juga merdu saat menyanyi. Dia ...."

"Apa aku mengenalnya?" Aku menyela penjelasan Yoongi oppa karena dia sangat lamban. Langsung memberi tahu nama, apa susahnya sih?

"Eung." Yoongi Oppa mengangguk. "Kau mengenalnya."

Aku sedikit membulatkan kedua mataku. "Jinja? Siapa?"

"Ibuku."

Seketika rasa penasaranku runtuh. Wajahku yang semula membara karena rasa ingin tahu kini menjadi layu. Aku kena tipu. Sementara itu Yoongi Oppa tertawa karena telah berhasil mempermainkanku.

"Hahaha lihatlah mukamu itu ..." Dia menunjuk wajahku. "Lucu sekali."

Ingin kumemaki, tapi aku tak sanggup. Diam-diam pria pucat ini sangat imut saat tertawa. Dan tawanya yang seperti ini jarang-jarang aku dapati. Tak ingin melewatkan momen indah seperti ini. Alhasil aku hanya diam, memasang wajah cemberut sambil menikmati tawanya.

Perlahan tawanya reda.

"Lalu bagaimana denganmu? Siapa cinta pertamamu?"

Aku tersentak mendengar pertanyaan. Haruskah aku bercerita?

"Itu ... Tidak penting." Tidak, aku tidak bisa menceritakannya.

Syukurnya, Yoongi Oppa sama sekali tak memaksa. Dia hanya mengangguk beberapa kali. Lalu dia mulai bertanya mengenai kegiatanku beberapa hari ini dan juga mengenai Jungkook yang baru saja mendapat SIM sekaligus kendaraan pribadi.

Jungra POV End

*

*

*

"Hyung, enaknya aku beli motor yang bagaimana ya?" Tanya Jungkook saat mobil Taehyung baru saja keluar dari parkiran apartemen. Dua pria tampan itu sedang menuju tempat jual motor.

"Beli yang seperti punyaku saja, lebih praktis."

"Tidak mau. Lagi pula punyamu itu motor matic, bukan motor keren."

Taehyung melirik Jungkook, merasa tersinggung dengan perkataan bocah itu. "Enak saja. Itu motor keren, tahu?"

"Ya ya terserah kau saja Hyung. Pokoknya aku ingin motor yang keren biar Chaeyeon senang saat aku bonceng nanti." Jungkook cekikikan.

"Ah kau ini. Jangan mengutamakan kerennya, utamakan keselamatan dan kenyamanannya."

"Iya Hyung, aku tahu. Tapi aku juga harus memperhitungkan tentang kekerenan. Aku tidak mau memakai motor perempuan."

Lagi, Taehyung tersinggung dengan ucapan Jungkook. "Jadi menurutmu motorku itu motor perempuan?"

Jungkook buru-buru menggeleng sambil melibatkan tangannya. "A-ani Hyung. Aku tidak bilang begitu. Motormu keren kok. Biar bagaimanapun aku bisa mengendarai motor gara-gara motor itu. Motor itu berjasa untukku."

Jungkook kembali teringat pada masa dia belajar mengendarai motor. Motor matic milik Taehyung adalah yang pertama bagi Jungkook. Baru setelah itu dia belajar dengan model motor yang lain.

"Oh iya Hyung, ngomong-ngomong di mana motor itu? Aku sudah lama tidak melihatnya."

"Ada di rumah. Kenapa kau tidak pakai motorku itu saja daripada beli baru?"

Jungkook menggeleng dengan kuat. "Aku tidak mau memakai barang bekas." Terdengar congkak, tapi Taehyung bisa memahami. Jungkook memang seperti itu.

"Oh iya, bagaimana perkembangan kisah asmaramu dengan Chaeyeon?" Taehyung mengalihkan topik daripada terus-terusan membahas tentang motor.

"Baik-baik saja. Memangnya kenapa?"

"Kalian sudah berkencan?"

Jungkook menggeleng. "Aku bingung."

"Bingung kenapa? Bukankah kau menyukainya?"

Jungkook mengangguk. Dia memang menyukai Chaeyeon tapi dia tidak tahu bagaimana perasaan Chaeyeon padanya. "Tapi aku belum tahu bagaimana perasaan Chaeyeon padaku. Aku tidak berani mengungkapkan perasaanku."

"Kalau kau tidak mengungkapkan perasaanmu, bagaimana kau bisa tahu perasaan Chaeyeon? Salah satu dari kalian harus lebih dulu memulai. Kalau sama-sama diam kalian akan terus seperti itu bahkan sampai kakek nenek." Jelas Taehyung panjang lebar padahal dia sama sekali tidak pengalaman mengenai kisah percintaan. Pengalamannya hanyalah saat bersama Jungra.

"Begitu ya?" Tanya Jungkook terkesan polos. Memang dia polos.

"Eung. Kau harus buru-buru mengungkapkan perasaanmu sebelum Chaeyeon diambil orang. Lagi pula sepertinya Chaeyeon menyukaimu. Sudahlah, tak perlu ragu. Cepat jadikan dia kekasihmu."

Jungkook hanya mengangguk. Walau dia masih belum yakin, tapi dia mengangguk saja.

"Hyung, kau tidak punya pacar ya?" Tanya Jungkook tiba-tiba.

Taehyung terkejut, tapi dia buru-buru menutupi keterkejutannya itu. Tiba-tiba sekali Jungkook bertanya seperti ini. "Tidak." Jawab Taehyung singkat.

Bukan berarti Taehyung tidak laku atau bagaimana. Dengan wajah seperti itu, tentu saja Taehyung bisa memiliki kekasih dengan mudah. Hanya saja dia belum bisa move on dari Jungra. Malahan Taehyung memiliki niat untuk kembali bersama dengan Jungra walau pada kenyataannya Jungra masih menjalin kasih dengan Yoongi. Namun Taehyung yakin bahwa suatu saat nanti, Jungra akan kembali padanya.

"Kenapa tidak mencari?" Jungkook kembali bertanya.

"Tidak mau."

"Wae? Selama ini aku belum pernah mendengar Hyung memiliki kekasih. Atau jangan-jangan Hyung ini belum pernah berkencan ya?"

"Enak saja. Aku sudah pernah berkencan asal kau tahu."

Jungkook terkikik melihat Taehyung yang sepertinya kesal itu. Sesekali menggoda hyung-nya tak apa-apa bukan?

"Jinja? Dengan siapa? Kenapa aku tidak tahu?" Jungkook tak habis-habis bertanya. Dia penasaran sekaligus ingin menggoda Taehyung.

Taehyung POV

Bocah ini sedang menggodaku rupanya. Asal kau tahu bocah, mantanku itu adalah Noona-mu. Namun aku tidak akan mengatakan itu. Aku dan Jungra sudah saling berjanji untuk tidak memberitahu siapa pun. Jadi aku akan tutup mulut paling tidak sampai aku dan Jungra kembali menjalin kasih lagi nanti.

"Kau tidak perlu tahu." Walau jawaban seperti ini akan memancing Jungkook untuk terus menggodaku, tapi aku tidak punya pilihan lain.

"Tidak perlu tahu atau Hyung memang tidak punya?" See? bocah ini terus menggodaku.

"Sudahlah, tidak usah membicarakan masa lalu. Kau membuatku sakit hati." Aku mengatakan ini penuh dengan penghayatan. Biar saja terkesan seperti aku yang disakiti agar Jungkook berhenti menggodaku.

Dan benar saja, melalui lirikan mataku yang tajam ini, dia terlihat mengubah raut wajahnya. Sepertinya dia mulai prihatin padaku.

"W-wae? Hyung memiliki kenangan buruk dengan itu?" Benar kan? Bocah ini prihatin padaku, terdengar dari nada bicaranya.

"Eung. Makanya jangan mengungkit itu lagi."

Jungkook hanya mengangguk, penuh dengan penyesalan. Kena kau bocah. Sekarang aku yang mengerjaimu. Haha.

Taehyung POV End

TBC






___________
2019-01-20

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

452K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...